"Mau kemana kamu, Vi?" tanya mami ketika melihat Vio turun dengan menenteng tas slempang kesukaannya.
"Pengen jalan, mi. Sudah lama Vio ga jalan sama Rena. Mami mau nitip sesuatu tidak?" terang Vio sambil jalan menuju maminya yang berada di meja makan sedang menata hidangan makan malam nanti.
"Tapi sebentar lagi waktu makan malam, sayang" desak mami sambil menata berbagai menu makanan.
"Vio hanya sebentar kok, mi ketemu Renanya. Hanya mau ngasih sesuatu ke Rena" sambil menunjukkan sesuatu hadiah buat Rena. Rena itu sahabat kecilnya Vio. Anak tetangga desa sebelah. Anak yang selalu tampil sederhana dan dari kalangan menengah kebawah.
"Ya sudah tapi cepat pulang ya. Mami sudah memasak banyak nih. Siapa coba kalau bukan kamu yang ngabisin?!" senyum mami memang menawan.
"Oiya, sekalian dibawain ya buat keluarga Rena. Sebentar mami ambilkan" mamipun beringsut ke dapur mengambil rantang makanan lalu diisi bermacam masakan yang ada di meja makan lalu diberikan ke Vio.
"Ini. Kamu hati-hati ya" sambil menyodorkan rantang berisi masakan. Vio menerimanya. Selalu seperti itu ketika Vio mau berkunjung ke rumah Rena. Rena sahabat yang baik dan selalu ada dan maju didepan disaat Vio tersakiti. Namun Rena sekarang bekerja menjalankan usahanya sendiri bersama ibunya yaitu membuka toko kue. Kini toko kue itu semakin berkembang maju. Meski hanya membuka usaha kecil Rena dan ibunya tak pernah mengeluh dan justru semakin bersemangat semenjak sepeninggalnya ayahnya. Rena adalah anak dari keluarga yang tergolong susah. Dulu sebelum ayah Rena meninggal hidupnya selalu dicibir oleh anggota keluarga dari keluarga ayahnya dimana mereka memiliki kehidupan yang berbeda. Mereka hidup makmur sedangkan ayah Rena hidup serba kekurangan. Jika bukan bantuan dari keluarga Vio, mungkin hidup Rena sudah dicaci maki habis oleh keluarga ayahnya.
Sampai di rumah Rena.
Ting tong..ting tong..
Seketika seseorang membukakan pintu rumah setelah mendengar suara bel pintu rumah berbunyi.
"Viooo!!" Rena terperanjat kaget ketika tahu yang datang sahabat kecilnya. Ya yang membuka pintu adalah Rena sendiri.
"Maasyaa Allah Vio! Kamu datang gak ngasih kabar aku dulu? Begitu ya..hmm!!" seru Rena seketika memeluk Vio dengan erat seakan melepaskan kerinduannya terhadap sahabatnya ini.
"Hei, tuan putri! Bukankah tidak sopan memeluk saudarimu ini dan berceloteh ria di luar pintu? Haa?" ucap Vio sambil mengurai pelukannya sambil memanyunkan bibirnya kemudian tersenyum kecil namun manis itu.
"Hahaha..masih ingat kau rupanya kembali kesini? Tahu jalan pulang kamu?" tawa Rena meledek Vio sambil mendorong dan memegang kedua pundak Vio tanda mengajak masuk ke dalam rumah.
Rumah tampak sepi. Ternyata Rena saat ini hanya tinggal sendirian sedangkan ibunya sedang pergi ke makam ayahnya Rena di kampung halaman ayah Rena. Dulu sebelum meninggal ayah Rena berpesan supaya dimakamkan di kampung halamannya bersama dengan kedua orang tuanya yang tak lain adalah kakek dan nenek Rena.
"Assalamu'alaikum. Kamu sendirian, Ren?" salam Vio kemudian bertanya dengan mata mengamati keadaan rumah lalu memposisikan diri ke ruang makan dengan diikuti Rena. Vio sudah terbiasa semenjak kecil ketika berada di rumahnya Rena.
"Wa'alaikumsalam. Ibu sedang ziarah ke makam ayah, Vi. Mungkin besok pagi beliau pulang. Kamu udah kangen ya sama roti bikinan ibuku?" jawab Rena sambil memposisikan pantatnya ke kursi sebrang Vio terduduk.
"Iya nih. Gimana kabar ibu, Ren?" tanya Vio.
"Oiya, Ren, ini ada oleh-oleh dari mamiku" lanjut Vio menyodorkan rantang masakan dari mami Vio.
"Hmmm yummyy masakan mami ter the best lah pokoknya. Aku selalu menyukainya dan apalagi semenjak kamu pergi meninggalkanku aku selalu merindukan masakan mami" celoteh Rena sambil membuka rantang yang isinya masakan lezat. Mami Vio memang jagonya masak. Sempat Vio menyarankan maminya ikut audisi chef. Namun bukannya jawaban yang menyenangkan malah kena jitak dari papinya. Siapa yang mengijinkan maminya ikut-ikutan audisi seperti itu. Bagi papinya masakan lezat mami hanya untuk keluarga saja. Apalagi dengan kehidupan yang mereka punya. Sangatlah jelas tidak akan diijinkan. Setiap hari saja yang masak makanan di rumah Vio harus maminya. Karena yang tahu selera lidah papinya Vio hanya maminya Vio.
"Kamu nanti diakhir pekan ada acara gak, Ren?" tanya Vio yang bermaksud mengundang Rena dan ibunya ke acara anniversary mami papinya Vio.
"Kayaknya gak ada deh. Hemmm mau ngajak ngedate aku ya?" ledek Rena sambil menaik turunkan kedua alisnya sambil tertawa lebar.
"Ge er lu! Mami sama papiku tuh mau ngadain acara anniversarynya yang ke 30th. Mami sama papi berharap kamu sama ibu menghadirinya" Vio mencibir berjalan sambil mengambil air putih dingin di kulkas. Hal itu sudah menjadi kebiasaan Vio jika di rumah Rena. Ya sudah seperti rumahnya sendiri. Bahkan Vio dulu sering menginap di rumah Rena.
"Wah sayang sekali ya kamu gak ngarepin aku buat dateng ke acara mami papi. Hahh!" tampak raut kesedihan yang dibuat-buat Rena.
"Tentu saja dong Rena sayang. Bahkan aku sudah kangen banget sama kamu" sambil lari kecil lalu merangkul leher Rena dari belakang seperti anak kecil yang manja sama kakaknya. Bisa dibilang begitu sikap Vio memang lebih kekanakan daripada sikap Rena yang lebih dewasa. Itu yang membuat Vio merasa nyaman. Bahkan Rena sudah seperti kakak baginya. Kasih sayang Rena sangat besar. Dulu sewaktu Vio dibully oleh banyak teman karena Vio lebih senang menggambar daripada berbaur dengan teman-temannya. Hingga pernah didorong teman-temannya hingga terjerembab dan mengakibatkan memar. Namun karena sifat Vio yang cuek tidak mau mengurusi hal-hal seperti itu, justru Rena yang melihat itu tidak terima.
"Hmmm pasti ada maunya kalau sudah seperti ini" Rena hafal tindak tanduk Vio.
"Hehe..kamu tahu aja" cengir Vio.
"Kamu tahu kan pasti mami sama papi akan mengenalkan aku ke beberapa anak kenalan mami papi. Mereka ingin aku segera menikah. Tapi aku..." ucapan Vio terhenti karena tiba-tiba teringat Prayoga.
"Kamu sangat merindukannya?" sahut Rena yang mengetahui maksud Vio. Meskipun tidak cerita tapi Rena selalu tahu isi hatinya.
"Nomorku sudah diblokir. Betapa bodohnya aku. Dipermainkan dunia online. Bahkan secara tidak sengaja aku membuka medsos ada foto seorang perempuan bersamanya meskipun kurang jelas tapi aku tahu bahwa perempuan itu bersama Prayoga" cerita Vio sedih mengingatnya.
"Kamu kan tahu dunia online itu bagaikan dunia ghaib. Sudahlah lupakan tidak usah percaya dengan gombalan-gombalan mereka. Percayalah dengan niat orang tuamu. Nanti jika ada yang sreg diacara anniversary mami papimu, cobalah terima dulu sebagai perkenalan. Toh juga mami papi tidak memaksamu bukan?"
"Iya sih. Hanya aku masih ingin sendiri menikmati waktu yang ada" terang Vio.
"Hei tenang aja ada aku disini. Aku yang akan menyeleksi buatmu" ucap Rena sambil menepuk sebelah tangannya ke dadanya.
Vio tertawa lebar. "Apa kamu tahu, kenapa aku tidak bisa bersedih terlarut lama? Itu karenamu" ucap Vio sambil menepuk bahu Rena.
Waktu tak terasa Vio berada di rumah Rena waktu sudah mencapai hampir gelap.
Akhirnya Vio pulang setelah mendengar cerita cinta Rena dimana Rena sudah menemukan tambatan hatinya yang bekerja sebagai seorang guru disebuah sekolah menengah pertama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments