Malam semakin larut ketika Vio sampai di hotel tempat dia menginap. Begitu turun dari mobil mewahnya Vrish, sebelum Vio melangkah menuju pintu masuk terlihat Vrish justru memarkirkan mobilnya ke halaman parkir.
"Ha..ti..mm..kok parkir? Ee kok ikut turun?" ketika Vio mau bilang hati-hati kini sambil berpikir heran Vio berdiri di depan pintu masuk.
"Hey! Kamu..kamu ngapain kesini?" tanya Vio penasaran.
"Hm" deheman Vrish membuat Vio makin penasaran.
"Ngapain ya? Hah masa bodo urusannya sendiri mungkin dia mau nginap disini karena malam sudah larut juga" pikir Vio sambil menuju lift kamar ia menginap di lantai delapan.
Ketika Vio mau masuk pintu lift tiba-tiba Vrish sudah memasuki lift didepan Vio terlebih dahulu.
"Hey! Tunggu!" tangan kanan Vio maju bermaksud mencegat pintu lift yang akan menutup setelah Vrish masuk.
“Huft! Menunggu lagi” desah Vio menunggu pintu lift lain terbuka lagi.
Tak lama berselang pintu lift sebelah kirinya terbuka segera ia memasukinya.
“Rasanya badan ingin berendam air hangat dalam waktu yang lama. Huft! Sungguh sial tugas di sini berniat ingin ketemuan malah akhirnya seperti ini. Tahu gitu aku ikut pulang Kak Farel” dengus Vio di dalam lift tanpa disadari dipojok lift ada sosok yang berdiri tegap sudah mendengar keluh kesahnya.
“Makanya kalau kerja jangan dengan niat buruk. Begitulah jadinya” suara tiba-tiba itu mengagetkan Vio yang memang sedari tadi tidak memperhatikan dalam lift ketika masuk dan membuatnya menoleh seketika dengan melonjak kesamping.
Ting.
Suara pintu lift terbuka. Begitu terbuka Vio langsung berjalan. Untung saat Vio mau membuka suaranya pintu lift sudah terbuka. Jadi bagi Vio dia tidak membuang tenaganya lagi. Vrish menatap Vio heran.
“Tumben cewek itu bungkam seribu bahasa. Biasanya ngajak berantem aja kalo diajak bicara” batin Vrish sambil berlalu keluar lift menuju kamarnya yang ada di lantai satu dengan kamar mewahnya. Sebelumnya Vrish menuju ruang paling atas yang berada di lantai tiga puluh delapan yaitu ruang presiden direktur karena ada keperluan dengan asistennya yang dipercayakan untuk mengelola hotel ini.
Di kamar inap Vio.
“Alhamdulillah. Oh Ya Robbi, betapa nikmatnya hari-hariku di kota ini” ucap Vio sambil merebahkan tubuhnya di ranjang empuk hotel yang ia tempati sekarang.
Malam nanti jam satu dini hari dia sudah harus berada di bandara. “Kak Farel bisa ga sih mesenin tiket pesawat besok pagi saja. Mana urusanku sama Prayoga belum selesai juga. Hah!” lirih Vio tampak kesal.
Lalu beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap untuk cek out hotel menuju bandara. Sebelum beranjak ke kamar mandi Vio memperhatikan ponselnya. Apa yang diharapkannya tidak kunjung juga. Ya, kabar dari Prayoga. Vio berharap Prayoga menghubunginya kembali menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Namun harapan itu tampaklah kosong.
Di lain sisi.
Prayoga masih terlihat marah. Memikirkan pujaan hatinya yang tiada kunjung kabar. “Kenapa Vio tidak menghubungiku? Harusnya dia menjelaskan atas kejadian kemarin” gumam Prayoga di atas kasur empuknya.
Sambil memutar-mutarkan handphonenya, Prayoga bimbang antara menghubungi Vio terlebih dulu atau menunggu Vio yang menghubunginya. Tampak dia mengetik sesuatu di aplikasi hijau itu dengan tertera sebuah nama “Vio” namun sebentar saja ia hapus kembali. Begitulah seterusnya hingga Prayoga merasa harinya bosan segera beranjak keluar kamar dan memanggil temannya untuk nongkrong di sebuah café.
“Bro, temani aku di Café More sekarang juga! “ panggilnya melalui telepon dengan nada perintah.
“Kenapa mendadak sekali, Bro?” keluh temannya dari seberang telepon.
“Pokoknya aku ga mau tahu temani aku sekarang juga. Aku sekarang meluncur ke sana. Tidak ada penolakan” perintah kejam Prayoga.
Sementara itu di sebuah café ternama di kota itu, teman Prayoga, Indra, teman sekolah Prayoga, sudah menunggu sekitar lima belas menitan karena kebetulan Indra sedang berada di dekat daerah tersebut jadi lebih cepat sampai ke café tersebut. Disaat Indra mau pergi ke toilet Prayoga tiba dengan wajah masamnya.
“Hey, Bro!” sapa Indra dengan mengangkat tangan kanannya bertepuk dengan tangan kanan Prayoga tanda tos lalu saling berjabat tangan bisa disebut juga dengan jabat tangan ala anak muda jaman sekarang.
“Kenapa muka lo? Ditekuk begitu?” lanjut Indra dengan logatnya anak Jakarta dengan menatap Prayoga heran. Ya Indra memang anak Jakarta, dia di Surabaya karena ada acara pernikahan temannya.
“Lo’kan kemarin happy kenapa sekarang wajah lo ketekuk-tekuk begitu, bro? Haha…” tawa Indra yang merasa lucu wajah masam sahabatnya itu. Indra adalah seorang dokter muda nan tampan di Pusat Kota. Dia merasa heran karena baru beberapa hari yang lalu bercerita bahwa pujaan hatinya akan datang ke kota ini, tapi kenapa sekarang melihat wajah sahabatnya itu murung membuatnya curiga.
“Apa dibohongi lagi sama cewek?” tebak Indra. Namun tebakan itu tepat menurut Prayoga.
“Hm” hanya deheman jawaban Prayoga. Itu membuat Indra tak gentar buat banyak mengajukan pertanyaan.
“Kenapa bisa begitu? Kan kalian udah tahu masing-masing wajah kalian kenapa bisa masih kena tipu lo?” tanya Indra heran.
“Tertukar” jawab singkat Prayoga.
“Maksud lo?” tanya Indra lagi.
“Silahkan, tuan kopinya!” sela waiter café tersebut. Sebelumnya Indra sudah memesan kopi
kesukaannya dan sahabatnya.
“Terimakasih, mas!” balas Indra.
Jawaban itu tentunya mendapat balasan anggukan sang waiter. Lalu waiter itu kembali ke tempatnya.
“Bagaimana bisa tertukar? Aku masih bingung dengan ucapanmu barusan” Tanya Indra dengan wajah bingungnya sambil menyesap kopinya.
“Ya bisalah. Buktinya begitu” jawaban ambigu Prayoga semakin membingungkan Indra.
Indra hanya menatap Prayoga penuh arti. Prayoga paham akan tatapan Indra sahabatnya itu.
“Waktu janjian kebetulan kami memakai baju couple yang sama dengan sepasang kekasih mungkin. Dan herannya itu sama-sama menjalin hubungan lewat online juga. Jadi, aku pikir itu Vio, ya aku asal menggandeng dia aja ternyata bukan” jelas Prayoga.
“Tunggu..tunggu! Maksud kamu, kalian janjian di tempat yang sama pula? Kenapa aku merasa semakin bingung ya?” dan sayangnya tebakan Indra itu melesat dengan benar.
“Iya” tegas Prayoga.
“Janjian di tempat yang sama. Awalnya aku curiga karena Vio pakai hijab sedangkan cewek itu tidak pakai hijab. Karena memakai masker, dan aku lihat kostumnya sama dengan inisial yang sama serta aku lihat saat aku kirim chat ke dia, tuh cewek juga sedang melihat handphopenya lalu tatapan kami tidak sengaja bertemu. Jadi aku piker cewek itu Vio” jelas panjang lebar Prayoga. Dia menceritakan semuanya kepada Indra.
“Parah lo! Pede banget kamu ga Tanya dulu asala main sosor” seru Indra disertai gelak tawa.
“Bisa pelan-pelan ga sih kamu?! Di dengerin banyak orang malu aku” bisik Prayoga mencondongkan badannya ke arah Indra yang duduk berhadapan dengannya dengan dibatasi sebuah meja bundar.
“Ya akhirnya aku usir tuh cewek dari mobil gue. Ku dengar dia memanggilku Vrish. Disitu aku sadar. Bahwa dia bukan Vio. Lalu aku telepon Vio. Ternyata setelah aku kembali ke mall itu Vio sudah ga ada. Awalnya aku piker Vio mempermainkan aku. Dan itu benar. Dia hanya mempermainkan aku seperti cewek-cewek kebanyakan” sungut Prayoga.
“Bro, kamu sudah menjelaskan kepadanya yang sebenarnya? Kurasa ini hanya kesalahpahaman. Jelaskanlah padanya. Carilah dia” Indra mencoba memberikan nasehat kepada sahabatnya itu.
“Entahlah. Hatiku merasa kecewa. Ketika aku menelponnya, dia ada dimana dia tampak ragu-ragu menjawabnya. Aku rasa pacar online kami tertukar” jawab Prayoga lesu.
“Makanya bro kalo cari jodoh itu yang nyata. Jangan yang ghaib begitu. Hahahaha…” gelak tawa Indra menjadi pusat perhatian para pelanggan di café tersebut.
Hanya pelototan Prayoga yang dilihat Indra. Seketika mulutnya bungkam lalu menyesap kopinya kembali.
“Hangatkan dulu pikiran dan hatimu bro dengan secangkir kopi hitammu itu. Biar dinginnya kepalamu itu cepat melebur dan kembali hangat” saran Indra dengan cekikikan kecil. Dan suara Indra barusan disambut dengan tendangan kaki Prayoga kepada Indra di bawah mejanya.
“Aww. Sakit, bro. Kejamnya dikau” canda Indra. Prayoga malas membalasnya. Tahu begini dia tidak akan mengajak untuk ketemuan, batin Prayoga tentunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments