Chamomile and Cigarette

Mempelajari tentang tubuh manusia bukan hal yang menarik bagi Sela. Dan membedah orang mati adalah hal yang paling dia benci. Terkadang Sela pun merasa sakit ketika tangannya membelah perut manusia, memotong tengkorak atau membedah organ. Melihat tubuh manusia dalam berbagai kondisi, mulai dari yang masih baik hingga yang terburuk sudah pernah dia alami. Meski tidak sepenuhnya menyukai ini tapi Sela cukup menikmati pekerjaannya.

Jam terakhir sift dimana Sela berencana bersantai di lobby dan menikmati lemon teanya harus terusik dengan kedatangan duo kembar juniornya. Siapa lagi kalau bukan Chenle dan Jisung.

Dua orang itu tampak agresif ketika menahan Sela dari lokernya.

"Ayolah biarkan aku bersantai sebentar." Keluh Sela.

Chenle menggeleng dengan senyuman imutnya sementara Jisung menahan lengan Sela.

"Bantu kami kak..."

Sela memutar bola matanya, selalu saja begini.

"Apa ???"

"Nona Y mengaku menjadi korban kekerasan seksual, tapi tidak di temukan tanda-tanda di tubuhnya." Jelas Jisung.

"Ini aneh karena dia menuduh seorang idol terkenal sebagai pelakunya, kau tau... boyband senior.." tambah Chenle.

"Ah benarkah?? Waahh ini akan jadi berita besar." Jisung sangat antusias.

Sela menghela napasnya dan menatap dua orang itu malas.

"Kalian mau bertanya atau bergosip???" Chenle dan Jisung sangat membuang waktunya.

"Ahhh.. iya tentu saja mau bertanya kak, jadi... mm.."

"Kalian sudah memeriksa bagian dalamnya ? Apa ada jejak ****** di area ****** atau rahim? Apa ada robekan? Lebam?"

"Tidak ada tanda kekerasan di pemeriksaan luar, dan dia menolak pemeriksaan dalam." Jelas Jisung.

"Itu mencurigakan, kalian bisa melaporkan penolakannya pada pihak kepolisian. Kalau dia menolak kemungkinan dia berbohong." Jelas Sela.

Jisung tampak menulis sesuatu di catatannya sementara Chenle melihat Jisung menulis.

"Oh iya kak, bagaimana tentang kasus pembunuhan itu? Apa orang yang menyekapmu ada hubungannya dengan kasus itu?" Chenle si anak manis baik hati terlihat mengeluarkan 2 kaleng minuman dari tasnya. Dia memberikan 1 kaleng ice choco latte dingin pada Sela.

"Tadi aku membelinya di vending machine..." jelasnya ketika Sela memberinya pertanyaan melalui tatapan.

Sela tersenyum dan menepuk kepalanya sebagai ungkapan terima kasih.

"Orang itu belum tertangkap, sebenarnya Jeno melarangku masuk kerja tapi ini sudah lebih dari 2 minggu setelah kejadian itu dan dia belum juga tertangkap. Aku tidak mungkin cuti lebih lama lagi." Jelas Sela.

"Ini menakutkan, sebaiknya kau tidak keluar sendirian..." Chenle bergidik ngeri.

"Iya, aku pulang dan pergi di antar supir sekarang."

"Syukurlah."

Sela hampir terkikik geli dengan jawabannya sendiri. Bagaimana tidak, orang yang dia sebut 'supir' itu sebenarnya adalah Jung Sungchan adiknya.

Sela pergi setelah menjawab semua pertanyaan Chenle dan Jisung. Seperti biasa dia akan menunggu Sungchan di halte depan rumah sakit. Tapi hampir setengah jam menunggu, adiknya itu tak kunjung tiba. Sela terus menggerutu karena kesal.

"Bedebah sialan, awas saja nanti dirumah akan kujual PS mu Jung Sungchan bodoh !!!"

Sela menghentakkan kakinya tidak sabaran. Hawa dingin mulai datang karena suasana sore beralih ke petang. Di tambah dengan awan hitam pembawa hujan yang membuat suhunya bertambah dingin.

Sela memeluk tubuhnya sendiri untuk mendapat kehangatan. Dia menoleh kebelakang, ketika sebuah blazer menutupi bahunya.

"Oh.. Senior Lee." Sapanya pada Lee Taeyong. Laki-laki itu tersenyum tipis ke arahnya dan berdiri di samping Sela.

"Mau hujan." Kata Taeyong basa-basi.

Sela mendongak ke atas. Mendung memang, lalu dia beralih menatap Taeyong.

Ada yang tidak biasa dengan lelaki itu, biasanya Taeyong akan menggodanya jika bertemu. Tapi hari ini lelaki itu terlihat lebih kondusif dan agak gantleman. Oh!! Kemana perginya aura cassanova nya itu?

"Iya. Mm.. tadi Jisung bertanya tentang kasus nona Y padaku. Kau yang memberinya tugas?"

Dua sudut bibir Taeyong mengarah kebawah dengan kepalanya yang mengangguk. Lelaki itu memasukkan kedua tangannya dalam saku.

"Iya. Aku memberinya tugas itu."

"Jadi, apa yang terjadi dengan nona Y?"

"Dia.. mm.."

Emtah kenapa Taeyong sedikit gelagapan, lelaki itu melihat ke arah lain dari trotoar lalu melihat ke jalanan lagi seolah sedang mencari jawaban disana. Sela memicingkan matanya merasa aneh. Ini tidak seperti Taeyong, sungguh meskipun Taeyong terlihat seperti pemuda urakan tapi lelaki itu sangat pintar. Dia selalu bisa menjawab pertanyaan sulit macam apapun.

"Ya.. nona Y bunuh diri di apartemennya. Dia ditemukan gantung diri dengan sebuah tali. "

Dahi Sela berkerut. Ini sangat berbeda dengan laporan kasus yang di tulis Jisung. Apa Taeyong sedang bercanda sekarang?

Sela terdiam. Samar dia mencium aroma yang tidak asing entah itu dari tubuh Lee Taeyong ataukah mungkin dari blazer yang Taeyong pakaikan ke tubuhnya.

'Aroma ini...' Sela terlihat menebak-nebak.

'Chamomile dan..... cerutu.' Pikirnya.

Dalam sekejap bulu kuduknya meremang. Aroma itu adalah aroma yang dia ingat dari tubuh pelaku yang menyekapnya.

Sela sengaja menarik nafas dalam-dalam untuk memastikannya lagi dan benar aroma ini adalah yang dia cium dari tubuh pelaku hari itu.

Sela menerapkan mode waspadanya dan menatap Taeyong. Laki-laki itu menyeringai dengan tatapannya yang tajam. Satu tangannya menggenggam tangan Sela.

"Taksiku sudah sampai, ayo ku antar pulang sebelum gelap."

Sela menggeleng cepat. Dia memaksakan senyumannya dan mempertahankan tubuhnya tetap di tempat meskipun Taeyong menariknya sedikit memaksa.

"Aah.. tidak.. adikku akan menjemputku." Sela berkilah.

"Tidak apa-apa, sebentar lagi hujan lebih baik kau ikut denganku."

"Tidak perlu senior, adikku sebentar lagi sampai...." padahal dia sudah menunggu Sungchan lebih dari setengah jam. Sela hanya berkilah agar tidak pergi dengan Taeyong.

Seandainya saja itu Lee Taeyong yang biasa dia temui, Sela mungkin akan menerima tawarannya, tapi sayang Lee Taeyong kali ini sangat aneh. Benar-benar aneh seperti ada 2 orang berbeda dengan wajah sama.

"Ayolah..."

'Oh God, kenapa dia sangat memaksa.'

Taeyong masih menggenggam tangan Sela dengan tatapannya yang seperti mengintimidasi. Sela masih menaruh curiga padanya dan tetap berdiri di tempatnya sampai sebuah motor sport hitam berhenti di depan mereka.

"Lee Jeno !!" Sela refleks menarik kasar tangannya ketika Taeyong lengah dan berlari ke arah Jeno.

"Ada apa??" Jeno hanya merasa aneh dengan ekspresi Sela yang seperti ketakutan.

"Se-senior Lee, aku pulang dengan Jeno. Selamat sore." Sela menunduk cepat dan langsung naik ke motor Jeno.

"Jalan Jen cepat." Bisiknya pada Jeno.

Jeno ikut menunduk pada Taeyong lalu menjalankan motornya tanpa bertanya lagi.

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!