Tak terasa sudah dua bulan sejak keluarga mas Irham datang ke rumah Salmia.
Terakhir kali kontak dengan Salmia, bapak Sholih mengatakan bahwa ada kendala ketika akan datang ke Rumah Salmia lagi untuk proses lebih lanjut.
“Maaf nduk Salmia, hari ini bapak sekeluarga belum jadi ke rumah nduk Salmia, dikarenakan ada kendala di perjalanan. Kendaraan kami rusak. Maaf ya nduk..” Pesan dari bapak Sholih waktu itu melalui aplikasi hijau.
Namun hingga kini belum ada kabar lagi mengenai kelanjutan atau kepastian ke jenjang pernikahan. Bapak sholih tidak menghubunginya sama sekali. Sedangkan kontak mas Irham tidak aktif.
Hal itu membuat Salmia frustasi, karena selama proses ini ia menjadi tidak fokus dengan aktivitasnya dan malah semakin banyak saja laki-laki yang mengajaknya menikah, hingga bingung ingin menjawab apa.
Dibilang ada calon tapi belum ada lamaran resmi, dibilang ga ada calon tapi kok udah bilang iya ke mereka. Salmia jadi serba salah.
“Nis, kalo kamu jadi aku, kamu bakal ngapain?” tanya Salmia pada Nisya di teras rumahnya.
Kebetulan keduanya sedang libur semester, jadi Salmia pulang kampung.
“Kalo aku bakal tanya sih beb, tapi bingung juga, agak gengsi ya, dikira kita yang pengen nikah padahal mereka yang ngajakin nikah,” jawab Nisya seadanya.
“Nah itu., pusing aku.. kalo orangtuaku bilang suruh minta bantuan pak Ahmad buat nanyain sih..”
“Yaudah tanya aja sihhh..”
“Huftt.. okee dehh”
Sementara di ponselnya, beberapa laki-laki yang memang sudah Salmia kenal, banyak yang menanyakan apakah Salmia sudah memiliki calon atau belum. Bahkan ada yang di wakili orangtuanya.
Tentu saja Rahman dan Revan tahu jika Salmia belum proses apapun dengan mas Irham karena Salmia bercerita pada mereka. Akan tetapi keduanya masih tetap bersikap netral dan tidak terlalu banyak ikut campur agar tidak membuat Salmia risih.
Setelah pikir panjang Salmiapun langsung mengirim pesan kepada pak Sholih terkait kelanjutannya.
“ Assalamuaiaikum pak.. maaf mengganggu, untuk saya dan mas Irham bagaimana kelanjutannya nggih?”
“Waalaikumussalam... maaf sekali nduk Salmia.. ini mas Irham sedang sakit,, maaf sebelumnya tidak memberi kabar..” balas pak Sholih.
“ Iya pak, ndakpapa,,Loh, mas Irham sakit apa pak? Bagaimana keadaannya sekarang?”
“Alhamdulillah sudah lumayan.. doanya saja nduk Sal, semoga mas Irham cepet sembuh..”
“Oalah alhamdulillah.. nggih pak aamiin aamiiin..”
Mendengar itu Salmia sedikit lega dan ada sedikit yang mengganjal di hati. Ia bercerita pada orangtuanya terkait itu. Merekapun bertanya-tanya sakit apakah mas Irham, apakah separah itu?
Entahlah. Kini yang bisa Salmia lakukan adalah berdoa, meminta petunjuk pada Allah. Selama dua bulan inipun ia tidak berhenti sholat istikhoroh dan hajat.
**********
“Salmia..”
Tiba-tiba muncul notifikasi dari moonstagram. Salmia sontak kaget. Setelah 3 bulan berlalu lagi, baru kali ini mas Irham menghubunginya.
Ya benar, setelah mengirim pesan dengan pak Sholih, selama 3 bulan inilah mereka tidak memberi kabar lagi. Entah apa yang mereka pikirkan, Salmia hanya mencoba lebih sabar kali ini. Ia husnudzon, barangkali mereka memang mengalami masa sulit.
“ Iya mas Irham, ada apa?” balas Salmia.
Karena Salmia manusia yang keponya naudzubillah, ia pun mengecek postingan mas Irham yang sebelumnya berisi banyak hasil foto-foto pemotretannya yang indah.
“Whatttt!!!! Postingannya kok dihapus semua? Padahal karya-karyanya bagus banget loh..”
Dengan spontan Salmiapun menanyakan itu pada mas Irham.
“Mas kok foto-fotonya dihapus?”
Dua hari berlalu. Tidak ada balasan. Salmia cukup kesal, namun ia mencoba sabar mungkin karena mas Irham masih sakit.
Tinggg!
Notifikasi dari moonstagram.
Mas Irham membalas “ emang kenapa?”
“Foto-fotonya bagus.. eman-eman kalo dihapus..” jawab Salmia.
Kali ini dia cukup senang mendapat balasan dari mas Irham. Entahlah rasanya aneh. Dia bahkan belum pernah mengobrol langsung namun rasanya sudah ada rasa seperti... jatuh cinta?
“O” Balasan singkat dari mas Irham.
“WHATTT!!! AKU UDAH SENENG LOHH.. KENAPA BALESANNYA SESINGKAT INII!! DASAR LAKI-LAKI ANEHHH!!” Teriak Salmia kesal.
“Salmia..” Mas Irham mengirim pesan lagi.
“Iya mas?” tidak ada balasan lagi.
Sehari berikutnya.
“Salmia..” pesan dari mas Irham tanpa membalas pesan Salmia sebelumnya.
“ Gimana mas?” “Manggil sekali lagi aku kasih piring cantik loh mas..” balas Salmia geregetan.
Kali ini Salmia mulai merasa aneh dengan sikap mas Irham, karena seingatnya dulu, sehari setelah mereka ke rumah Salmia, mas Irham pernah chatting dengannya namun dia tidak se-absurd ini.
Makin lama obrolan mereka makin ga nyambung.
“maksud mas apa?”
“nesuo”
“?”
“ngacao raimu. “
“maksudnya gimana ya mas kok ga nyambung?”
“ya.”
“whattt! Terserahlah mas”
Salmia menjadi bingung. Kenapa mas Irham seperti ini. Iapun menghubungi pak Sholih. Dan mengirimkan pesan mas Irham ke Salmia kepada pak Sholih.
“Maaf pak, ini maksudnya bagaimana nggih, kok mas Irham bicaranya kasar..?”
Tak selang lama pak Sholih menjawab,
”Maafkan mas Irham ya nduk.. mas Irham masih labil.. sedang masa pemulihan.. dia habis diterapi lintah.. belum sembuh total..”
“Oalah gitu pak.. mas Irham sakit apa pak?”
“Minta doanya ya nduk, semoga mas Irham segera pulih.. Kami sekeluarga masih tetep pada niat kami untuk menikahkan mas Irham dengan nduk Salmia.”
“Aamiin..Baik pak..”
Ketika Salmia membahas itu dengan keluarganya, semua berasumsi sepertinya mas Irham sakit berkaitan dengan mentalnya. Namun mereka juga tidak serta merta menganggap itu benar.
Mereka juga masih bingung apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan orang tua mas Irham tidak memberi tahu sakitnya apa, mungkin merasa malu atau bagaimana tidak ada yang tahu.
...****************...
Tepat satu bulan telah kembali berlalu.
“Mas, aneh gak sih aku masih bertahan seperti ini haha..” tanya Salmia pada Rahman melalui aplikasi hijau.
“Aku nggak berani menjudges mbak.. Emm semua keputusan ada di mbak.. yang penting mbak jangan lupa minta petunjuk ke Allah, habis itu tanya pada hati kecilnya mba pengennya gimana, sebenarnya semua keputusan ada di kamu mbak.. kamu yang akan menjalani rumah tangga dengannya. “ jawab Rahman.
“Hmm iya mas.. aku bingung mau lanjut atau batalin”
“Kalo dari aku sih mbak..menurutku komunikasi dalam sebuah hubungan itu penting banget, apalagi di hari tua nanti yang kita butuhkan itu ya bisa nyambung ngobrol dengan pasangan kita.. mbak bisa putuskan sendiri menurut mbak harus dilanjutin atau nggak..”
“Huhu bener banget sih mas..”
Persis seperti pesan dari Revan dan Nisya. Mereka mengatakan hal yang sama bahwa komunikasi itu sangat penting. Jika sebelum nikah aja menyambung komunikasi masih cukup sulit, bagaimana kalo sudah berumahtangga.
Walaupun kita tidak tahu alasan pasti dari keluarga mas Irham kenapa tidak memberi kabar dalam waktu lama, namun hal itu tetap harus menjadi pertimbangan.
Selain itu kemantapan hati Salmia semakin lama juga semakin memudar. Ia menjadi ragu antara iya dan tidak. Ia sudah meminta pendapat dari berbagai pihak, kini tinggal ia serahkan pada Allah, akan mengarahkannya kemana.
Alasan Salmia bersabar selama ini karena ia takut semua ini hanya ujian menuju pernikahannya dengan mas Irham.
Terimakasih sudah baca teman-teman.. Sejauh ini apakah temen-temen suka dengan ceritaku? 😁 jika kalian suka mohon dukungannya yaa❤🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments