Vio kembali ke dalam aula dimana acara itu dilaksanakan. Dengan berkumpul bersama mami dan papinya Vio diperkenalkan mami papinya Vio kepada rekanan bisnis papinya.
"Vio tumbuh menjadi putri yang sangat cantik ya, Pak" sahut rekan papi yang berambut sudah mulai memutih namun masih nampak gagah.
"Iya, Pak Bisma. Dia juga anak yang mandiri" jawab papi Vio kepada rekannya itu yang bernama Pak Bisma.
"Ayo, Vio ucapkan selamat datang dan terimakasih pada Pak Bisma" ucap mami Vio menyambung.
"Assalamu'alaikum. Selamat malam, Pak Bisma. Selamat datang di acara anniversarynya mami sama papi saya. Terimakasih atas kehadirannya. Mohon maaf bila hidangannya masih ada yang kurang berkenan" sambil menangkupkan kedua tangannya ke depan dadanya.
"Wa'alaikumsalam. Terimakasih kembali, nak Vio. Semua hidangan di sini sangat istimewa. Jangan khawatir nanti pasti akan kami habiskan. Hahaha.." canda Pak Bisma.
"Hai, jeng Atmadja. Selamat ya, jeng atas anniversarynya yang ke 30th. Semoga langgeng dan semakin mesra sama Pak Atmadja" sahut tiba-tiba teman perkumpulan arisan sosialita mami Vio.
"Terimakasih, jeng. Ayo ayo silahkan hidangannya jangan dianggurin lho" sambil mempersilahkan teman-teman sosialitanya, mami Vio kemudian kembali bergabung bersama Vio.
"Mi, aku duduk dulu ya di sana. Vio capek" keluh Vio. Vio memang merasa capek.
"Baiklah, sayang" jawab mami sambil mengelus lengan putri cantik semata wayangnya.
Kemudian Vio segera beranjak menuju ke sebuah meja utama khusus keluarga. Sambil menundukkan kepala Vio bermain ponsel pintarnya. Apa yang dilakukan Vio dengan ponselnya, Vio hanya berchat ria dengan Siska.
"Sungguh bosan kak disini. Kak Siska apa kabar? Debay bagaimana, kak? Kak Farel siap siaga kan? Jika tidak bilang padaku ok?" berondong Vio yang seolah-olah mengadu pada kakaknya.
Ting. Sebuah balasan chating dari aplikasi hijau.
"Alhamdulillah kami sehat. Kenapa bosan? Bukankah disana sedang anniversary mami papi kamu ya? Harusnya seneng dong keluarga besar hadir. Tenang aja kakakmu siap siaga kok. Malah terlalu lebay. Over protektif. Kakak jadi gak nyaman mau kemanapun harus menunggu kakakmu itu" balas Siska disertai emot memukul kepala.
Lalu Vio kembali menghubungi Rena sahabatnya itu. "Kemana si putri itu ya kok gak nongol-nongol juga dari tadi" batin Vio sambil mengedarkan pandangannya. Lalu menunduk kembali memainkan ponselnya.
"Hei tuan putri yang selembut salju! Dimana dikau?" chat Vio kepada Rena.
Selang beberapa menit balasanpun tidak muncul. Vio menjadi khawatir. Karena tadi Rena sudah masuk bersama mami papinya.
Disaat bersamaan sedang asyik main ponsel, mami papi Vio kedatangan tamu istimewa keluarga Pramudya yang ditunggu-tunggu sedari tadi.
Kemudian setelah bertemu sapa antara keluarga Atmadja dan Pramudya, acarapun segera dimulai. Namun, tanpa Vio. Karena semenjak Vio berangkat sudah berpesan sama mami papinya bahwa Vio akan muncul ketika nama Vio dipanggil setelah acara yang lain selesai yang tak lain adalah Vio akan muncul saat diakhir acara. Vio tidak terlalu suka tampil dikhalayak umum.
Semakin lama duduk Vio semakin gelisah.
"Kemana ya Rena tadi?! Chat pun belum dibalas. Apa ibunya sakitnya kambuh ya?" gumam Vio.
Tanpa sadar ada yang memperhatikan Vio dari belakang meja bagian pojok yang penerangannya agak remang-remang itu. Sosok itu tampak tersenyum tipis.
"Rupanya cewek aneh itu juga ada di sini. Apakah dia keluarga Atmadja?!" seringai laki-laki misterius itu disertai kebingungan.
"Tapi keluarga Atmadja tidak pernah mempublikasikan putrinya. Bahkan tidak ada seorang pun yang tahu apakah keluarga Atmadja memiliki seorang putri atau putra. Hmm...Sangat cantik" gumam laki-laki itu.
"Hello tuan putri!" sapa laki-laki bertuxedo terlihat flamboyan kepada Vio yang duduk sendiri.
Tampak Vio tidak menanggapi.
"Hei kenapa kamu duduk di sini, putri?" sambil mengambil tempat duduk laki-laki itu tersenyum menyeringai.
Vio yang melihatnya pun merasa atmosfer didepannya menyeramkan. Firasat Vio sudah tidak enak. Sepertinya laki-laki didepannya itu nekad. Buktinya tempat duduk didepannya adalah milik mami papinya tapi laki-laki itu malah duduk di situ tanpa sungkan sedikitpun. Namun tetap sama Vio tidak meresponnya.
Plakk. Suara sebuah tangkisan tangan. Ya Vio menangkis tangan laki-laki kurangajar didepannya itu saat laki-laki itu hendak memegang tangan Vio.
Tak lama Vio pun beranjak dari situ. Tanpa diduga karena tergesa-gesa demi menghindari laki-laki flamboyan itu kaki Vio tersandung. Beruntunglah sebuah tangan kelar menangkap tubuh Vio sehingga tidak terjatuh.
Laki-laki yang berada dipojokan tadi adalah Vrish. Saat mengetahui gelagat dari laki-laki yang mendekati Vio tidak baik maka Vrish berniat membantunya. Hanya saja Vio sudah menghindarinya dengan cepat.
"Te..terimakasih" ucap Vio terbata-bata karena kaget saat tahu yang menolongnya adalah Vrish dan melihat tatapan Vrish yang sulit dimengerti namun tampak dingin.
"Dia..." batin Vio.
"Kenapa sorot matanya sangat lembut dan wajahnya yang sangat halus itu memiliki kulit kenyal seperti wajah bayi yang dibalut dengan make up natural?! Mata hitamnya sungguh mempesona. Jantungku..kenapa dengan jantungku?! Kenapa hatiku merasa hangat?! Entah kenapa tadi aku berniat ingin menolongnya? Pasti ada yang salah dengan diriku" batin Vrish.
"Ma..maaf" ucap Vio sambil segera berdiri dengan benar.
Dari kejauhan ada enam pasang mata yang sedang mengamati dari depan. Ya mereka adalah mami papi Vio dan papanya Vrish. Mereka tersenyum hangat melihat kejadian itu. Tanpa diduga...
Tanpa menjawab Vio Vrish segera beranjak maju ke depan menyusul papanya.
"Pak Atmadja selamat atas anniversarynya. Semoga langgeng dan bahagia" ucap Vrish.
Dibelakang sana Vio berdiri menunggu Rena.
"Kemana Rena ya?!" tanyanya pada diri sendiri.
Tut tut tut. Terdengar nada panggilan tidak tersambung.
"Baiklah. Saatnya kita panggil putri tercinta Pak Atmadja serta Ibu Atmadja. Nona Violetta Andjani Atmadja. Mari kita sambut Nona Violetta untuk maju ke depan bersama mami dan papinya. Kasih tepuk tangan yukkk. Putri cantik yang selama ini tidak mau dipublikasikan sekarang saatnya dunia mengetahuinya. " MC pun memanggilnya dengan senyuman ramah dan lebar.
Vio lalu maju ke depan. Menyusul mami dan papinya. Sambil menganggukkan kepalanya tanda hormat dan menyapa para tamu undangan yang sudah hadir dengan senyum manis nan menawan.
"Ya. Inilah putri kecil kami yang selama ini tidak mau dipamerkan katanya" ucap papi Vio dengan suara menggema dalam ruangan dengan nada sedikit menggoda Vio.
"Selama ini dia selalu merasa malu. Putri kami satu-satunya yang tidak pernah mau tergantung sama orang tuanya. Namun selalu menjadi kebanggaan keluarga" lanjut Pak Atmadja dengan senyum bangga terhadap Vio didampingi mami Vio.
Semua orang terpesona dengan kecantikan Vio ditambah dengan senyum manis Vio yang memancarkan keanggunan seorang Vio putri konglomerat Atmadja.
"Ternyata putrinya sangat cantik ya" ujar salah satu tamu undangan.
"Iya. Dari tadi aku perhatiin ada gadis duduk didepan sana sendirian aku pikir tamu VIP nya Pak Atmadja" ujar temannya.
"Sungguh beruntung laki-laki yang akan mendapatkannya ya" ujar seorang lagi.
"Wah sangat bersahaja ya. Tidak mau orang mengenal dia dari orang tuanya" ujar yang lain.
Begitulah kpmentar-komentar para tamu undangan.
Hal ini juga membuat Vrish terkejut. Setelah mengetahui identitas Vio membuat Vrish semakin penasaran. Cewek yang menurutnya pernah mengganggunya kala itu terlihat sederhana simpel dan ceria tapi di malam ini terlihat agak berbeda. Dia terlihat agak murung namun masih menampakkan aura keanggunannya.
Sekilas Vrish tampak kagum atas hidupnya yang tidak mengandalkan kekayaan orang tuanya tapi juga tidak mau menunjukkan kehidupannya. "Sepertinya dia cewek yang menarik" batin Vrish.
Setelah berselang tiga jam acara tersebut selesai, batang hidung Rena tak kunjung juga. Akhirnya Vio menanyakan kepada maminya.
"Mi, pi, Rena kemana ya? Kok dari tadi Vio tidak melihatnya. Aku chat aja gak dibalas-balas. Aku telepon juga tidak aktif. Apakah ada ijin sama mami papi ya tadi?" tanya Vio dengan gelisah.
"Tadi saat masuk kami bersama tapi setelah itu Rena minta ijin mau ambil minuman. Mami juga mengira sudah sama kamu, Vi" jelas mami merasa ikut panik.
"Kita cari ke rumahnya saja dulu ya, Vi" saran papi.
"Ayo, pi" ujar Vio sambil menarik tangan papinya agar segera beranjak meninggalkan lokasi acara. Acara berlangsung lancar dan berkelas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments