Dilamar

Suasana di kampung halaman Salmia cukup asri. Dari Talangbunga ke Sabana membutuhkan perjalanan sekitar 2 jam. Di sepanjang jalan menuju rumah Salmia terdapat banyak pepohonan hijau yang menyejukkan pandangan.

Tepat jam 9 pagi Salmia dan orangtuanya sudah selesai beres-beres dan menyiapkan makanan untuk tamunya nanti. Nisya hanya membantu sedikit karena dilarang orangtua Salmia. Meskipun Nisya sudah kenal akrab dengan orangtua Salmia, mereka hanya mengizinkan Salmia membantu sedikit saja.

Tak berselang lama pak Ahmad dan rombongannya terlihat muncul dari timur menuju rumah Salmia. Dengan sigap, Bapaknya Salmia langsung membantu mengarahkan mobil tamu ke halaman rumahnya yang cukup luas.

Rumah orangtua Salmia cukup sederhana, karena mereka memang bukan orang kaya.

“Assalamualaikum Pak, Bu..”

“ Waalaikumussalam. Monggo silahkan masuk Pak, Bu, Mas..”

Setelah basa-basi cukup lama, akhirnya pak Ahmad mewakili tamu untuk menyampaikan niat baiknya.

“Begini Bapak Aman, kedatangan kami kesini karena Bapak Sholih berniat untuk melamarkan putranya untuk mbak Salmia.”

Sontak Salmia kaget. Jantungnya berdegup kencang.

“Ternyata gini rasanya dilamar langsung di rumah” batin Salmia. Haha dasar Salmia.

Nisya pun menyenggol Salmia sambil mengedipkan mata.

“Ishh apaan sih Nisya” batin Salmia sambil mencibir ke arah Nisya.

Tentu saja ia malu jika ada yang melihat.

“Wah alhamdulillah bapak, terimakasih banyak untuk niat baiknya. Namun untuk keputusannya, nanti saya serahkan pada nak Salmia nggih.. mungkin istikhoroh dulu..” jawab bapaknya Salmia.

“Enggih bapak, insyaallah kami tunggu jawabannya nggih..”

Kemudian mereka lanjut membahas profil laki-laki yang akan menikahinya itu, dari umur, status kuliah hingga pekerjaannya. Laki-laki itu bernama Irham dari jurusan Audio Visual dan sudah memiliki pekerjaan sebagai fotografer.

Sepertinya sih mereka dari keluarga yang berada dan orang tuanya terlihat lemah lembut. Bahkan sangat ramah dan terlihat menyukai Salmia.

Setelah semua tamu pulang, Orangtua Salmia memberikan restu kepada Salmia.

“Sal, pak Ahmad insyaallah sudah tahu bagaimana kefahaman agama Mas Irham. Orang tuanya juga baik, rendah hati. Kamu juga sudah waktunya menikah, sebaiknya terima saja. Tapi bapak ibu tidak memaksa, kamu sholat istikhoiroh dulu gapapa, sedangkan bapak ibu insyaallah udah mantep ngrestuin kamu sama mas Irham.” Ucap Bapaknya Salmia.

Sejujurnya Salmia mengenal mas Irham. Kosnya memang masih satu kompleks dengan kos mas Irham, namun mereka belum pernah ngobrol lama. Paling-paling cuma nyapa ketika berpapasan di masjid Talangbunga. Keliatannya sih mas Irham baik.

Entah kenapa yang tadinya kekeh belum mau nikah, kini Salmia malah ada rasa aneh dalam dirinya. Seperti ingin menerima lamaran mas Irham. Iapun mempertimbangkannya, tidak langsung menolak seperti biasanya.

Dalam beberapa hari ini Salmia masih lanjut sholat istikhoroh juga hajat dan bertanya pada beberapa teman dekat mas Irham mengenai karakternya, tentu pada orang yang sudah dipastikan insyaallah dapat dipercaya dan tidak akan menyebarluaskan hal ini pada siapapun.

“Ya Allah jika mas Irham baik untukku, hidupku, dan agamaku, maka jodohkan dan dekatkan kami. Jika dia bukan jodphku maka tunjukkanlah dan berilah ganti yang lebih baik.” Do’a Salmia setelah sholat.

Baginya semua hal harus melibatkan Allah, terutama perihal mencari jodoh.

Tiba-tiba Salmia keinget Revan. Dia kan satu kos dengan mas Irham, barangkali ada informasi.

“Revan kenal mas Irham gak?” pesan Salmia pada Revan.

“Kenapa Sal”

Revan selalu memanggil nama Salmia dengan namanya langsung meskipun Salmia lebih tua tiga tahun darinya, itulah mengapa Salmia juga memanggil Revan dengan namanya langsung.

“Gini, aku tuh dilamar dia, jangan bilang siapa-siapa ya ehe”

“Hah? Kamu terima?”

“Rencana sih iya, emang kenapa Van?”

“Ya gapapa sih, aku telat dong.. padahal aku udah mulai nyiapin semuanya buat lamar kamu”

“Eh kenapa ga bilang?”

“Ya aku gak mau bilang di saat aku belum siap. Jatuhnya ntar kayak janji palsu, kamu gak percaya nanti. Tapi yaudah gapapa, mas Irham baik kok, semoga lancar yaa..” Jawab Revan mencoba tabah.

“Ih maap banget Van, semoga kelak kamu dapat perempuan yang terbaik buat kamu ya..” balas Salmia dengan perasaan tidak enak hati.

“Aamiiin..” jawab Revan singkat. Tentu saja Revan langsung hancur. Sakit.

Disisi lain, pikiran Salmia terganggu.

“Jadi selama ini Revan suka sama aku, emang agak keliatan sihh.. emm dia emang tipe aku dan udah nyambung banget kalo ngobrol sama dia, tapi aku lanjut sholat aja deh. Bagaimanapun kemantapan hatiku setelah sholat insyaallah itulah jawaban terbaik.”

Setelah satu minggu berlalu, hati Salmia mantep untuk menerima mas Irham. Keluarga merekapun merespon dengan senang dan berkali-kali mengucapkan terimakasih pada Salmia.

Seperti biasa, selain ke Nisya, Salmia juga mengabari Rahman. Perihal lamaran termasuk hal krusial yang sebaiknya tidak disebarluaskan terlebih dahulu. Salmiapun hanya cerita pada beberapa teman dekatnya, Nisya, Rahman, Revan, dan juga menanyakan pada beberapa teman dekat mas Irham terkait sifat dan karakternya.

Seperti wejangan yang sering kita dengar, bahwa kita supaya menanyakan pada teman dekatnya apakah dia orang baik, ringan tangan atau tidak dan sebagainya karena kalo bisa menikah itu sekali seumur hidup saja. Yang terpenting libatkan Allah, tidak berhenti untuk selalu meminta petunjuk padanya.

...****************...

“Man, Melia ngajakin ke kafe ntar malam, mau nggak? Ditraktir nih..Skuyylahhh..” bujuk rio pada Rahman.

“Liat ntar deh, kalo nggak ada acara aku berangkatt haha..” jawab Rahman.

Tiba-tiba ada pesan masuk di ponsel Rahman.

“Mas Rahman aku dilamar mas Irham dan aku menerimanya, tahukan mas Irham, menurut mas, mas Irham gimana? Aku deg degan nih haha” pesan dari Salmia.

Mlak jlebb..glenderrr.. duarrr.. seperti mendengar guntur, seperti terkena ledakan, hati Rahman bergemuruh panas. Ia tidak menyangka rasanya senyesek ini mendengar Salmia menerima lamaran orang lain.

Setelah mengambil nafas dalam-dalam iapun membalas pesan Salmia dengan lapang dada.

“Wah alhamdulillah mbak.. semoga dilancarkan yaa.. mas Irham baik mbak setahuku.. ikut seneng mbak udah mau nikah” Jawab Rahman pura-pura bahagia.

“Ehe makasih ya mas doanyaa..” balas Salmia seperti tanpa dosa. Haha iyalah Salmia kan gak tahu kalo Rahman suka sama dia.

Jujur saja setelah Rahman mengirim pesannya, ia merasa hatinya remuk, bisa dibilang sama seperti yang dirasakan Revan. Belum juga ngungkapin, gebetan sudah menerima lamaran orang lain. Ia ingin marah namun apadaya ia juga belum siap jika ingin melamar Salmia, lebih dari itu ia masih cukup takut untuk mengungkapkan perasaannya. Iapun mencari tempat sepi untuk sekadar menenangkan diri.

“haha..hahaha.. headshoot gais.. ternyata sakit juga mau ditinggal nikah orang yang kita suka.. haha gokillll... sakiittt men sakit.. lagian juga mana pernah Salmia nglirik aku yang miskin iniii hahaa.. masih untung dia mau temenan sama kamu broo.. haha sakit parahh.. kamu juga apa atuh Rahman, udahlah terima ajaa ga usah nangisss astagaaa.. aishhhh parahhhh lu mannn gini aja nangisss..” Gerutu Rahman asal dan ga jelas bahkan menitikkan air mata.

Siapapun yang melihatnya saat ini pasti merasa iba sekaligus heran, penampakannya sudah seperti orang gila yang tiba-tiba ketawa tiba-tiba menangis. Pasti menyedihkan siihh.

Akhirnya Rahmanpun menghubungi Rio bahwa ia setuju pergi ke kafe sekadar untuk minum kopi dan menghibur dirinya daripada galau seperti ini.

Jika temen-temen suka.. mohon dukungannya yaa🙏🤗 Terimakasihhhhh❤❤❤

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!