Master Taekwondo (1)

Jaemin masih belum pulih, lelaki itu terus mengeluh karena harus berbaring lebih lama di ranjang rumah sakit.

Mark, Haechan dan Jeno mengunjunginya hari ini. Tapi ketiga orang itu terlihat asyik sendiri dengan pikiran mereka daripada menghibur Jaemin yang bosan.

"Kalau kalian datang untuk merenung sebaiknya kalian pulang, aku semakin stress melihat wajah kalian." Keluh Jaemin.

Ketiga rekannya akhirnya menatapnya. Mark lah yang paling pertama bicara.

"Aku tidak tau apakah berdiskusi dengan orang sakit itu diperbolehkan atau tidak, tapi aku sungguh butuh pendapatmu."

Jeno berinisiatif menaikkan ujung ranjang Jaemin agar lelaki itu bisa setengah duduk.

"Tentang kasus ini?" Tanya Jaemin. Mark mengangguk. Lelaki itu menatap kembali layar laptop di pangkuannya.

"Aku berhasil menyadap nomor ponselnya, sepertinya dia sangat tertarik pada Sela bukan karena flashdisk itu tapi tertarik secara fisik."

Alis Jeno bertaut. Rahangnya mengeras. Ekspresi lelaki itu sangat dingin dan menyeramkan.

"Kurasa dia akan menemui Sela lagi jika tidak segera tertangkap."

"Kau tau posisinya?" Tanya Jeno.

Mark menggeleng.

"Dia memanipulasi keberadaannya."

"Ini tidak masuk akal, kalau dia bisa memanipulasi posisinya harusnya dia juga bisa mencegahmu menyadap ponselnya." Komentar Jaemin cukup masuk akal. Mark terdiam dan berpikir.

"Jaemin benar, ini terlalu mudah."

"Jadi apa? Dia sengaja memberitau tujuannya ?? "

"Kita tidak akan tau sampai kita benar-benar tau." Semua mata menatap Haechan karena kalimat aneh yang dia buat. Lelaki berkulit tan itu justru tersenyum jenaka.

"Ayolah jangan terlalu serius nanti kita cepat tua."

Tidak ada yang menanggapi candaan Haechan karena semua orang memang sedang stress. Bagaimana tidak stress, mereka sendiri saja memiliki target waktu untuk memecahkan kasus ini.

"Kurasa harus ada orang yang menemani Sela, kurasa dia butuh pengawal." Kata Jaemin. Semua mata menatap Jeno karena selama ini Jeno lah yang dekat dengan Sela.

"Aku tidak bisa." Kata Jeno.

"Bukankah kalian dekat?"

"Aku spesialis penyergapan bukan pengawalan." Jeno hanya beralasan. Sebenarnya dia ingin menghindari Sela.

Perasaannya masih begitu menggebu pada gadis itu, Jeno pikir dia mungkin akan menggila jika bertemu Sela lagi karena sulit mengendalikan perasaannya. Jeno tidak bisa membiarkan perasaan itu berkembang menjadi rasa  yang lebih besar. Akan sangat menyakitkan bagi dirinya untuk menerima kenyataan bahwa Sela tidak memiliki rasa yang sama.

"Kalian bertengkar ya??"  Tanya Haechan.

Sungguh dia tidak ingin ada orang lain yang mengungkit ranah pribadinya.

Jeno cuma diam tanpa berniat membahas itu lebih jauh lagi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Papa akan membuatkanmu lisensi hari ini." Kaya Yunho pada Sela yang baru duduk di meja makan. Gadis itu menatap papanya tanpa minat.

"Tidak perlu berlebihan pah."

"Berlebihan bagaimana? Kau mendapat ancaman, sudah sepatutnya berjaga-jaga."

Yunho mendebatkan itu sejak kemarin. Dia terus memaksa Sela untuk membuat lisensi kepemilikan senjata api. Gadis itu memang bisa di bilang cukup handal dalam menembak, tapi tidak memiliki lisensi kepemilikan senjata.

Dan Yunho memaksa Sela untuk memilikinya untuk berjaga-jaga.

"Akan lebih baik aku berlatih taekwondo saja daripada memiliki senjata pah. Menyimpan senjata itu merepotkan."

"Kakak benar, buat apa menyimpan senjata kalau pacarnya saja seorang polisi. Dia bisa melindungi kakak kan."

Sungchan ikut bergabung dengan mereka sesaat kemudian, lelaki itu sedang libur akhir semester.

"Pacar?" Alis Yunho bertaut.

"Pacar yang mana? Kenapa mama tidak tau?" Krystal meletakkan panci sup di meja makan dan duduk di sebelah Yunho.

"Lee Jeno kan namanya... akk.. aw..."

Sela refleks menendang tulang kering Sungchan hingga adik laki-lakinya itu meringis.

"Sakit !!" Keluhnya.

"Kamu pacaran dengan Jeno?"

"Tidak mah, Sungchan hanya membual." Tegas Sela. Gadis itu meletakkan sumpitnya sekarang, dia tiba-tiba kehilangan selera makannya.

"Kalau iya juga tidak apa-apa. Jeno lelaki yang baik." Itu menurut penilaian Yunho.

"Kami hanya teman."

Berbicara tentang Jeno, Sela sudah dua minggu tidak melihat lelaki itu, bahkan ketika dia ke kantor polisi untuk memberikan kesaksiannya, Jeno juga tidak disana. Lelaki itu mungkin sibuk, pikir Sela. Kalaupun Jeno memang menghindarinya, ya itu artinya bagus kan...

Sela tidak perlu takut untuk membuatnya salah paham lagi.

" Baiklah kapan kau ada waktu luang? Papa akan mendaftarkanmu kursus Taekwondo."

"Minggu ini Sela sibuk pah.. akhir pekan harus menemani profesor Lee mengisi seminar."

"Luangkan waktumu Sela, di dunia yang kejam ini kau tidak bisa mengandalkan orang lain selain dirimu sendiri." Krystal mengambilkan nasi untuk Yunho dan Sungchan. Wanita itu menawari Sela untuk mengisi piringnya lagi tapi Sela menolak.

"Mamamu benar."

"Sungchan kan libur pah, Sela bisa mengandalkannya."

Mendengar namanya di sebut, Sungchan mendadak memasang wajah julid.

"Kau pikir aku mau jadi pengawalmu? Kenapa tidak dengan Lee Jeno saja, kalian sudah putus ya??"

"SUNGCHAN !!!" Geram Sela. Menatap adiknya kesal.

"Ah benar juga, Lee Jeno itu master Taekwondo, kau bisa berlatih dengannya. "

"Papa ..." Sela merengek. Tentu saja dia menolak keras. Mana bisa dia berlatih dengan Jeno. Yang ada Sela malah tidak fokus nanti.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!