Sesampai di rumah, kedatangan Vio sudah disambut dengan senyuman hangat maminya dan ART kesayangan Vio, Bi Ani. Mobil melaju masuk ke pintu gerbang rumah yang sangat mewah bak istana. Di pintu gerbang dijaga dua orang pengawal dan seorang satpam. Tentu saja orang tua Vio adalah pengusaha ternama di sebuah propinsi dengan tingkat kepadatan penduduk paling tinggi. Orang berpengaruh di Kota Besar salah satu kota di propinsi itu.
Dengan senyum merekah Vio turun berlari seperti anak kecil kesayangan mami papi. Vio mengucapkan salam dan mencium tangan mami dengan takzim. Kemudian memeluk mami dengan sambutan cium wajah yang tiada henti oleh maminya hingga membuat Vio kesal.
"Mami! Aku sudah dewasa jangan diciumi seperti anak bayi" sambil melepas ciuman maminya.
"Bukannya kamu bayinya mami kan?" jawab mami Vio disertai gelak tawa papi mami dan Bi Ani.
Kemudian tak lupa Vio memeluk Bi Ani yang sudah seperti ibu angkat bagi Vio. Sedari sebelum Vio lahir Bi Ani sudah ikut maminya Vio. Dari usia remaja hingga kini tidak mau menikah karena tidak tega meninggalkan Vio dan sudah sangat menyayangi Vio nona mudanya. Dulu sempat mau menikah, namun karena Bi Ani ditangisi Vio hingga Vio demam, Bi Ani tidak tega meninggalkannya. Pada saat itu calon suaminya meminta Bi Ani untuk vacuum dari pekerjaannya sebagai ART. Bi Ani pun meminta ijin dari tuan besarnya. Dan mereka pun mengijinkannya. Namun setelah Vio demam itu, calon suami Bi Ani meminta memilih antara menikah dengannya atau tetap menjadi pengasuh dari nona mudanya. Jelas saja Bi Ani memilih mengasuh nona mudanya. Apalagi tuan besarnya sangat baik padanya dan bahkan keluarganya.
"Sudah, ayo kita masuk!" ajak papi Vio. Kemudian mereka memasuki rumah.
"Kamu naik dulu ya bersihkan tubuhmu dulu baru kita makan bersama" perintah mami.
"Siap, mami" jawab Vio seraya memberi hormat seperti hendak upacara sang merah putih. Lalu beranjak naik ke lantai atas menuju kamarnya.
"Alhamdulillah aku kangen banget sama kasurku gulingku bantalku" seru Vio sambil berlari menuju kasurnya setelah membuka pintu kamarnya.
Vio menciumi bantal cinta kesayangannya dan boneka beruang besar setinggi tubuhnya hadiah dari papi disaat Vio lulus kuliah mencapai nilai tertinggi di universitasnya. Tentu bukan boneka saja yang diberikan oleh papinya melainkan apartemen sederhana yang ditempati Vio di tempatnya bekerja.
"Apa yang dilakukan kak Farel saat ini ya?" gumam Vio.
"Kak, lagi ngapain? Aku udah sampai di rumah nih. Jangan lupa salam buat kak Siska ya. Jaga ponakanku baik-baik. Awas saja kekurangan gizi. Aku tindak kamu kak" ucap Vio saat melakukan panggilan telepon pada Farel disertai tawa.
"......"
Sebentar saja Vio menelepon Farel hanya mengabarkan bahwa dia sudah sampai rumah dengan selamat.
Tak lupa iseng-iseng scroll status di media sosial dan matanya tak sengaja menemukan updatetan seorang perempuan yang entah siapa itu Vio merasa tidak mengenalnya. Hanya merasa disitu tampak foto seorang laki-laki yang sedang berada di sebuah cafe dengan sebuah tangan kanan seorang perempuan yang diletakkan diatas meja dengan caption "menemukanmu seseorang yang begitu mempesona" dibumbui emot love.
"Siapa perempuan itu yang bersama Prayoga?" lirih Vio hingga tak terasa dia menitikkan air matanya. Setelah sadar dari lamunannya, Vio menghapus jejak air dipipinya.
"Hahh. Bodoh kamu Vi! Begitu percayanya dengan hubungan lewat online. Dasar pacar ghaib. Huhh!" kesal Vio melempar gulingnya lalu menghapus nomor pacar onlinenya. Kemudian Vio menuju kamar mandi berniat membersihkan diri supaya nama Prayoga pun ikut luntur bersama air.
