Rara pun juga menghubungi Salmia dan menceritakan semua kejadian. Mendengar itu Salmia sangat shock. Salmia tidak habis pikir dengan ibunya Rahman. Salmia malah terbakar emosi kali ini.
"Mbak tapi saranku jangan marah-marah ke mas Rahman. Kasian dia kayaknya stress banget mba, wajahnya juga pucat. " ucap Rara di aplikasi hijau
"Iya" balas Salmia.
"Yaudah mbak ini mas Hafid sudah jemput. Aku off dulu.. "
Hafid adalah adik Salmia, alias kakaknya Rara.
"Ya Ra.. "
Tapi nyatanya Salmia capek. Ia rasa tak sanggup dengan perlakuan dan sifat ibunya Rahman. Bahkan ibunga Rahman sampai marah-marah ke Rara dan tidak mengizinkan Rahman mengantar Rara pulang.
Sejak lamaran rasanya makin kerasa bagaimana keluarga Rahman yang tidak menghargai salmia dan keluarganya. Pernikahan seenaknya, mahar seenaknya.
Rasanya capek. Belum jadi menantu sah saja sudah seperti ini, gak dibaik-baikin, gimana pas sudah jadi menantu.
Apa ia akan di salah-salahkan terus, di marahin atau yang lainnya? Membayangkannya saja sudah tak sanggup.
Beban yang Salmia tanggung saat ini bukan hanya soal ibunya Rahman. Tetangga-tetangga mulai simpang siur mengatakan hal-hal yang buruk.
"Salmia keluarga miskin ya dapatnya orang miskin."
"Kasian Salmia, kayak ngga laku, dia ngga diperlakukan dengan baik oleh calon suaminya. Kayaknya ngga dibantu biaya nikah juga. padahal mereka ngga punya uang. pasti besok hutangnya banyak. "
"Kuliah nggak menjamin dapat suami mapan. "
Dan kalimat-kalimat lain.
Tahu sendiri Salmia tipikal yang mudah memikirkan apa kata orang. Selain merasa malu, ia juga merasa sesak, kenapa calon mertuanya seakan tidak menghargainya.
Ia malah jadi teringat calon mertua yang sebelum-sebelumnya yang membujuknya dan begitu baik padanya malah ia tolak. Dan orang tua laki-laki yang dipilih malah seperti tidak mengharapkannya.
Salmia akhirnya menghubungi mas Rahman.
"Mas, aku ga habis pikir sama ibu kamu. Dia kok gitu banget ya ke aku. Masak sampe adikku kesana aja ikut di marahin. Harusnya kalo emang ga suka jaga image dikit dong. Itu nyakitin hati aku banget loh mas. Kayak ngga ada harganya di mata ibu mas. Kalo emang ga suka sama aku gapapa. Toh masih banyak ibu mertua lain yang mengharapkan aku. "
"Ya Allah dek.. maafin mas dek maaf.. jangan marah dek.. "
"Adek kehabisan kesabaran mas.. Kayaknya adek nggak kuat sama ibunya mas.. Adek ngga pengen punya ibu kayak beliau. "
Memang kalo sudah emosi, lidah Salmia itu begitu tajam. Itulah alasan ia tidak ingin bersuara ketika marah. Namun kali ini sepertinya ia sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi.
"Dek.. pliss maaf dek.. Mas juga bingung harus gimana dek.. mas pusing banget dek.. " balas Rahman jujur.
Rahman semakin frustasi saja rasanya. Kepalanya seperti mau meledak. Lelah juga ia menahan-nahan semua beban ini. Tekanan batin dari keluarganya. Dan kini bertambah tekanan batin dari calon istrinya.
Ini yang ia takutkan. Dulu Rahman takut mengungkapkan perasaannya karena ia takut tidak bisa membuat pasangannya bahagia dan menyesal telah memilihnya. Ketakutan itu mulai kembali datang disaat Salmia mengeluhkan itu.
"Mas.. aku bisa maafin mas.. mas itu orang baik, mas nggak salah.. tapi soal ibu mas aku nggak bisa terima mas.. mau batalin nikah tapi kok besok udah hari H.. undangan juga udah nyebar. "
Deg. Hati Rahman seperti terhenti. Tersayat begitu dalam.
"Apakah Salmia menyesal? apakah Salmia belum juga mencintai aku? hikss.. " Ucap Rahman lirih pada dirinya sendiri. Ia menangis.
Di sisi lain, tangan Salmia bergetar. Ia telah terbutakan oleh emosinya. Ia kini merasa deg-degan dengan balasan Rahman.
