Master Taekwondo (2)

Sela tidak percaya kalau papanya benar-benar meminta Jeno mengajarinya. Lelaki itu mendatangi rumah Sela hari minggu pagi tanpa sepengetahuannya. Ini semua rencana licik papanya.

Jeno sudah ada di ruang gym rumahnya begitu Sela pulang dari jogging. Lelaki itu sudah bersiap dengan seragam taekwondonya dan menatap Sela cukup intens. Wajahnya benar-benar seperti ingin mengajak berkelahi.

"Aku tidak punya seragam taekwondo." Kata Sela. Sebenarnya Sungchan punya 1 tapi karena tubuh Sungchan sangat tinggi rasanya seragam itu tidak akan cocok di tubuh Sela.

"Tidak masalah." Jawab Jeno.

Pada akhirnya Sela tetap memakai pakaian Joggingnya untuk berlatih.

Jeno bilang mereka akan belajar menjegal dan membanting. Mendengarnya saja sudah membuat Sela enggan.

Bayangkan saja, di banting oleh Lee Jeno, hmm.. seberapa sakitnya itu?

Sela rasa tulangnya akan berubah menjadi remahan kecil setelah ini.

"Pegang seperti ini, lalu kakinya seperti ini." Jeno menata posisi Sela. Namun tidak semudah itu membanting Lee Jeno. Tubuhnya yang seperti gorilla itu benar-benar kaku, bahkan tidak bergerak seincipun meskipun Sela sudah bersusah payah.

Jeno tidak terlalu fokus memang, pandangannya tidak teralihkan dari wajah yang sangat dia rindukan.

Jauh hari Jeno sudah mengatakan pada dirinya jika dia akan melupakan Sela, tapi begitu bertemu dengan Sela lagi, prinsipnya itu seolah menguap. Sela adalah cinta pertamanya, dan sulit sekali Jeno membuang rasa itu.

"Beri aku alasan yang masuk akal." Kata Jeno tiba-tiba.

Sela yang mencengkeram kerah nya mendadak berhenti. Dia mendongak merasakan tatapan Jeno begitu menusuknya.

"Apa yang kau bicarakan? " Sela hanya membuat pengalihan, dia sebenarnya tau ke arah mana alur pembicaraan Jeno, hanya saja Sela sedang tidak ingin menbahasnya.

"Kau tidak menyukaiku? Apa aku jelek?"

OH!! HEY!!  Nenek-nenek rabun pun bisa menilai seberapa tampannya seorang Lee Jeno. Bahkan ketika dia baru bangun tidur dia tetap tampan.

"Aku tidak pernah bilang kau jelek." Entah kenapa mereka harus membicarakan hal ini dalam posisi seperti ini. Dua tangan Sela masih mencengkeram kerah Jeno dengan satu kaki yang akan menjegalnya. Melakukan perdebatan konyol dengan pose saling tarik menarik.

"Lalu kenapa?"

"Ya.. kau.. kau bukan tipeku saja."

Jeno terdiam, dan itu membuat Sela merasa tidak enak. Sela tidak bermaksud mengatakan kalau dia tidak menyukai Jeno. Tapi ada hal lain yang membuatnya tidak bisa bersama lelaki itu. Terutama penggambaran rasa suka yang jeno rasakan dengan yang Sela rasakan itu berbeda. Sela tidak membiarkan perasaannya berkembang dan dia hanya menyukai Jeno selayaknya teman. Tidak lebih.

"Bukan berarti aku tidak menyukaimu." Ralatnya.  Kedua iris kelam Jeno kembali menatapnya.

"Hanya saja.. yah.. kau tau, aku hidup bebas di inggris. Dating, ***, hal-hal semacam itu sudah biasa kulakukan tanpa cinta. Jadi aku tidak mau membuatmu salah paham."

Jeno mulai memikirkan ini. Pemikiran Sela mungkin sangat tepat, dia berniat baik untuk tidak memberinya harapan palsu atau bermain-main dengan perasaannya. Tapi dalam sisi hati Jeno, lelaki itu tidak rela Sela pergi meskipun itu untuk kebaikannya. Hasrat ingin memiliki gadis itu sangat besar dan membuat Jeno menjadi serakah.

Jeno ingin Sela tetap disisinya dan ingin memaksa gadis itu untuk menyukainya.

