Luka dari Calon Mertua.

"Dek ini mas.. ini make handphonenya mamah, soalnya handphoneku hilang dek.. adek kalo mau kirim pesan ke mas, sabar dulu ya dek, nunggu mas yang kirim pesan duluan ke adek.. " pesan dari Rahman pada Salmia.

"Ya Allah innalillahi.. cobaan mas bertubi-tubi ya mas.. huhu sabar ya mas.. InsyaAllah ada hikmahnya mas.. "

"iya dek sebenarnya sedih banget ini, tapi Semoga Allah parung ganti yang lebih baik.. "

"aamiin mas aamiin.. huhu semoga Allah beri kekuatan sama mas , dan diberi kelancaran rezeki, dan diberi ganti yang lebih baik.. aamiin.. "

"aamiin dek..oh ya gak usah khawatir dek, insyaAllah ini gak akan ganggu pernikahan kita. InsyaAllah mas usahain buat beli handphone lagi dek, biar tetep bisa kerja dan bantu biaya nikah kita..,"

"Aamiin mas.. maaf ya mas.. kalo malah jadi beban.. "

"enggak dek.. kan mas udah janji ke adek.. semoga lancar semua ya dek.. "

Pada kenyataannya, Rahman benar-benar frustasi dan lelah. Namun ia tidak ingin memperlihatkan kelemahannya pada Salmia. Ia akan bertahan lebih kuat lagi menghadapi semua ini.

Beberapa hari kemudian, Rahman sudah memiliki ponsel baru. Ia langsung menghubungi Salmia dan semangat untuk bekerja lagi.

Sejujurnya ini adalah masa yang sulit untuk Rahman, namun ia masih bisa bertahan karena ada Salmia yang menjadi harapannya. Ia akan menjadi suami Salmia dan itulah yang membuatnya bersemangat kembali.

...****************...

Tiba waktunya 1 minggu sebelum hari H.

Rahman dan Salmia melakukan fitting baju pengantin hari ini.

"Alhamdulillah mas udah selesai fitting.. ini mau pulang dulu atau gimana mas.. "

"Mampir ke rumah dulu yuk dek.. "

"Oke mas.. "

Rahmanpun mengajak Salmia mampir ke rumahnya.

Sampai di sana, Salmia disambut baik oleh orangtua Rahman dan adiknya. Setelah istirahat sekitar 1 jam an, Rahman di minta menemani ayahnya untuk mengantarkan barang ke rumah teman ayahnya.

Tinggal Salmia dan ibunya Rahman saja di rumah itu.

"Nduk ibu mau ngobrol.. " ucap Ibunya Rahman.

"Baik bu.. "

"Mas Rama menjanjikan apa ke kamu? "

"Mau bantu biaya nikah bu.. "

"janjiin berapa? "

"10 juta.. "

"Rahman tuh gak ada uang loh"

"Hah, nggak ada bu? "

"Iya ngga ada. Baru ini lo nikahan anakku dimintai uang sama pihak perempuan. Dulu waktu mas Arka menikah sama mbak Ria, keluarga mbak Ria ngga minta apa-apa ke kita. Ngga disuruh bantu ini itu. "

Salmia masih diam.

"Aku bilang ke mereka " bu, saya belum siap apa-apa loh ini bu mau nikah" terus kata mereka gapapa, malahan kita cuman disuruh datang aja nggak usah bawa apa-apa. Jadi kita ya hanya ngeluarin mas kawin sama seserahan saja. " Ucap ibunya Rahman lagi.

Deg. mendengar itu rasanya makin sakit.

"Rahman tuh nggak punya uang, jadi dia nggak bisa bantu biaya nikah itu, nggak usah mewah-mewah nikahnya, yang biasa aja..Menantuku sebelum-sebelumnya kalo mau mewah ya biaya mereka sendiri. "

Salmia ingin membantah, namun lidahnya kelu. Ia malah terbakar emosi karena dibanding-bandingin dengan menantu yang lain. Ia berusaha sekuat tenaga menahan amarahnya itu. Ia tidak ingin salah langkah yang membuatnya menyesal.

"Ibu jualan ikan di pasar kan bu? "

"Iya, tapi untungnya ga banyak.. "

Kesal. Itu yang dirasakan Salmia. Jelas-jelas mas Rahman pernah bercerita kalo keuntungan jual ikan laut itu lumayan, bisa lebih dari 150 bahkan 200.000 perhari. Tentu saja uang orang tua Rahman cukup banyak. Tapi malah mengaku ngga untung banyak. Pada intinya memang tidak ingin membantu biaya pernikahan dengan mengeluarkan berbagai alasan.

"Emm maaf Bu, saya ingin ke kamar mandi. "

Salmia sengaja menghindar sekarang, karena ia hafal sifatnya sendiri, kalo lagi marah jangan sampe bersuara. Karena lidahnya tajam kalo lagi marah, bisa-bisa malah melukai hati ibunya Rahman.

Di dalam kamar mandi Salmia menangis.

"Ya Allah kok gini amat sih.. Sebenarnya aku nggak muluk-muluk.. Aku cuman pengen dihargai kayak menantu2 lain diluar sana, sebentar lagi hari H pernikahan,

bukannya support malah dibanding-bandingin sama menantu lain. hikss.. " gerutu Salmia lirih di kamar mandi. Air matanya terus membanjir.

Percuma saja ibunya Rahman mengatakannya sekarang, tinggal 2 minggu lagi semua persiapan pernikahan sudah hampir siap. Bahkan dekorasi, Make-up, fotografer yang sudah di booking tidak bisa dibatalkan seenaknya.

Lalu mas Rahman, berarti ia berbohong pada Salmia. Salmia menjadi tidak tenang.

Jika ibunya Rahman tidak mau mengeluarkan sepeserpun untuk pernikahan anaknya sendiri, lalu siapa yang akan membayar nanti? Tahu sendiri orangtua Salmia sudah menghutang kesana kemari untuk biaya makanan, biaya akad, biaya saksi, dan lain-lainnya itu sangat banyak.

Untung saja di desa kami ada warung yang mau menghutangkan sembako dan bahan-bahan makanan lainnya untuk hari pernikahan dan boleh dibayar saat selesai acara. Jadi nanti bisa dibayar dengan uang sumbangan.

Apalagi di desa kami, semua orang desa pasti berbondong-bondong datang ke pernikahan dan tidak mungkin kami menolak mereka, karena sudah adatnya seperti itu. Sudah otomatis kami harus menyiapkan banyak makanan untuk tamu dari desa maupun undangan dan juga keluarga besar.

"Assalamu'alaikum.. Rahman pulang.. "

Mendengar mas Rahman pulang, akhirnya Salmia keluar kamar mandi dan menuju kamar. Karena kalo ada mas Rahman ia bisa mengunci pintu kamar tanpa harus dipanggil ibunya Rahman lagi.

"Dek kamu kok sembab, habis menangis ya?"

Ucap Rahman.

"Iya mas ada sesuatu. Oh ya bisa antar pulang adek sekarang aja nggak mas.. Soalnya adek nggak betah disini. " Ucap Salmia jujur. Karena ia sangat sakit hati pada ibunya Rahman, dan ingin pulang saja.

"Loh kenapa dek, cerita dek" tanya Rahman.

"Iya mas, nanti aku ceritain, tapi sekarang aku mau siap-siap buat pulang. "

Akhirnya Rahman mengantar Salmia pulang ke Sabana. Sampai disana Rahman menanyakan kenapa ia terlihat kecewa. Wajahnya ditekuk sejak tadi.

"Sekarang cerita ya dek, biar mas tenang.. "

"Mas, kata ibu mas, mas ngga punya uang ya.. "

Deg. Hati Rahman menahan emosi atas apa yang telah dilakukan ibunya.

"Ada dek ada.. Ibuku nggak tahu apa-apa dek, mas usahain yang terbaik ya buat adek.. apa mau mas tranfer sekarang? "

"Beneran ada mas? "

"Iya dek.. " Namun wajah Rahman lesu seperti frustasi.

"Oalah Alhamdulillah mas kalo ada. Semuanya udah di booking mas, nggak bisa dibatalin. Undangan juga udah nyebar dibatalin juga nggak bisa. "

Hati Rahman sakit mendengar itu. Salmia terlihat kecewa dan ingin membatalkan pernikahan namun tidak bisa. Rahman merasa bersalah. Dan merasa ingin marah pada dirinya, pada ibunya dan pada semuanya. Kenapa ia masih saja belum bisa mengumpulkan uang yang cukup padahal sudah berusaha keras.

"Mas aku udah gapapa kok.. Walaupun aku sangat sakit hati sama ibunya mas yang udah membandingkan aku dengan menantu-menantunya. "

"Maafin mas ya dek.. maaf banget dek.. "

Rahman tahu, sekalipun ingin mencegah ibunya itu sangat sulit. Ibunya keras kepala dan tidak akan mendengarkannya. Yang bisa Rahman lakukan sekarang hanya minta maaf pada Salmia.

...****************...

"Salmia, Rahman mau ngasih uangnya kapan. Ini mau buat beli kardus dan snacknya belum ada uang, padahal tinggal seminggu lagi." Ucap bapak Salmia.

Terlihat raut mukanya yang kelelahan memikirkan semua persiapan pernikahan. Belum lagi ia juga dimarah-marahin tetangga dan keluarga besar karena kurang sat set dalam menyiapkan perlengkapan. Salmia merasa bersalah pada orangtuanya. Bapak ibunya harus montang manting demi kelancaran pernikahannya.

"Sal, bapak bingung harus bagaimana lagi. Sepertinya Rahman itu memang tidak punya uang. Orangtuanya juga tidak membantunya. Bapak bingung harus cari uang kemana lagi ini. Andai kamu tidak mengatakan Rahman akan membantu 15 jt waktu itu. Mungkin bapak tidak akan menyetujui pernikahan ini. " Ucap bapak Salmia.

"Maksud bapak, bapak akan berpikir-pikir lagi. Dan kalopun nerima dia, kalo tahu sejak awal dia ngga punya uang, bapak tidak akan mengadakan resepsi pernikahan kamu karena bapak tidak punya uang. Atau mungkin pernikahannya tidak dekat-dekat ini, bisa tahun depan saja menunggu bapak maupun Rahman punya uang untuk proses pernikahan maupun resepsi. " Ucap bapaknya Salmia lagi.

"Iya Pak.. maaaf nggih pak.. Salmia tidak tahu kalo akan menjadi seperti ini. Salmia pikir mas Rahman sudah bener-bener siap semuanya pak. Maafin Salmia pak.. Nanti tak tanya mas Rahman lagi pak.. "

"Iya Salmia.. Mau bagaimana lagi. Ini sudah terjadi. Kalo Rahman nggak punya uang, mas kawinnya pake cincin lamaran kemarin aja, nggak usah beli lagi.. "

"Iya Pak.. Salmia juga kepikiran itu. Kalo memang mas Rahman ngga punya uang, mau make cincin kemarin aja maharnya. Toh kata ibunya Rahman suruh make cincin itu aja maharnya biar nggak usah beli lagi. "

"Emang bener-bener nggak habis pikir bapak sama beliau Sal.. " Ucap bapak lesu.

Sebagai seorang bapak, bapak Salmia sangat ingin anaknya menikah mendapatkan kebahagiaan. Namun sebelum menikah saja terlihat wajah Salmia yang sering murung. Beberapa kali kepergok sedang menangis sendirian di kamar. Rasanya hatinya tersayat. Bapak mana yang tega anak perempuannya terluka seperti itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!