Denting jam terus berbunyi, menandakan waktu yang terus berjalan.
Sudah pukul 01.00, Namun Salmia belum tidur juga. Ia masih menangis dan menunggu kabar dari Rahman. Ia sangat takut jika pernikahannya benar-benar batal.
Meskipun ia sangat kecewa dengan ibunya Rahman, namun ia tidak ingin kehilangan Rahman, dan ia juga tidak tahu harus beralasan apa jika pernikahan batal, bagaimana cara menghentikan tamu dan yang lainnya.
drtt.. drtt..
Salmia terperangah, ia berharap itu adalah pesan dari Rahman. Dan benar saja, Rahman memberi kabar.
"Assalamu'alaikum dek.. udah tidur?"
"Belum mas.. Alhamdulillah mas.. adek nungguin pesan mas dari tadi.. "
"Iya dek.. "
"Kita jadi nikah kan mas.. Maafin adek ya mas, adek tadi kebawa emosi mas.. adek udah maafin ibunya mas kok.. "
"Iya dek jadi nikah.. "
Rahman memutuskan untuk memaafkan ucapan Salmia yang ingin membatalkan pernikahannya. Rasa cinta Rahman begitu besar pada Salmia, hingga ia bisa dengan mudah memaafkan seribu kesalahanpun dari Salmia. Namun saat ini masih ada sedikit kekecewaan yang menbekas di hatinya.
Sedangkan Salmia sudah menyesali ucapannya dan mau memaafkan, mengikhlaskan luka yang di torehkan oleh ibunya Rahman. Ia berharap kedepannya, ibunya Rahman akan lebih baik padanya.
"Mas keadaannya gimana sekarang? "
"Aman kok dek.. kamu juga kan.. "
"Aku aman mas.. yaudah mas istirahat ya sekarang.. adek udah tenang sekarang.. nanti mas berangkatnya agak siangan gapapa kok mas.. "
"Iya dek insyaallah tak usahain pagi kok.. "
"Ihh siang gapapa kok mas.. kan mas belum tidur ini udah jam segini.. "
"Gapapa dek santai.. yaudah kalo gitu, aku mau istirahat dulu dek.. "
"Iya mas.. i love you.. "
"i love you too.. "
Pesanpun berakhir.
Salmia memang belum benar-benar tahu bagaimana perasaannya pada Rahman, selama ini ia merasa ia masih dalam tahap kagum pada Rahman, namun ia senang jika mengatakan kalimat "i love you" pada Rahman.
Dasar Salmia. Padahal sebenarnya ia sudah sayang. Namun lagi-lagi ia seakan gengsi pada dirinya sendiri untuk mengakui bahwa ia sebenarnya sudah sangat menyayangi Rahman. Belum cinta. Lebih ke rasa sayang.
...****************...
Adzan subuh mulai berkumandang. Semua anggota keluarga Salmia sudah bangun dan kembali riweh setelah sholat subuh.
Karena hari ini adalah resepsi pernikahan hari pertama, dimana mempelai pria wanita juga orangtua mempelai wanita sudah harus berdiri di atas pelaminan dan menyambut para tamu yang datang. Biasanya di hari pertama yang datang adalah orang-orang desa.
Adat di desa Sabana memang seperti ini. Dua hari acara inti. Hari pertama khusus untuk menerima tamu undangan dan hari kedua adalah hari di ucapkannya ijab qabul. Dan tamunya juga tidak hanya dari tetangga desa.
"Salmia gaunmu jadi belum? katanya mau di pakai hari ini.. " ucap Ibunya Salmia pada Salmia yang masih belum memakai gaunnya.
"Belum jadi bu.. Kemarin kan salah pola dan lainnya kurang, udah dicariin rara ke toko kain tapi kain yang sama udah habis.. sedih bangett banyak yang nggak sesuai rencana.. hiks"
"Walah yaudah nanti sekalian sewa yang di tempat kamu makeup aja kalo gitu.. udah gapapa gak usah nangis.. "
"Iya bu.. "
Padahal Salmia ingin sekali hari pertama memakai gaun indah buatannya sendiri eh malah gagal total. Ya sudah.
Salmia dan ibunya pergi ke rumah MUA untuk make-up.
Setelah make-up Salmia dan kedua orangtuanya duduk di pelaminan untuk menyambut tamu yang datang.
Meskipun sempat banyak yang menghina mereka miskin dan akan banyak hutang setelah pernikahan, namun banyak juga orang-orang desa yang senang mendengar kabar pernikahan Salmia, putri dari bapak Aman. Bapak Aman terkenal sangat baik di desa mereka dan banyak juga yang menyukai kebaikan hatinya.
"Assalamu'alaikum.. "
Rahman juga datang cukup pagi dan disambut baik di rumah Salmia.
"Monggo mas Rahman sarapan dulu habis itu menyusul mbak Salmia di pelaminan nggih.. " ucap tetangga yang membantu menyambut tamu.
Setelah sarapan Rahman menyusul Salmia.
"Hai cantikk.. " ucap Rahman pada Salmia.
"Mas Rahman.. ehe.. Alhamdulillah udah datang.. sini mas duduk sama adek.. "
Rahman pun duduk. Namun tidak seperti biasanya, sorot mata Rahman yang tertangkap oleh Salmia adalah sorot mata yang menyiratkan bahwa dia masih ada kemarahan dan ke engganan pada Salmia.
Mungkin tidak terlihat oleh orang lain, tapi itu terasa di hati Salmia. Salmia memaklumi, pasti karena ucapannya semalam memang menyakitkan untuknya.
Salmia berusaha untuk tidak terlalu manja atau banyak bicara. Ia ingin memainkan tarik ulur. InsyaAllah nanti Rahman kembali menjadi hangat lagi.
Dan benar setelah agak lama, tatapan hangat dan teduh Rahman kembali. Salmia senang melihatnya.
...****************...
Di dalam kamar. Waktu makan siang.
"Mas, maharnya belum beli ya? "
"Iya dek maaf.. nanti sore biar dicarikan keluargaku dek.. "
"Gini mas.. Gapapa ini cincin yang mas belikan untuk lamaran di pake untuk mas kawin aja.. adek gapapa kok mas.. dari pada mas bingung juga.. waktu juga udah mepet.."
Salmia berusaha tegar. Yang penting pernikahannya lancar dan sesuai adat.
Seketika Rahman trenyuh dengan kesabaran calon istrinya itu. Ia merasa sedih namun juga sedikit lega, karena uang untuk maharnya memang belum ada.
"Ya Allah maaf sayang.. Makasih ya udah ngertiin mas.. makasih banyak dek.. "
Rahman tahu mungkin ia seperti tidak tahu malu. Namun mau bagaimana, Rahman hanya tersisa 1 juta. Yang mana uang itu masih belum cukup untuk membayar dekorasi, make-up dan fotografer yang harus ia tanggung sesuai janjinya. Namun ia belum berani bilang apapun pada Salmia.
"Iya mas.. biar mas nggak pusing lagi mikir itu mas.. "
"Makasih dek.. "
"Yaudah yuk mas, ke pelaminan lagi. Udah kenyang kan.. "
"Hahah udah sayang. Yuk sini mas papah.. "
Rahman dan Salmia kembali ke pelaminan dan menyambut tamu kembali.
Tamu undangan berdatangan dari pagi sampe malam. Tidak disangka ada tamu dari jauh banyak yang datang.
Ada yang sebenarnya di undang di hari keduanya namun datang hari ini, ada juga yang sebenarnya tidak di undang karena tidak punya kontaknya namun ternyata malah datang dan itu membuat bapak Aman sangat senang karena kedatangan teman lamanya. Salmia juga senang melihat bapaknya itu tersenyum bahagia.
Setelah pukul 10 malam, semua tamu sudah pulang dan tidak ada tamu lagi. Tinggal beberapa saudara dan tetangga yang menginap karena membantu menjaga makanan dan lain-lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments