“Bikin emosi aja sih bani. Udah dua bulan tasnya nggak jadi-jadi. Mana tadi malah main hp pas aku tungguin. Niat kerja nggak sih. Soalnya ini customer tas kulitnya udah marah dan nagih terus, uangnya juga mau buat persiapan pernikahan. Ahh pusingg“
Kesal Rahman di sepanjang perjalanannya. Pukul 2 pagi. Dan ia dalam keadaan mengantuk karena belum tidur seharian tadi.
Bruukkk!!
“Akhh..hahh..ssshh sakit bangettt..Salmia..” ucap Rahman lirih di saat ia sedang terkapar di aspal. Pandangannya kabur.
Rahman mengalami kecelakaan.
Ia bertabrakan dengan seorang laki-laki yang kurang mematuhi rambu-rambu lalu lintas. Laki-laki itu melewati jalur yang salah sedangkan Rahman tanpa sadar menggunakan kecepatan cukup tinggi dikarenakan terbawa emosi, sehingga sulit untuk mengerem dadakan, namun Rahman tetep berusaha menghindar.
Laki-laki itu juga terjatuh ke Aspal. Namun tidak begitu parah, malahan Rahman yang terluka dibagian lutut dan kakinya. Laki-laki itu langsung membantu Rahman ke tepian dan mencarikan obat luka dan memakaikan kain kasa pada luka Rahman. Dan membawa Rahman ke klinik terdekat yang masih buka.
Rahman masih tersadar hanya saja ia merasakan sangat sakit di kakinya. Ia menghubungi keluarganya.
10 menit kemudian keluarganya datang dan membawanya pulang. Pihak Rahman dan laki-laki tadi memilih jalur damai.
Setelah sampai di rumah, Rahman mengabari Salmia.
“Assalamualaikum dek..maaf baru bales.. mas habis kecelakaan..”
“Ya Allah mas.. innalillahi.. terus gimana keadaan mas sekarang?”
Salmia langsung membalas pesan Rahman, karena memang sedari tadi ia menunggu pesan dari Rahman, seperti biasa dia masih belum bisa tidur. Ia sangat khawatir mendengar kabar Rahman kecelakaan.
“Alhamdulillah gapapa dek.. cuman kaki mas masih sakit banget.”
“Ya Allah.. mas buat istirahat aja ya mas jangan aktivitas dulu.. sabar ya mas huhuu..semoga cepet sembuh sayang”
“Iya dek.. makasih banyak yaa.. aamiin sayang..”
Waktupun terus berjalan.
Setelah satu minggu, Rahman masih saja belum bisa bekerja, karena luka di kakinya masih belum pulih total. Masih belum bisa mengendarai sepeda motor. Rahman semakin frustasi aja rasanya. Hari pernikahannya tinggal 40 hari lagi, sedangkan ia belum bisa ngapa-ngapain.
"Maaf ya dek, mas belum kerja seminggu ini.. mas sedih juga sebenarnya, padahal mas harus cari uang tambahan. " batin Rahman.
...****************...
4 hari kemudian.
Rahman sudah bisa bekerja. Ia mulai semangat untuk mengumpulkan uang. Ia takut waktunya tidak cukup. Ia bekerja keras siang sampai malam, bahkan sampai pagi dan hanya tidur beberapa jam saja.
Rahman selalu menyempatkan menghubungi Salmia setiap harinya. Karena selain ingin menjaga komunikasi, itu juga menambah semangat Rahman dalam bekerja. Meskipun terkadang ia juga kesal karena masih harus berdebat dengan orangtuanya terkait biaya pernikahan.
“Dek doain mas ya, biar diberikan kelancaran rezeki.. dan dilancarkan pernikahan kita nanti..”
“iya mas aamiiin.. semangat ya mas..aku sayang mas..”
“iya dek mas juga..”
Membaca itu, Rahman semakin bersemangat kerja sekalipun harus menahan lelah dan sering kehujanan, karena masih musim hujan.
“Ya Allah, deres banget hujannya.. rumah pembelinya yang mana sih, kok jalannya berliku banget dan banyak gang”
Rahman mencari rumah pembeli makanan di SP Food sampai harus berjalan kaki karena jalannya sulit di lewati kendaraan. Meskipun sudah memakai jas hujan, air hujan masih tembus ke dalam dan membasahi pakaiannya dikarenakan jas hujannya ada yang berlubang.
Sedangkan pembelinya masih belum bisa dihubungi dari tadi. Ia kebingungan dibawah derasnya hujan, terlebih saat ini sedang gelap karena pukul 8 malam.
Guk..guk..guk..!
Ada beberapa anjing galak di depannya. Masih agak jauh memang. Ia bingung harus bagaimana, ia memiliki trauma pada anjing. Rahman benar-benar ketakutan. Iapun berjalan mundur hingga sampai belokan gang.
“Mas, mau anter makanan ya?”
Ada seseorang memanggil dari belakang.
“Iya mas bener..”
“Sini mas naik sepeda motor saya, itu anjingnya galak soalnya.”
“Iya mas..”
Rahmanpun menaiki motor laki-laki yang memakai seragam yang sama dengannya itu, seragam Driver SP Food. Alhamdulillah ada pertolongan dari Allah untuknya.
“mau anter makanan kemana mas?’
“Ini mas..” Rahman menunjukkan alamatnya.
Laki-laki itu langsung paham dan mengantar Rahman kesana. Tibalah ia di depan rumah pembeli. Laki-laki itu langsung menggedor-gedor pintu rumah dan keluarlah pembeli itu.
“Maaf mbak ini pesanannya. Kok lama nggak bisa dihubungi mbak?” ucap Rahman.
“Maaf mas saya ketiduran tadi..”
“Lain kali jangan sampai ketiduran ya mbak, soalnya rumah jenengan jalannya sulit dan ini malam hari, kasian masnya kebingungan .”
Ucap laki-laki itu dengan nada marah. Karena kasian dengan Rahman. Mungkin karena dia pernah mengalami hal itu.
“Baik mas..maaf ya mas” ucap pembeli itu ketakutan.
“Maaf ya mbak..terimakasih saya permisi dulu mbak..” ucap Rahman pada pembeli itu.
“iya mas..terimakasih kembali, maaf ya mas..”
Kemudian laki-laki itu mengantarkan Rahman menuju sepeda motor Rahman sesuai petunjuk Rahman.
“makasih banyak ya mas sudah membantu, dah ga tau saya tadi gimana ngadepin anjingnya”
“Sama-sama mas.. besok lagi lewat gang sebelah sana saja mas.. kalo lewat sana kendaraannya bisa dibawa masuk..” ucap laki-laki itu sembari menunjuk gang yang dimaksud.
“oalah baik mas siapp..”
“Oke saya pergi dulu mas..”
Laki-laki itupun pergi meninggalkan Rahman, dan Rahman kembali ke tempat ia biasa mangkal. Begitulah lika-liku driver SP Food apalagi di musim hujan ini harus ekstra sabar. Namun Rahman menahan rasa lelah itu demi mencari uang untuk orang yang sangat ia cintai, Salmia.
“Dek makasih ya doanya.. tadi mas ada kesulitan di jalan tapi kemudian ada pertolongan sehingga mas selamat dari anjing-anjing galak.. insyaallah ini berkat doa kamu..”
“ya Allah mas.. alhamdulillah kalo mas ga kenapa-kenapa.. tetep banyak doa ya mas..”
“Iya dek..i love you.”
“i love you too mas..”
...****************...
“Nduk Salmia..itu calon suamimu bener-bener mau bantu biaya nikah kamu kan, kemarin waktu paman bahas itu di rumah mereka, ibunya mengiyakan soalnya. Kasian bapakmu kalo mereka nggak bantu biaya, mau bayar pake apa nanti biaya nikahnya..”.
“Enggih siwo, insyaallah dibantu..”
“Oh ya adat jangan lupa, pemesing, seserahan, dan lain-lainnya sudah tak jelasin kemarin ke mereka, tapi coba ingetin lagi ke calon suamimu ndak ada yang kurang..”
“Nggiih siwo..” (Siwo artinya paman, dalam bahasa jawa)
Memang benar, Bapaknya Salmia, Salmia, dan pamannya itu sudah sempat ke rumah orangtua Rahman untuk membahas soal adat pernikahan dan biaya bantu nikah.
Takut lupa, Salmiapun langsung menghubungi Rahman.
“Assalamualaikum mas.. buat seserahan dan pemesingnya udah siap? Tinggal 3 minggu lagi loh mas..”
“Walaikumussalam.. baru pemesingnya aja dek.. yang lainnya belumm”
“Oalah ya gapapa mas.. oh ya rencana apa aja seserahannya mas, lengkap kan mas sesuai yang dibilang siwo kemarin waktu di rumah mas.”
“itu dek, pemesing , baju sepasang, makanan, ayam jago, beras sama bumbu dapur dek..itu kata ibu dek.. kakak-kakakku kemarin juga gitu..”
Bagai tersambar petir. Bukannya Salmia matre, tapi Salmia hanya ingin Keluarga Rahman mengikuti adat di desanya. Apalagi keluarga besarnya sudah selalu wanti-wanti untuk memastikan sesuai adat.
Ya memang Salmia senang jika mendapatkan seserahan itu karena berisi barang-barang pribadi untuk sang mempelai wanita, itu adalah hal yang wajar.
Namun Salmia tidak sebatas memikirkan itu, Salmia hanya ingin pernikahannya berjalan lancar sesuai adat dan tidak ingin suaminya diremehkan karena dianggap tidak niat dalam mempersunting Salmia.
Kesalahan Salmia disini adalah dia terlalu mendengarkan apa kata orang. Memasukkan omongan buruk ke hatinya yang membuatnya sakit hati.
“Mas, maaf, tapi kan kemarin dijelasin nggak cuman itu seserahannya. Adat sini sama adat kakak-kakakmu mungkin berbeda mas.. “
“Oalah gitu ya dek.. apa yang kurang dek?”
“Mas sih kemarin dijelasin malah keluar masuk ruangan, berarti ibumu nggak jujur sama mas.. padahal jelas-jelas disampaikan detail sama pamanku.”
“Maaf ya dek.. kemarin nggak ada yang membantu, jadinya mas yang ngurusin makanan dan minumannya..Fani Sekolah soalnya.”
Salmia cukup kesal dengan ibunya Rahman. Seperti nggak dihargai banget sebagai calon menantu.
“Iya tahu kalo kalian merasa kalian orang nggak punya, tapi aku kalo jadi kalian nggak akan segitunya banget sih. Bakalan diusahain dulu gimanapun caranya, apalagi mau mempersunting anak orang, kok nggak niat banget. Kesel.” Batin Salmia.
“Oalah gitu.. huhu yaudah deh mas.. jadinya gimana mas mau ikutin adat atau engga..” ucap Salmia pasrah.
“iya dek,, sebutin lagi ya dek kemarin apa aja..” Rahman merasa nggak enak sama Salmia.
“ini mas udah aku tulis semua.. kalo mas sibuk, biar aku yang cari sendiri aja gapapa seserahannya, aku tak cari yang harganya murah-murah aja. Kemarin aku liat di shopee ada tas dompet Cuma 10.000 an. Gak harus mahal kok, yang penting lengkap aja sesuai adat, toh mereka gak ngecek harga, .mumpung bentar lagi flash sale”
“Oalah iya dek gapapa.. maaf ya dek.. nanti kamu hitung, bilang aja butuh berapa ya dek..”
“Iya mas..”
Jujur Salmia sedih. Tapi ia masih berpikir mungkin ini cobaan pernikahannya.
Di sisi lain Rahman pusing. Uang yang dia kumpulkan masih kurang banyak, ia bingung harus bagaimana lagi.
Ia juga berusaha meminjam ke beberapa temannya takut kalau-kalau uangnya masih belum terkumpul di hari H. Meskipun tidak semudah itu meminjam uang pada teman-temannya.
...****************...
Rahman baru saja keluar dari kamar mandi POM Bensin. Lalu ia menuju tempat di mana ia memakirkan sepeda motornya.
Saat hendak menyalakan sepeda motornya, ia teringat menaruh hpnya di dalam kamar mandi ketika ia buang air kecil.
Setelah sampai di kamar mandi, ia tidak nmenemukan hpnya disana. Iapun segera mencari ke seluruh tempat di sekitar POM, namun ternyata nahas, sia-sia.
Hp Rahman hilang.
Malang nian nasib Rahman. Niat hati untuk semaksimal mungkin mencari uang untuk pernikahannya malah mendapat cobaan bertubi-tubi. Bagaimana mau bekerja kalo hpnya saja hilang. Rahman langsung lesu tak berdaya.
"Ya Allah innalillahi wainnailaihi raji'un.. apalagi ini ya Allah.. bagaimana saya mau cari uang ya Allah.. "
ucap Rahman lirih dengan ekspresi sedih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments