Ice Cream

Jeno menjadi lebih protektif pada Sela setelah kejadian hari itu. Namun pria itu terus berdalih jika Donghaelah yang menyuruhnya menjaga Sela.

Jeno mengantar Sela bekerja setiap hari dan menjemputnya saat pulang, bahkan ketika lelaki itu sedang libur dan Sela pulang dari sift malam di pagi buta pun Jeno tetap mau menjemputnya tanpa mengeluh.

Hari ini Sela mengambil cuti, dan entah kebetulan atau apa, Jeno juga sedang cuti. Donghae pun berencana mengajak mereka berdua ke lapangan tembak untuk berlatih dan tidak ada penolakan dari mereka.

Biarpun Donghae seorang yang bergelar profesor dan ahli forensik tetapi pria itu memiliki lisensi resmi menembak. Itu mengesankan.

Kalau Jeno?

Tidak perlu di tanya dia seorang polisi.

"Kau hebat juga." Jeno menatap Sela kagum ketika gadis itu bisa menembak tepat sasaran dengan mudah.

"Aku putri seorang tentara." Kata Sela berbangga.

Jeno tersenyum remeh. Hanya putri seorang tentara kan, bukan seorang tentara. Tapi Jeno akui proporsi tubuh Sela memang seperti tentara wanita, gadis itu memiliki otot perut tipis yang mengagumkan.

"Mau bertanding denganku??" Jeno menantang.

Sela menoleh dengan seringaian percaya dirinya.

"Boleh. Yang kalah harus membelikan ice cream selama seminggu."

"Boleh."

Keduanya bersiap di posisi, mereka saling menembak secara bergantian dan bersahutan. Namun sayang, sepertinya Jeno lupa ada 2% faktor keberuntungan dalam setiap peluru yang ia lepaskan, dan sialnya dia sedang tidak beruntung hari itu.

Satu pelurunya meleset dan membuat nilai Sela lebih unggul darinya.

"Bagaimana hmm???" Keadaan berbalik menjadi Sela yang tersenyum meremehkan.

"Sebagai seorang gentleman aku mengaku kalah. " Kata Jeno. Melepaskan kacamatanya dan menghadap Sela. Sebenarnya dia ingin sekali memuji gadis itu tapi Jeno terlalu gengsi untuk membuat gadis itu besar kepala.

"Mau beli ice cream sekarang?"

Jeno tersenyum melihat wajah antusias Sela. Rasanya seperti anak kecil yang sudah lama tidak makan ice cream. Menggemaskan sekali.

"Kalian mau pergi sekarang??" Jessica tiba-tiba mendekati mereka.

"Iya, mama dan papa masih lama kan??"

"Sebenarnya paman Kim mengajak papa untuk reuni di suatu tempat, mungkin kami akan pulang larut atau bahkan menginap. Kalian pulang duluan saja ya." Jelas Jessica, menatap Jeno dan Sela bergantian.

"Okey."

"Jagain Sela nya yah Jen.."

...🌱🌱🌱...

Jeno membelikan Sela beberapa ice cream. Tidak hanya itu, lelaki itu juga menawarkan beberapa biskuit dan wafer untuknya.

Sela sama sekali tidak menolak, gadis itu suka mengunyah di waktu senggang dan dia suka camilan manis seperti ini. Gadis itu begitu bahagia ketika pulang membawa sekantung besar camilan dan ice cream. Dia bahkan sudah tidak sabar untuk memakannya.

Hari sudah petang ketika mereka sampai di rumah. Sela menawarkan Jeno untuk menikmati Ice cream bersama di balkonnya dan Jeno tidak menolak.

Jeno duduk di sofa dengan memangku bantal selagi Sela membukakan bungkus ice cream untuknya. Gadis itu duduk di sebelahnya dan mereka menikmati ice cream cone vanilla chip dalam diam.

"Kau suka vanilla???" Keheningan tak membuat Sela merasa nyaman, gadis itu melirik Jeno yang setengah melamun.

"Aku suka semua rasa kecuali matcha. " Jeno balas meliriknya. Jeno mengalihkan tatapannya ketika tidak sengaja tatapan itu bertubrukan dengan mata Sela lalu dia kembali melihat gadis itu ketika Sela melihat arah lain.

Bekas ice cream yang tertinggal di atas bibir Sela membuat Jeno tergoda. Lelaki itu diam sesaat sebelum benar-benar hilang akal.

Ada sebuah dorongan aneh yang membuat Jeno terus bergerak mendekat hingga wajahnya berada tepat di hadapan Sela. Gadis itu tentu saja terkejut, dia menatap mata Jeno lekat-lekat dan beradu pandang dengan lelaki itu, tapi tatapan Jeno lagi-lagi harus jatuh pada sisa ice cream di atas bibir Sela yang membuatnya lupa diri.

Jeno memiringkan kepalanya dan ******* bibir atas Sela dengan sangat lembut.

Sela bener-benar tidak siap dengan situasi itu. Dia terkejut dan bingung disaat bersamaan.

Setelahnya Jeno seolah tersadar dengan perilakunya dan menjauhkan diri.

Lelaki itu terlihat canggung lalu membuang wajahnya ke arah lain.

"Maaf.." gumamnya.

Jeno merasa bersalah tapi tidak menyesal. Dia bahkan ingin mengulanginya lagi tapi Jeno cukup tau caranya menahan diri.

Sementara Sela sudah kembali dari keterkejutannya. Gadis itu melihat betapa merahnya telinga dan wajah Jeno. Wajah lelaki itu terlihat ratusan kali lebih mempesona saat sedang tersipu seperti ini.

Sela meletakkan sisa ice cream nya di meja dan kembali memusatkan perhatiannya pada Jeno. Kedua tangannya menangkup pipi Jeno, lalu Sela menarik wajahnya agar mereka kembali berhadapan.

Tatapan lelaki itu kembali beradu dengannya namun kali ini Sela ingin terlihat lebih dominan.

Gadis itu menarik Jeno mendekat dan mendaratkan kecupannya di bibir lelaki itu. Sebuah kecupan singkat yang membuahkan kecupan yang lain, lalu berlanjut ke *******-******* panas yang menuntut.

Dalam ilmu psikologi pernah dijelaskan jika orang pendiam cenderung berlaku agresif di belakang dan pernyataan itu sepertinya benar.

Jeno bukan seorang pro tapi insting lelaki itu benar-benar luar biasa.

Satu tangannya menahan punggung Sela sementara tangan yang lain berada di belakang kepala gadis itu.

Jeno benar-benar menggila, dia tidak suka jika wanitanya lebih dominan, tapi kenyataan lain mengatakan jika Sela adalah seorang pro. Hidup bertahun-tahun di luar negri dengan segala kebebasannya membuat Sela terbiasa dengan pelukan dan ciuman. Dan itu jugalah yang mendorong Jeno berlaku lebih agresif.

Jeno tidak lagi menghujaninya dengan ciuman tapi dia mulai mencumbunya dengan panas. Sela terlalu terbuai dengan permainan gila ini hingga tidak sadar kalau lelaki itu sudah berada di atas tubuhnya yang terbaring tidak berdaya di atas sofa.

Ini sungguh gila. Jeno tidak mau berhenti bahkan ketika Sela membutuhkan oksigen untuk bernafas. Gadis itu berusaha menahan Jeno dengan mendorong pelan dada bidang lelaki itu. Dan itu berhasil.

Jeno berhenti, posisi mereka masih sangat dekat.

Jeno menatap lekat kedua iris gelap Sela lalu melihat ke arah bibir gadis itu yang memerah akibat ulahnya.

Sela berkata dalam nada lirih,

"Berhenti dulu, kau bisa membuat jantungku meledak. "

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!