"Baiklah."

Pada akhirnya Jeno harus mengatakan ini. Sela pikir itu adalah keputusan final yang sudah Jeno buat, sejujurnya dia merasa sedikit lega karena Jeno bisa mengerti. Tapi tampaknya Sela salah karena Jeno belum menyelesaikan kalimatnya.

"Kalau kau berhasil menjatuhkanku hari ini, aku akan berhenti menyukaimu. Dan kalau kau gagal, kau harus belajar menyukaiku." Lanjut Jeno.

"Yaa Lee Jeno... mana bisa begitu..."

"Kalau kau terus bicara kau akan kalah." Jeno menarik Sela dalam sekali tarikan lalu membantingnya ke lantai.

"Curang !! Aku belum siap." Protes Sela.

Mereka kembali mengambil posisi dan saling menjegal satu sama lain. Ini tidak adil, tenaga Jeno jauh lebih besar, Sela sangat di rugikan disini.

"Menyerahlah... " gumam Sela dengan suara sedikit mengerang karena dia mengerahkan seluruh tenaganya.

"Tidak mau."

Ini akan berakhir mudah. Jeno kembali bergerak untuk menjatuhkan tubuh Sela tapi diluar dugaan tangan Sela masih menariknya. Dan jadilah mereka jatuh bersama. Sela di bawah dan Jeno di atas menindihnya.

"Punggungmu menyentuh lantai lebih dulu. Kau kalah. "

Sela tidak menjawabnya. Gadis itu begitu terpaku pada tatapan Jeno yang menembus lobus frontal di kepalanya dan mengacaukan semua pemikiran rasionalnya.

Cerebellum nya menjadi tidak beraturan dan memberikan Sela sinyal yang salah dimana Sela harusnya tidak bergerak lebih jauh untuk menarik kerah Jeno menjadi lebih dekat.

Gesture wajah Jeno terlalu memukau, ini terlalu indah untuk bisa dijabarkan oleh penglihatannya, hingga dia kesulitan membedakan apakah wajah itu nyata atau hanya sekedar halusinasi.

Aroma tubuh Jeno membuat otaknya blank,  Tubuh Sela tidak mau menurut dan tetap menarik lelaki itu semakin mendekat hingga ujung hidung mereka bersinggungan.

Sela lah yang memulai kecupan singkat itu dan Jeno yang melanjutkannya. Bibir itu terlalu menggoda untuk di lepaskan hingga pangutan demi pangutan tidak bisa dia lewatkan.

Ini terasa lambat dan menyiksa, Sela tidak puas tapi Jeno tidak membiarkan gadis itu menjadi tergesa-gesa. Jeno memberinya ritme ciuman yang halus dan lembut, tidak untuk membangkitkan gairah aneh di dalam diri Sela melainkan untuk mempermainkan ritme jantung gadis itu. Dan... yah... Sela merasa kacau. Dia harus berhenti sebelum jantungnya benar-benar meledak. Tapi bagaimana dia akan berhenti???  Ini terlalu memabukkan.

Jeno tidak mengindahkan permintaannya, dia tidak akan memuaskan hasrat Sela dengan memberinya ciuman kasar tapi juga tidak membiarkan gadis itu untuk mundur dan mengakhiri semuanya.

Tangan Sela bergerak gelisah di pinggang Jeno, mengelusnya lalu meremasnya, Jeno lagi-lagi tidak membiarkan itu. Tangan kekarnya mengenggam erat pergelangan tangan Sela untuk membuat gadis itu diam tak berdaya dalam kendalinya.

Lalu ketika kaki Sela mulai memberontak dan lututnya menyentuh apapun yang ada di atasnya, disinilah Jeno akhirnya berhenti.

"Aku akan membuatmu menyukaiku."

Jeno bangun dan mengusap jejak basah pada bibirnya. Rasanya masih hangat dan sangat manis. Ini terlalu memabukkan.

Sela masih mencari alur nafasnya ketika dia duduk dan menatap Jeno sedikit canggung. Kewarasan baru saja kembali ke dalam ruhnya dan Sela benci mengakui kalau dialah yang memulai ciuman itu.

Wajahnya yang penuh penyesalan berubah terkejut ketika dia melihat sesuatu keluar dari hidung Jeno. Gadis itu panik.

"Jeno, kamu mimisan ...." .

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!