"Alhamdulillah sudah sampai dengan selamat" gumam Vio sambil rebahan di ranjang empuknya di sebuah hotel bintang lima di Kota Surabaya. Ya sekarang mereka sudah sampai di Kota Surabaya. Kamar mereka berdampingan.
(Yank, aku udah sampe nih di kotamu), ketik Vio pada aplikasi warna hijau itu.
Ting
Sebuah pesan terbalas. (Siap. Kamu istirahat dulu ya. Besok siang setelah kamu meeting kita ketemu di Grand Mall). Waktu memang sudah jam 8 malam.
Esok paginya Vio dan Farel bersiap untuk meeting dengan menunggu jemputan mobil dari perusahaan klien yang akan bertemu pagi ini.
"Kak, nanti habis meeting aku mau ketemu sama Prayoga di Grand Mall ya. Jadi nanti kakak kembali ke hotel sendiri dulu", ijin Vio.
"Enggak enggak enggak. Nanti aku antar saja. Aku juga pengen ketemu orangnya langsung", dengan nada ketus Farel tak mengijinkannya.
"Nanti kalo udah ketemu baru besok aku kenalkan sama Kak Farel. Kalo gak ketemu nanti akunya yang malu sama Kak Farel. Pokoknya aku mau pergi sendiri dulu aja. Kak Farel diem aja di hotel. Kalo Kak Farel gak mau, ya udah siap-siap aku gak mau pulang sama Kak Farel!" tolak Vio dengan keras.
"Huh" dengus Farel
"Tapi janji gak macam-macam ya. Kalo ada sesuatu hubungi aku"
"Siap, Komandan!" jawab Vio dengan gembira.
Tiba di tempat meeting di salah satu kantor milik salah seorang pengusaha ternama di propinsi Sebelah Timur letak kota tersebut yang paling disegani.
"Woww. Perusahaannya besar dan tinggi sekali ya Kak" kekaguman Vio tentang perusahaan didepannya itu membuat Farel menggelengkan kepalanya.
"Konon ceritanya pemilik perusahaan ini di alihkan ke anaknya yang habis lulus dari kuliahnya dari luar negeri" jelas Farel.
"Hah. Berarti masih muda ya. Biasanya perusahaan kalo sudah dikelola anaknya pasti akan membuat ketidaknyamanan pada pegawainya. Biasanya tuh galak arogan dan tak ramah" kilah Vio membuat Farel menjitak kepalanya.
"Aduhhh Kakak itu ngapain sih? Kepalaku sakit tau!" sambil memelototkan matanya.
"Makanya kalo punya otak itu dipakai jangan berdasarkan "biasanya". Nanti kamu juga tahu sendiri" ucap Farel sambil nyelonong masuk menuju resepsionis diikuti Vio.
Akhirnya meeting segera dimulai. Setelah kedatangan wakil dari pimpinan Abadi Group perusahaan besar itu. Ya pimpinannya tidak bisa hadir dikarenakan ada acara lain. Ia percayakan pada wakilnya atau biasa disebut asisten kepercayaan Abadi Group, Martin.
Meeting akhirnya selesai setelah dengan presentasi Vio yang memukau Martin. Itulah kelebihan Vio. Mampu menghipnotis para klien hanya dengan presentasinya.
"Finally ya, Kak"
"Sayangnya pimpinannya Tuan Pramudya tidak bisa hadir. Jika beliau hadir pasti akan sangat sangat menegangkan dan lebih jelas karena beliau yang akan menilai langsung"
"Hanya asistennya saja sudah menegangkan apalagi atasannya. Sudahlah Kak yang terpenting meeting kita pagi ini berjalan lancar dan mendapat pujian meski dari seorang asisten saja" senyum Vio lega.
"Kau yang berhasil. Itu artinya tanggung jawabmu lebih besar kedepannya. Terimakasih ya, Vi" ucap Farel ketika di dalam mobil yang mengantarkannya ke hotel sambil mengusap kepalanya yang dilapisi hijab bagai seorang kakak ke adiknya.
"Hmm" melototlah Vio. Disambut tawa Farel.
Setiba di hotel Vio langsung berganti kaos couple dari Prayoga.
"Bagaimana sayang meetingnya? Berjalan lancar?" chat Prayoga.
"Alhamdulillah lancar dan berhasil". Dengan senyum mengembang Vio bercerita hingga panjang lebar.
Di sebuah mall besar.
"Yank, aku udah nyampe di coffeeshop XX ya", chat Vio dengan senyum lebar dan dag dig dug karena ini pertama kalinya bertemu kekasihnya.
"Ya, yank ini aku masih di jalan kena macet" balas Prayoga di dalam mobil.
Dengan senyum semringah Vio meletakkan handphonenya lalu menyesap kopinya. Dia memesan coffelatte terlebih dahulu.
Drrrtttt drrttt...
Bunyi handphonenya tertera nama "Farel bawel".
"Ya, kak, ada apa?" angkat Vio.
"Vi, kita balik sekarang yuk. Siska perutnya kram Vi. Aku takut terjadi sesuatu sama Siska" suara Farel dari sebrang panggilan aplikasi hijau.
"Apa Kak? Kak Siska perutnya kram? Ya Allah, Kak. Kakak pulang dulu aja lagi pula besok pagi aku ada amanah dari mami. Gimana kak?"
"Oiya aku sampe lupa. Ya sudah aku pulang dulu ya sekarang. Inget! Kamu hati-hati di sini dan gak macem-macem"
"Iya, Kak janji gak macem-macem tapi satu macem aja" Vio sambil gelak tawanya.
"Awas kamu ya!......" entah apa yang dikatakan Farel karena Vio menjauhkan hpnya dari telinganya sambil mengernyitkan keningnya.
"Iya. Semoga Kak Siska dan debaynya tidak kenapa-kenapa ya, Kak." sambil menutup panggilannya Vio celingak celinguk mencari sosok Prayoga.
Tiba-tiba sosok laki-laki menarik tangannya pergi dari coffeeshop itu membuat Vio kaget. Dan ndelalahnya Vio sudah memakai maskernya setelah minum kopinya sebelum Farel menelepon.
Saat Vio mau menarik paksa tangannya, cengkraman tangan lelaki itu semakin kuat.
"Siapa sih cowok ini main tarik aja?" batin Vio saat melihat sosok laki-laki tinggi gagah badan tegap dan berotot kuat dengan tubuh ramping ideal pokoknya.
"Ato jangan-jangan Prayoga? Tapi Prayoga tidak setinggi ini badannya jika dilihat postur tubuhnya saat video callan. Hanya bentuk tubuhnya mirip. Dan lagi..bajunya sama di situ tertera inisial P & V berwarna senada" Vio semakin bingung. Sampai di parkiran Vio tetap berusaha menarik paksa tangannya tapi sia-sia saja cengkraman laki-laki itu semakin kuat.
"Hei! Siapa kamu?" akhirnya pertanyaan itu meluncur juga dari mulutnya setelah Vio dipaksa masuk dalam mobil sport hitam laki-laki itu.
Di dalam mobil Vio berontak ingin keluar hanya saja tidak bisa karena pintu mobil sudah dikunci.
Hanya mengaduh dan bergumam pelan Vio di dalam mobil itu dengan meringis gelisah.
"Mau kamu bawa aku kemana ini haa?" tanya Vio marah padam di wajahnya hanya tak nampak karena tertutup masker separuh wajahnya hanya matanya yang terlihat.
"Diam kamu!" bentak laki-laki itu yang mengeluarkan suara baritonnya. Membuat Vio seketika terkejut.
Vio diam dalam mobil itu tak bersuara hingga menimbulkan keheningan.
"Kamu" akhirnya laki-laki itu bersuara kembali.
"Kamu sudah mempermainkan perasaanku. Kamu bilang bahwa kamu anak orang tak berada. Kamu menerimaku apa adanya yang orang tak mampu. Kamu mengatakan bahwa kamu cinta sama aku. Hingga akhirnya kita sepakat untuk bertemu di Grand Mall. Tak kusangka setelah aku lihat kamu hanya mempermainkan perasaanku. Kamu minta berapapun untuk biaya hidup untuk keluargamu pun aku tak pernah mencurigaimu. Justru itu membuatku bangga karena ternyata kamu adalah wanita yang care terhadap keluarga yang artinya kamu wanita yang bisa diandalkan. Tapi ternyata setelah aku mendapatkan info atas penyelidikanmu barusan, ternyata kamu hanya melakukan pemerasan terhadap banyak laki-laki. Dasar wanita tak tahu diuntung" terang panjang lebar laki-laki itu dengan makian terhadap Vio.
Hal ini membuat Vio bertambah bingung. Sebenarnya apa yang diceritakan Vio itu mirip dengan kisah cintanya bersama Prayoga dimana Prayoga belum mengetahui identitasnya yang sebenarnya. Hanya Vio tidak pernah memanfaatka kondisi dari banyak laki-laki. Hanya sama Farel saja dia memanfaatkannya karena baginya Farel sudah seperti kakak kandungnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Minie007
delalahnya itu bhs jawa apa indonesia thor,? ayo semangat thor
2023-02-14
0