Setelah bersiap diri Vio turun menuju ruang makan.
"Hmmm wangi masakan mami tercium hingga lantai atas" gumam Vio sambil mengibas-ngibaskan tangan kanannya didepan mukanya seraya mengendus aroma masakan yang sudah terhidang di meja makan.
"Come on baby! Papi very hungry" seru papi Vio yang sudah menunggu Vio di ruang makan.
"Iya papi. Ini juga lagi jalan" balas Vio dengan senyuman lebar.
"Hmmmm pasti yummy nih masakan mami" ucap Vio menatap berbagai macam menu masakan yang disajikan maminya didepannya sambil mengacungkan dua jempol tangannya.
"Jelas dong, mami gitu loh" ucap mami dengan percaya diri.
"Pokoknya masakan mami itu paling ter the best lah bagi papi" sahut papi sambil memegang tangan mami.
"Sudahlah papi. Tidak usah memprovokasi anak tercinta. Ada bayi yang harus dijaga hati dan matanya" celetuk Vio membuat gelak tawa seisi rumah.
"Papi sudah lama merindukan suasana seperti ini" ucap papi dengan mengusap kepala Vio. Saat ini Vio memang tidak memakai hijabnya. Di dalam rumah hanya ada ART perempuan hanya papi laki-laki seorang. Untuk para pekerja lelaki selalu berada di depan. Jika ada sesuatu yang perlu dilaporkan selalu menggunakan kamera Chui atau doorbell biasa disebut.
(Chui sebenarnya adalah kamera pintar yang bisa membantu menjaga keamanan dan mengawasi rumah. Namun, perangkat ini dapat pula digunakan sebagai bel pintu. Chui baru akan bekerja secara optimal bisa sudah tersambung dengan aplikasi mobile yang ada di smartphone dan tentu saja Wi-Fi. Salah satu andalan Chui adalah teknologi pengenal wajahnya yang memiliki keakuratan sebesar 99,6%. Berkat teknologi ini, kamu bisa mengetahui siapa tamu yang datang) Hehehe..begitulah kira-kira yang thor baca. Mohon maaf jika masih minim pengetahuan. Ini juga browsing-browsing 😁😁🙏
"Sekarang bayi besar kan sudah pulang. Papi sama mami gak akan kesepian lagi selama Vio di rumah" ucap Vio.
Seketika suasana menjadi hening. Papi dan mami merasa sedih dengan ucapan Vio barusan.
Menyadari hal itu Vio mendongak menatap mami papinya. Merasa tidak enak dan menjadi anak durhaka, Vio tidak mau membuat hati kedua orang tuanya sedih segera menetralkan suasana kembali. Vio sadar jika dia anak semata wayang dikeluarga Atmadja.
"Mami papi tenang aja, Vio juga bakalan di sini kok nanti siapa pula yang ngurusi perusahaan papi itu kalau bukan Vio. Ya'kan?" sambil menaik turunkan kedua alisnya papi sama mami mengiyakan dan kembali tertawa. Jika sudah seperti itu melihat wajahnya yang menggemaskan mami sama papi tak berdaya lagi mengatakan apa-apa.
Setelah makan bersama selesai Vio langsung naik ke atas ke dalam kamarnya. Seperti biasa jika tak ada pekerjaan dia bergulang-guling kesana kemari sambil memainkan ponsel setianya.
"Kak, kemarin kita ketemu sama klien kita Pak Adijaya. Aku masih penasaran dulu waktu kita presentasi kakak bilang Tuan Pramudya. Tapi kemarin yang datang Pak Adijaya. Sebenarnya siapa Tuan Pramudya itu? Apakah Pramudya itu Pak Adijaya?" itulah yang ada dibenak Vio dari kemarin setelah bertemu klien saat menandatangani kontrak. Namun Vio selalu lupa jika ingin menanyakannya.
"Kamu tidak teliti membaca surat kontraknya nih. Disitu tertera nama Vrish Abdillah Adijaya Pramudya. Dia dari keluarga Pramudya yang terkenal seantero negeri ini" balas chat Farel. Ya Vio bertanya lewat aplikasi hijau itu.
"Ooo" begitulah jawaban Vio membuat Farel jengkel. Bagi Farel Vio selalu irit dalam membalas pesan. Tapi jangan tanya jika bertemu anaknya langsung. Rumah akan menggema dan seakan-akan terjadi gempa. Bagi Farel tentunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments