Mendadak Di Nikahi Berondong
‘Berjuta rencana telah ku susun
Perlahan menyusun kepingan puzzle yang rumit
Meniti jurang harapan dengan penuh perhitungan
Tapi takdir Tuhan tak bisa di tebak
Kita hanya bisa merancang,
Tapi tetap Dia yang menentukan'
~Kezra Anindya Grania~
“Ayo, salim!” Mataku tak ragu untuk melotot. Memindai antara tangan Keanu yang terulur dengan wajahnya yang tersenyum lebar tanpa dosa. Aku melihat sekeliling, takut jika ada yang melihat kelakuan bocah tengil yang Memakai seragam putih abu-abu yang ada di hadapanku ini. Parkiran ini masih sepi, belum ada kendaraan yang terparkir dan belum ada siswa ataupun para pengajar yang datang. Ya, aku sengaja mengajaknya pergi pagi-pagi sekali karena tidak ingin di lihat orang lain jika aku datang dengannya. Apa yang akan ku katakan pada mereka jika kami ketahuan datang berdua?
Ia sempat protes bahkan sempat terjadi adu mulut ketika aku mengajaknya pergi di pagi buta.
“Kenapa? Ngga’ mau salim sama suami?” Aku menarik napas lumayan panjang, lalu menghembuskannya dengan terburu-buru. Untung saja aku tidak tersedak dengan napas sendiri. Eh, apa ada orang yang tersedak napas sendiri? Ah, ku rasa otakku sedikit bergeser karena terlalu sering bersama bocah tengil menyebalkan yang sayangnya harus menjadi suamiku. Aku mengelus dada berupaya untuk sabar.
Entahlah, kesalahan apa yang telah ku lakukan di masa lalu sehingga di masa sekarang aku harus menikah dengan bocah tengil yang kebetulan ia juga merupakan muridku. Terkadang jika aku pikirkan kembali, aku hampir menjadi orang yang tidak waras. Semua ini sungguh tidak bisa di terima dengan logika.
“Ayo, salim!” desaknya dengan melotot berlagak sebagai suami yang galak.
“Jangan macam-macam!” balasku tak kalah galak. Aku melotot ke arahnya, dengan tangan kanan berada di pinggang sedangkan tangan kiriku menggenggam tas berwarna hitam favoritku.
“Mau jadi istri durhaka?”
“ Mau masuk neraka?” imbuhnya. Aku memutar bola mata malas. Ini merupakan kata-kata mutiara yang akan hadir ketika aku membantah ucapannya.
“Apa kamu sudah tidak waras? Ini di sekolah. Jaga sikapmu!” ucapku dengan suara pelan. Aku tidak ingin para siswa dan rekan guru yang lain mengetahui pernikahan rahasia kami. Pernikahan yang tidak pernah ku bayangkan dan ku harapkan sebelumnya.
“Ya makanya cepat salim! Keburu mereka datang dan memergoki kita yang sedang bermesraan,” ia tersenyum miring. Alisnya terangkat, bergerak turun naik menggodaku.
“Kamu ....” aku menggertakkan gigi dan mengepalkan tangan. Aku sangat kesal dengannya. Dia selalu saja menggodaku dan membuatku naik darah dengan semua kejahilannya. Aku berharap umurku masih aman hingga tua nanti.
Aku mengambil tangannya yang terulur, lalu mencium punggung tangan bocah tengil itu.
“Nah, begitu istri Solehah.” Ia mengelus pucuk kepalaku dengan senyum yang mengembang. Lesung Pipinya terlihat, menambah manisnya senyuman bocah tengil ini. Eh ... Apa yang ku katakan? Tidak! Ku tarik kembali ucapanku.
Dengan cepat aku menarik tangan yang di genggamnya.
“Lepas!” aku mendelik, seraya berusaha menarik tanganku yang tidak mau di lepaskannya.
“Baru di puji Solehah, sekarang udah jadi solehot! Dasar Solehah bin solehot." cibirnya. Sedetik kemudian ia melepaskan genggaman tangannya. Aku segera berjalan menjauh, meninggalkan Keanu yang masih terkikik karena melihat muka kesalku.
“Sayang ... Ada yang lupa!” teriaknya yang seketika membuat aku tak ragu untuk berbalik arah. Aku berlari kembali menghampiri bocah tengil yang hampir saja membuat kepalaku meledak.
Sesampainya aku di sana, tak segan ku bungkam mulutnya dengan tangan kananku. Ku sertakan wajah kesal setengah mati.
“Jaga mulutmu! Sayang ... Sayang. Mau ku jahit mulut kamu?” ancamku seraya melotot. Ia tertawa, sehingga membuatku semakin kesal. Aku menurunkan tanganku dari mulutnya.
“Kenapa kamu tertawa?” aku mendelik dengan berkacak pinggang.
“Kamu psikopat.” katanya.
“Terserah.” jawabku acuh.
Ia kembali tertawa, kali ini terdengar lebih keras.
“Jangan panggil aku sayang! Kamu tahu kan, ini di sekolah!” aku benar-benar hilang kesabaran. Sesekali mataku menyapu sekeliling, takut jika ada orang lain yang melihat kami sedekat ini.
“Iya, aku tahu. Siapa bilang ini di taman hiburan.” jawabnya enteng dengan gaya tengil, ciri khasnya.
“Aku mau masuk. Jaga mulutmu! Ingat perjanjian kita. Tidak ada yang boleh tahu dengan pernikahan kita. Ingat itu!” ucapku memperingatkan, tak lupa jemariku turut serta menunjuk hidungnya yang kempas kempis.
Dia mengangguk. Entah itu paham atau tidak, aku tidak tahu. Aku melengos, kembali mengayunkan kaki berniat menuju kantor. Sebelum langkahku menjauh, Keanu kembali memanggilku.
“Tunggu dulu! Kamu melupakan sesuatu.”
Aku berhenti. Kepalaku menoleh kepadanya, tapi tidak dengan tubuhku.
“Apalagi?”
“Assalamualaikum istriku, selamat bekerja. Jangan galak-galak ya! Nanti aku tambah cinta kalo kamu makin galak.” ujarnya seraya mengedipkan mata dan mengangkat jarinya membentuk hati. Finger love.
“Saranghae.” ucapnya pelan.
Aku memutar bola mata malas.
“Waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh.” jawabku lalu segera berjalan terburu-buru agar bisa lepas dari jerat bocah tengil itu. Masih ku dengar derai tawanya yang menggema di belakangku. Aku tidak peduli, aku hanya ingin cepat-cepat pergi dari sana.
Aku seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah yang cukup ternama di Ibukota. Aku mengajar di sini melalui jalur seleksi dan tak ku sangka aku di terima di sekolah elite ini, aku hijrah ke sini meninggalkan kampung halaman. Mencoba mengadu nasib agar bisa membantu perekonomian keluarga serta membanggakan Ibu Bapak yang menggantungkan harapan padaku.
Baru satu tahun aku mengabdi di sekolah ini sebagai guru Bahasa Indonesia. Menjalani hidup jauh dari orang tua dan sanak saudara. Mencoba menaklukkan Ibukota yang kejamnya lebih dari Ibu tiri. Aku yang biasanya akan manja dengan Ibu, kini harus terbiasa melakukan apa-apa sendiri. Hidup di Ibukota, tak mudah pastinya. Satu bulan berasa di sini aku tak mempunyai teman sama sekali, kecuali rekan kerja yang kebanyakan dari mereka telah berkeluarga.
Hingga enam bulan lalu, aku mengenal seorang pria dan kami menjalin suatu hubungan. Dia baik, tampan, dewasa dan mapan. Sikapnya yang baik dan ramah membuatku jatuh cinta. Aku tidak bisa menolak pesonanya. Bisa di katakan, semua kriteria pria idaman ada pada kekasihku itu. Dia seorang karyawan di salah satu perusahaan besar di kota ini. Kami saling mencintai dan kami sudah berencana akan menikah tahun depan saat usiaku genap dua puluh enam tahun dan dia genap berusia tiga puluh tahun.
Tapi, kita sebagai manusia hanya bisa merencanakan dan Tuhan yang berhak menentukan. Kejadian satu bulan lalu menghancurkan mimpi yang telah lama kami gantungkan. Aku terpaksa harus menikah dengan muridku sendiri. Semua ini terasa mimpi dan tidak masuk akal. Aku saja masih tidak percaya dengan apa yang telah terjadi. Takdir tampaknya ingin bermain-main denganku.
Keanu merupakan keponakan dari pemilik sekolah. Ia masih kelas dua belas dan sedang menjalani ujian kelulusan. Usianya belum genap sembilan belas tahun. Anaknya tengil, lebih dominan jahil serta usil. Termasuk siswa yang bandel dan suka bolos. Suka tidur di kelas dan suka membuatku emosi tingkat tinggi jika mengajar di kelasnya. Meski begitu, sebenarnya Keanu anak yang baik dan pintar. Sikapnya yang nakal masih menjadi misteri hingga saat ini. Bahkan setelah satu bulan menikah, aku belum tahu apa-apa tentangnya.
Aku dan Keanu sepakat untuk merahasiakan pernikahan ini. Bahkan pada pacarku sendiri dan semua orang kecuali orang tuaku dan pamannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Ratu Fadira
kurang setuju nih kl hrd dirahasiakan ke pacarnya sendiri bs jd bumerang dan mslh dlm rumah tangganya nanti
2024-07-04
0
Sulaiman Efendy
ITU YG AKN JDI MASALAH, KRN LO RAHASIAKN KE PACAR LO.. KLO KE YG LAIN WAJAR
2023-11-05
4
nuraeinieni
aq mampir thor
2023-07-05
2