Memilih Laki-laki Biasa

Memilih Laki-laki Biasa

Rahman

Daun jati yang beberapa bulan lalu berguguran, kini sudah mulai tumbuh kembali sedikit demi sedikit. Dedaunan jati yang berwarna hijau muda itu terlihat lebih cantik dan memanjakan mata.

Penghuni bumi yang sudah lama menantikan musim hujan semakin bergembira ria, petani-petani mulai menggarap lahan juga sawah, pedagang-pedagang mulai mencari cara untuk mengantisipasi hujan agar dagangannya tidak basah kuyup.

Di belahan lain, seorang pria tinggi, berkulit sawo matang sedang disibukkan dengan tugas perkuliahan dan rutinitas sampingannya mencari rupiah. Rahman, nama yang diberikan padanya setelah lahir di bumi ini. Baginya musim kemarau dan musim hujan sama saja. Ia tetap akan mengerjakan kesibukannya seperti biasa. Mungkin bedanya hanya menyiapkan jas hujan saja jika sewaktu-waktu hujan turun.

"Man, udah jam 1 siang ini, kuliahmu jam setengah 2 to, contohlah kakakmu itu, rajin kuliah, semangat, sekarang jadi dosen, ibu bangga banget sama kakakmu itu" Ucap ibunya Rahman panjang lebar kali tinggi.

Sedangkan Rahman yang masih di kamarnya merasa capek mendengarnya.

"akhh dibanding-bandingin lagi. Aku juga punya kelebihan mah, kenapa harus dibandingin terus sih.. Aku juga kuliah cuma karena nurutin mau mamah bukan keinginan aku." batin Rahman kesal.

Ia pun akhirnya keluar kamar mendekati ibunya.

"Iya mah, aku pamit dulu, ga usah dibandingin terus sama mas Arka, aku kan juga punya mimpi sendiri mah.. " Ucap Rahman protes namun dengan nada halus.

"Mamah tuh ga bandingin, kamu tuh harus rajin kayak mas Arka biar jadi dosen kayak dia"

Jelas ibunya.

"Hmm yaudah deh mah, aku berangkat dulu assalamu'alaikum.. " Ucap Rahman sambil mencium tangan ibunya, lalu mengendarai motor smash birunya. Percuma jelasin ke mamahnya, ujung-ujungnya debat.

Selama diperjalanan ia masih cukup kesal dengan ibunya yang terus membandingkannya dengan kakak-kakaknya.

"Kuliah disambi kerja kayak mas agus itu man, jangan cuma kuliah aja"

"Gak usah jadi tentara, kuliah aja biar jadi dosen kayak kakakmu"

"Gak usah kerja di luar negeri, kuliah aja kayak kakak-kakakmu"

"Belajar yang rajin biar juara 1 kayak kakakmu, biar besok ga direndahin istri kamu."

"Ini loh tas buatan mas agus bagus banget"

Semua kalimat-kalimat itu kini mulai terngiang di pikirannya yang membuatnya semakin sakit hati dengan ibunya sendiri. Ibunya tidak pernah sekalipun memuji hasil kerja kerasnya dan hanya terus membandingkan dengan saudara-saudaranya. Dia juga punya bakat dan mimpi namun selalu di larang dan harus menuruti semua keinginan orangtuanya.

Ia tahu, mungkin memang ada niat baik dari ibunya, namun ia malah merasa seperti tidak pernah ada baiknya di mata ibunya. Ayahnya lebih bisa menghargainya, namun jika ibunya sudah berkata atau memutuskan, ayahnya akan menurut dan mendukung ibunya.

"Aku bukan boneka mah, yang bisa di mainin sesuka hati, aku juga anakmu yang punya bakatnya sendiri.. Aku sudah bilang aku lebih suka praktik daripada mikir pelajaran sekolah tapi mamah malah nyuruh aku belajar biar pinter kayak mas Arka. Akupun mau kuliah karena mamah maksa..

Mamah juga selalu bedain aku dengan yang lain, kalo yang lain cerita, mamah antusias dengerin, kalo aku cerita mamah cuek dan sedikit komentar, aku merasa ga ada harganya di keluarga ini mah..aku capekk.." Gerutu Rahman di sepanjang jalan. Ia pun juga menitikkan air mata..

Sesampainya di kampus, ia melupakan kejadian itu. Kemudian ia mulai menyiapkan bahan presentasi. Dan benar presentasinya berjalan lancar, bahkan diselingi humor yang membuat mahasiswa lain menjadi aktif dan juga terhibur.

"Bagus Rahman, nilai presentasi kamu mendekati sempurna, beri tepuk tangan untuk Rahman. "

ucap bapak Dosen yang menyukai hasil presentasi Rahman.

Benar, Rahman cukup berbakat. Ia memiliki public speaking yang bagus, ia juga percaya diri, dan karismatik.

Namun mungkin ibunya tidak pernah melihat kelebihannya itu hingga ia terus mencari kekurangannya.

Sebenarnya dia adalah laki-laki biasa yang dipandang miskin oleh masyarakat. Wajah juga tergolong tidak terlalu tampan, namun juga tidak jelek. Dan senyumnya cukup manis xixi. Kendati begitu, Rahman masih dapat berbaur dengan baik, bahkan banyak yang kagum dengan karakternya.

Hampir semua mahasiswi di kelas Rahman menganguminya. Selera humor yang tinggi juga kebaikannya membuat banyak perempuan menyukainya. Banyak yang mendekati Rahman dengan alasan minta bantuan mengerjakan tugas kuliah, padahal hanya modus hihi.

Sebenarnya Rahman tahu itu, bahwa banyak perempuan yang menyukainya,namun belum ada satupun yang menarik hatinya kecuali Salmia, perempuan yang ia kagumi sejak lama.

"Rahman kamu habis ini ada acara engga? Kita mau ngerjain tugas desain di rumah lita." Ucap Melia dengan senyum sumringah dan sedikit malu-malu kucing.

Jelas sekali semua mata yang memandang dapat mengartikan bahwa itu sebuah perhatian khusus berupa rasa suka.

"Wkwk aku kapan-kapan aja Mel, tugas individu kan, aku ada kepentingan lain habis ini. Biasa cari nafkah" jawab Rahman sambil senyum cengengesan.

Ya, bagi Rahman tugas kuliah yang berkaitan dengan desain tidak membutuhkan waktu lama, karena ia memang sudah cukup ahli di bidang itu. Jadi lebih baik ia mengerjakannya sendiri di rumah.

"Halah gayamu man. Jomblo abadi aja sok cari nafkah cari nafkah hahaha" timpal Rio cekikikan dengan bahasanya yang campur-campur antara bahasa Jawa dan Indonesia.

"Welehh jomblo abadi karena mereka pada aku tolak, wong aku ganteng gini kok hahah" Sahut Rahman kembali dengan tertawa lepas dan kepedean tingkat dewanya. Tentu bahasanya campur-campur seperti Rio.

Ya begitulah suasana kelas saat ini. Selalu ada candaan diantara mereka. Apalagi Rahman tipikal orang yang mudah meramaikan suasana.

"yaudah aku pulang dulu ya" ucap Rahman.

"Okee.. " Jawab teman-temannya kompak.

...****************...

Setelah sampai di tempatnya biasa mangkal, Rahman langsung banjir orderan, notifikasi orderan online food cukup sering berbunyi.

"Alhamdulillah rame juga orderan SP Food.. bisa nabung tipis2.." batin Rahman sumringah. Benar. inilah rutinitas sampingannya, menjadi driver SP food, pendapatannya bergantung banyaknya orderan.

Tidak hanya itu, Rahman juga menerima orderan pembuatan produk berbahan kulit. Tak selang lama HP-nya berdering.

"Rahman aku pesen dompet kulit pria dan tas kulit wanita ya. Biasa tas nya buat pacar hihi.. ntar desainnya aku kirim okee.." pesan dari temannya melalui aplikasi hijau.

" wah Alhamdulillah.. siapp ntar kirim aja desain dan deadline-nya, siap produksi bosquee.."

Begitulah jawaban Rahman.

Hari ini dia bersyukur karena rezekinya sedang mengalir walaupun tak begitu besar tapi lumayan. Ia tersenyum tipis.

Disaat teman kuliah yang lain hanya fokus belajar dan mengerjakan tugas, namun Rahman tetap harus berusaha menghasilkan uang dikarenakan keluarganya yang biasa alias miskin.

Bahkan sebelum ibunya memintanya untuk bekerja, ia memang sudah berencana mencari uang di sela-sela kuliahnya. Dia bertekad untuk membayar biaya kuliahnya sendiri dan menabung untuk masa depannya. Sekadar untuk membuat ibunya bangga dan percaya padanya bahwa ia bisa.

Allahuakbar Allahuakbar..~

"Ah sudah magrib, aku harus pulang, habis isya harus ikut acara keakraban soalnya." Batinnya lagi lalu bergegas mengendarai motornya menuju rumahnya. Ah tepatnya rumah orangtuanya.

Halo temen-temen👋 Terimakasih ya udah baca ceritaku..

bantu dukung aku ya, biar aku makin semangat ❤

kasih komentar positif jika kalian sukaa😘🙏

Terpopuler

Comments

teti kurniawati

teti kurniawati

semangat. Saya mampir.. mampir juga yuk ke karya saya..

Suami, rupa madu mulut racun

2022-11-15

1

Salis R_

Salis R_

Terimakasih untuk dukungannya, 🙏❤

2022-10-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!