"Dek.. aku tahu ini bakal terjadi.. pada akhirnya kamu menyesal memiliki aku dek.. maaf ya dek belum bisa jadi laki-laki yang baik.. Kalo kamu aja nggak bahagia gimana perempuan lain, aku mungkin ngga berani jatuh cinta lagi setelah ini.. " Balas Rahman.
Darr. Salmia masih mematung membacanya.
"Kalo kamu mau batalin nikah tapi bingung ngomongnya sama tamu, aku akan bunuh diri dek.. nanti kamu tinggal bilang ke mereka kita batal nikah karena calon laki-lakinya mati. "
Deg. Tangan Salmia bergetar. Hati Salmia sakit, ia langsung menangis.
"Mas nggak gitu mas.. Jangan nekat mas.. plis.. "
Namun Rahman tidak membalas. Dan malah membuat sebuah postingan di aplikasi hijau.
Untuk apa aku dilahirkan jika hanya untuk merasakan terluka seperti ini. Pada akhirnya semua orang akan menyesal memilikiku.. Entah orangtuaku, keluargaku, teman-temanku, bahkan sekarang pasanganku pun menyesal. Mungkin jika aku mati mereka akan bahagia.
Membaca postingan itu, Salmia semakin menangis kejer. Ia begitu khawatir pada Rahman. Ia takut Rahman benar-benar nekat.
"Mas, jangan mas.. aku sayang mas.. aku sayang mas.. aku ngga mau mas mati mas.. plis aku ngga mau kehilangan mas.. " Pesan Salmia lagi.
Namun ternyata hanya centang satu, yang artinya handphone Rahman di matikan.
Salmia semakin khawatir. Ia menangis tersedu-sedu. Ia baru sadar betapa takutnya ia kehilangan Rahman. Salmia begitu takut tidak bersama Rahman lagi. Salmia menyesal mengatakan ingin membatalkan pernikahan.
Salmia ingin menghubungi lewat panggilan biasa, namun ia tidak memiliki pulsa. Salmia benar-benar ketakutan, berlarian kesana kemari sambil menangis. ia menghampiri bapaknya.
"Pak, punya pulsa nggak Pak.. hikss hikss, mau nelpon mas Rahman.. "
"Enggak e.. bentar tak beliin"
Mengetahui anaknya menangis, Pak Aman segera bergegas mencari pulsa agar ia bisa menghubungi Rahman.
Setelah Pak Aman membelikan pulsa, Salmiapun menghubungi Rahman lewat panggilan biasa namun ternyata juga tidak aktif. Salmiapun semakin tersedu. Air matanya semakin deras membanjiri pipi.
Akhirnya ia nekat menghubungi ibunya Rahman.
"Assalamu'alaikum bu, liat mas Rahman nggak bu, mas Rahman tadi bilang ingin bunuh diri bu.. saya takut bu.. "
Beberapa menit kemudian, ibunya Rahman membaca pesan Salmia, namun tidak membalas.
Salmia semakin khawatir. Ia pun mencari kontak kakak perempuan Rahman. Dan meminta tolong untuk membantu mencari.
"Rahman ada di kamar sepupunya Salmia. Dia lagi menangis kejer itu sama mamah. Ada masalah apa to? baru kali ini liat dia nangis kejer kayak gini.. "
Balas kakak perempuan Rahman. Kebetulan ia pulang ke rumah orangtuanya karena Rahman mau menikah.
Alhamdulillah. Setidaknya Salmia lega Rahman masih dalam keadaan aman.
"Mbak tolong sampaiin ke mas Rahman kalo aku sayang banget sama dia mba.. aku pengen ngomong.. "
"Udah tak sampaikan pesan kamu, tapi katanya dia belum pengen ngomong sama siapa-siapa Sal. " balas kakak perempuannya Rahman.
Tiba-tiba ibunya Rahman mengirim pesan pada Salmia.
"Kamu nuntut apa ke Rahman? "
Mak jlebb..
"Emang bener-bener ibunya Rahman. Asal su'udzon aja..Asal ibu tahu Rahman tertekan juga karena ibu yang keras kepala. huftt" batin Salmia.
Salmiapun tidak membalas pesan ibunya Rahman.
Tak berselang lama, ada pesan online lagi dari kontak ibunya Rahman.
"Dek ini mas, hubungi lewat nomerku aja.. Tapi aku minta waktu, aku ingin menenangkan diri dulu.. Nanti insyaallah aku hubungi lagi kalo udah tenang. "
Ternyata pesan dari Rahman.
"Iya mas.. maaf mas.. "
"Iya.. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Salis R_
aaa terimakasih banyak kak.. saya juga harus mampir nih 😁🥰
2022-11-16
0
teti kurniawati
mampir 😊
2022-11-16
1