Gombalan

Sela sudah menyelesaikan laporan kasusnya hari ini, gadis itu mengambil 10 menit di akhir siftnya untuk membersikan diri sebelum pulang.

"Sela, bukunya aku pinjam yah.." Yuka teman barunya mengetuk pintu kamar mandi 2 kali untuk mengajaknya bicara.

"Oke bawa saja." Kata Sela.

"Kamu sudah tau rute keretanya kan??? Jangan sampai tersesat yah.." kata Yuka lagi.

Lama di negeri orang membuat Sela lupa tentang rute bus maupun kereta, dia juga tidak ingat jalan pulang jika memakai taksi.

"Okey.. tenang saja, aku tidak akan tersesat..."

'Mungkin.' Tambah Sela dalam gumamannya.

Yuka harus pulang lebih dulu karena kakaknya sudah menjemput sementara Sela masih sibuk merapikan bekas pakaian kotornya.

Gadis itu berjalan santai dengan menenteng snelli nya lalu membuka gelungan rambutnya dan membiarkannya tergerai. Di depan pintu menuju lobby Sela sempat menempelkan id cardnya sebagai tahap akhir penutupan sift nya hari itu. Dia lalu berjalan ke halaman depan dan tidak sengaja bertemu Jeno lagi.

"Belum pulang??"

"Ini baru mau pulang." Jawab Jeno.

Sela melihat lelaki itu memakai helmnya dan bergegas mengenakan jaket kulit hitam yang sangat pas di tubuhnya.

Dalam hati Sela berteriak berharap Jeno mau memberinya tumpangan. Toh tujuan mereka sama kan.

Tapi disini Sela sadar, kalau Jeno selalu bersikap dingin padanya sejak awal. Jeno mungkin tidak menyukainya.

Jadi Sela menepis keinginannya untuk meminta tumpangan lalu berjalan lemah ke Halte di samping rumah sakit.

Tidak disangka Jeno mengikutinya, lelaki itu menghentikan motornya di depan halte lalu menbuka kaca helmnya.

"Mau pulang bareng?" 

Wajah Sela berubah sumringah. Gadis itu mengangguk penuh semangat.

"Jangan salah paham. Papa yang nyuruh bareng."

Siapa yang peduli itu. Yang penting Sela bisa cepat sampai rumah dan tidur.

Dugaan awal Sela memang benar, Jeno bukan pengendara yang mau bersabar di kecepatan 40km/jam. Lelaki itu terbiasa untuk ngebut hingga jantung Sela hampir ketinggalan di perempatan.

Gadis itu mau tak mau harus merapatkan tubuhnya ke arah Jeno lalu memeluknya dari belakang karena takut jatuh.

Jeno terkesiap, Sela menyadari itu. Dia pikir mungkin Jeno risih dengan perilakunya. Padahal tidak. Jeno hanya deg-degan saja karena ini pertama kalinya dia melakukan skinship dengan wanita selain mama nya.

Sela yang merasa tidak enak akhirnya menegakkan kembali tubuhnya dan menarik tangannya dari perut Jeno. Tapi lelaki itu menahannya.

"Pegangan. Nanti jatuh." Katanya.

"Jeno.."

"Hmm??"

"Kalau hatiku yang jatuh bagaimana? Mau mungut ngga ?"

"Hah???"

...🌱🌱🌱...

Ini sudah pukul 11 malam ketika perut Sela memberontak karena lapar. Gadis itu sudah makan tadi sore tapi saat ini dia lapar lagi. Dia juga baru ingat jika dia lupa membeli cemilan dan ramen saat pulang kerja. Alhasil sekarang Sela harus merapatkan jaketnya untuk bertahan menembus hawa dingin menuju supermarket 24 jam di ujung komplek.

Tidak banyak yang dia beli, hanya beberapa varian ramen dan nori lalu kopi dan teh juga biskuit. Sela lalu berjalan capat menyusuri jalan yang sebelumnya ia lewati.

Suasana malam ini sangat sunyi. Di tambah suara jangkrik yang menjadi backsoundnya membuat nyali Sela sedikit menciut.

Sela bahkan harus setengah berlari ketika sadar ada langkah lain di belakangnya.

'Sial, itu hantu atau orang? ' batinnya.

"Hoy...!!!"

Sela terlonjak kaget dan  tanpa sengaja menghamburkan belanjaannya. Gadis itu menoleh cepat.

"Jeno !!" Sela berteriak protes ketika tau siapa oknum yang mengejutkannya barusan.

"Sstt.. jangan teriak, ini tengah malam." Katanya tanpa rasa bersalah. Padahal kan dia yang membuat Sela berteriak.

"Ck... kamu kan gara-garanya..." Sela cemberut. Lalu berjongkok untuk memunguti belanjaannya yang jatuh.

"Dokter forensik tapi takut hantu.." ledek Jeno. Dia ikut jongkok membantu Sela.

"Bukannya takut, aku cuma kaget."

Jeno tersenyum meremehkan,

"Iyadeh.. iya kaget.. bukan takut."

Untuk sepersekian detik Sela tertegun. Ini pertama kalinya dia melihat senyuman Jeno, dan itu benar-benar manis.

"Hey.. malah ngelamun. Ayo pulang." Kata Jeno. Lelaki itu sengaja membantu Sela membawakan belanjaannya lalu berdiri untuk menunggu Sela jalan bersama.

"Kenapa senyum-senyum?"

Sela terkejut ketika Jeno sadar kalau dia tadi tersenyum sambil melirik Jeno. Gadis itu berusaha bersikap biasa dan mengedikkan bahu.

"Senang saja karena kau tidak bersikap dingin lagi padaku."

Jeno tiba-tiba terdiam, memikirkan kalimat Sela barusan.

Gadis itu benar, dia bersikap lebih ramah padanya. Ini sangat tidak biasa mengingat Jeno sering menghindar jika berdekatan dengan wanita. 

Tapi dengan Sela rasanya beda. Sejak mereka bekerja sama tadi siang dan sedikit mengobrol, Jeno sudah merasa nyaman berada di dekat Sela. Padahal mereka baru kenal 2 hari. Iya kan...

Jeno tidak mengatakan apapun lagi sampai mereka tiba di rumah lalu kembali menyerahkan belanjaan Sela.

"Terima kasih." Kata Sela. Satu kakinya sudah menapak di tangga outdoor yang menuju ke rooftop sampai ia kembali berhenti dan melihat Jeno.

"Jeno."

Dan Jeno pun menoleh,

"Hm??"

"Selamat malam."

bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!