Khawatir

"Jeno, laporan kasusnya ?" Jaemin menghampiri meja Jeno dengan membawa flashdisk di tangannya.

"Sudah kuserahkan ke penyidik. Hasil autopsi kemarin juga sudah. " kata Jeno.

"Ini data yang di dapat dari ponsel korban. Tampaknya sebelum kejadian dia sempat berargumen dengan seseorang dalam catatan chatnya. " jelas Jaemin. Lelaki itu menggeret kursi milik Mark lalu mendudukinya selagi Mark tidak ada di tempat.

"Siapa orang itu? Apa ini ada hubungannya dengan pemilihan walikota?"

"Ya. Namanya Tae Gonghan, dia mantan tim sukses korban. Kita akan mencarinya hari ini, aku sudah meminta Mark untuk melacak posisinya."

"Hm.." Jeno hanya bergumam.

Fokusnya terhenti ketika layar ponselnya berkedip-kedip, menunjukkan nama seseorang yang meneleponnya.

Lelaki itu menggeser tombol hijau dan mulai bicara.

"Hm.." Jawabnya sangat singkat.

"Jeno, aku menemukan flashdisk di usus besar korban."

Itu suara Sela.

"Benarkah?" Wajah Jeno berubah tegang. Rahangnya mengeras dengan sorot mata yang serius.

"Kenapa??" Jaemin yang melihat itu berbisik padanya.

"Iya. Lee Taeyong menyuruhku membedah seluruh organ dalamnya sebelum aku membuat laporan, dan yah... dugaannya benar. Ada hal penting yang hampir kulewatkan."

"Siapa yang memegang barang bukti itu sekarang? Dan siapa saja yang tau tentang ini?"

"Hanya aku, Jisung dan Yuka. Kami yang melakukan pembedahan."

"Aku mungkin tidak bisa kesana sekarang, tolong jangan beritau siapapun tentang flashdisk itu. Kita akan bertemu di rumah."

"Ada apa??" Jaemin bertanya lagi setelah tadi di acuhkan. Lelaki itu menggeser duduk ya lebih merapat ke Jeno agar bisa mendengar suara Jeno dengan lebih jelas.

"Tim forensik menemukan flaskdisk di usus korban."

"Kau harusnya kesana untuk mengamankan barang bukti. Bagaimana kalau info ini bocor dan ada orang yang mengambil itu lebih dulu?"

Jeno terlihat berpikir. Perkataan Jaemin ada benarnya tapi dia juga memperhitungkan tugasnya yang lain dimana hanya dia dan Jaemin yang bisa melakukan itu.

"Aku akan menyuruh Haechan saja yang kesana. Lagi pula tenaga kita sangat di butuhkan untuk penangkapan Tae Gonghan."

Jeno memiliki firasat kalau targetnya ini bukan orang sembarangan. Dalam laporan yang baru saja dikirimkan, Mark juga mengatakan kalau Gonghan adalah lulusan kimia terbaik di universitas Seoul. Itu menguatkan fakta jika dia mungkin terlibat dalam pembunuhan ini.

...🌱🌱🌱...

Firasat Jeno tidak salah. Gonghan bukan orang biasa. Lelaki itu memiliki banyak identitas dengan berbagai macam penyamaran. Bahkan dia juga bisa memalsukan lokasinya.

Jeno dan Jaemin bersama beberapa orang junior mendatangi rumah yang diduga sebagai rumahnya tapi begitu mereka sampai disana, rumah itu ternyata kosong. Tidak ada perabot apapun disana, hanya lantai kayu lembab dengan tumpukan sampah yang menggunung.

Pengejaran kali ini tidak membuahkan hasil, dan kaburnya Gonghan semakin menguatkan asumsi jika memang dialah pelaku dibalik kematian Lee Dongmin.

"Kita kembali. Mereka tidak ada disini." Kata Jaemin.

Lelaki itu memiliki firasat buruk. Entah kenapa dia merasa sedang di jebak dan seolah sengaja untuk di pancing datang ke rumah kosong itu.

Jeno terlihat antara setuju dan tidak setuju. Instingnya mengatakan kalau ada yang tidak beres dengan rumah itu dan dia butuh memeriksa lebih lanjut. Tapi tampaknya situasi menjadi semakin rumit ketika Sela kembali menghubunginya dengan suara panik.

"Jeno..."

Suara gadis itu terengah-engah, seperti sedang dikejar sesuatu.

"Ada apa?"

"Seseorang mengejarku, dia tau aku membawa flashdisknya."

"Dimana Haechan?"

"Tidak !!! JENO... JEN...."

Dan sambungan teleponnya terputus begitu saja.

"SELA??.. SEL.."

Bersambung ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!