Sela janjian dengan Yuka untuk pulang bersama. Gadis keturunan jepang itu meminta Sela untuk menunggunya di halaman depan selagi dia mengambil mobil.
Namun karena ugd sedang kedatangan banyak pasien akibat insiden kebakaran di ujung blok dan membuat halaman rumah sakit penuh, Sela akhirnya bergeser ke arah halte di samping rumah sakit.
Gadis itu tidak fokus, dia sibuk mencari ponsel di dalam ranselnya. Karena rapat dadakan tadi Sela dengan tergesa langsung melempar ponselnya ke dalam ransel bercampur baju ganti dan camilannya. Sedikit merepotkan untuk mencari benda itu dalam tas yang isinya tidak rapih.
Saat tiba-tiba 2 buah tangan merengkuhnya dari belakang dengan gerakan kasar, aroma percampuran antara chamomile dan cerutu yang tidak asing menusuk hidungnya, Sela merasakan dejavu.
Teringat kembali pada kejadian penyekapannya minggu lalu dan orang yang sama itu kini menodongkan pistol ke kepalanya.
"Ikut aku dan aku akan membiarkanmu hidup." Pria itu berbisik.
Sela terlalu takut hingga menjatuhkan tasnya. Ia melirik kesamping untuk melihat wajah pria itu yang hampir menempel di pipinya, namun sayang pria itu selalu menutupi wajahnya dengan masker.
"A-apa maumu? Kau sudah mendapatkan flashdisk itu."
"Mauku hmm?? Aku mau kau..."
Entah bagaimana dan datang darimana Lee Jeno tiba-tiba muncul dan memukul pria itu hingga tersungkur. Sela juga ikut tersungkur bersama pria itu namun pria asing itu cepat menghindar dan memisahkan diri dari Sela.
Jeno mengejarnya, Jaemin juga mengejarnya. Semua pasang mata orang yang melintas otomatis terarah pada orang itu ketika suara tembakan dilepaskan secara brutal.
Jeno dan Jaemin tidak sedang bertugas, jadi mereka tidak membawa senjata api. Itu artinya pria itu yang melepaskan tembakannya.
Sela masih belum sadar ketika pria itu semakin menjauh dan masuk ke dalam mobil hitam tanpa plat nomor sementara Jeno dan Jaemin jatuh tersungkur. Dan disaat itulah Sela menyadari kalau tembakannya mengenai Jeno dan Jaemin.
"Jeno... LEE JENO..."
"JAEMIN..!!!"
...🌱🌱🌱🌱...
"Udah dong nangisnya..."
Sela masih tidak bisa berhenti menangis. Dia sangat takut dan khawatir. Ketika Jeno ambruk dan tubuhnya seperti mandi darah. Sungguh Sela tidak kuasa, lututnya seketika lemas. Dia pikir Jeno akan mati saat itu juga.
Untungnya peluru itu hanya mengenai bahu Jeno dan di anggap tidak terlalu fatal, tapi tetap saja Sela khawatir.
"Sel, jangan nangis, kan aku ngga mati." Kata Jeno. Lelaki itu sebenernya merasa bahagia karena Sela menangisinya, gadis itu mengkhawatirkannya.
Bahkan di tengah suntikan anastesi lokal yang menusuk hampir ke tulangnya, Jeno masih sempat tersenyum ditengah erangannya.
"Sakit yaa???" Kata Sela, dia mengelus pipi Jeno.
"Drama deh.." komentar salah seorang perawat yang akan ikut mengoperasi Jeno.
Jeno hanya mendapat anastesi lokal, yang artinya dia akan tetap sadar selama prosedur pengambilan peluru.
Sela sudah meminta ijin untuk menemani Jeno selama operasi dan dokter bedahnya setuju.
"Gimana Jaemin?" Tanya Jeno ketika separuh tubuhnya sudah mati rasa.
"Kudengar peluru menembus perutnya. Dia pingsan dan Yuka ada bersamanya." Jelas Sela. Dia masih ingat betul bagaimana Yuka menangis meraung-raung bersama dirinya di depan halte.
"Kuharap Jaemin bisa bertahan." Gumam Jeno. Lelaki itu merasakan kepalanya mendadak pusing.
"Tekanan darah pasien menurun." Kata seorang dokter.
Mendengar itu Sela sedikit panik dan memeluk kepala Jeno.
"Jen..."
"Hm??
"Jangan mati ya. "
Sela bisa melihat seringaian Jeno meski kedua mata lelaki itu terpejam.
"Cium dulu dong."
"EHEEEEEEMMM..." satu ruang operasi berdehem secara bersamaan, menggoda kedua pasangan itu.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments