Di Pusat Kota.
Vio telah tiba di Pusat Kota. Dia merasa rindu dengan kota yang sudah ia tinggali beberapa tahun silam. Dia sudah jatuh cinta dengan kemegahan dan keindahan infrastruktur bangunan-bangunan yang tertata rapi didepan matanya sepanjang jalan.
"Iya, mi ada apa?" suara Vio menerima telepon dari maminya setiba di apartemennya.
"......"
"Iya aku akan pulang secepatnya" jawab Vio yang ternyata maminya menelepon meminta Vio untuk pulang dikarenakan akan ada anniversary pernikahan mami dan papinya Vio. Vio tidak bisa menolaknya dikarenakan akan ada pesta meriah apalagi status Vio anak tunggal.
Setelah meletakkan ponselnya di atas nakas, Vio berjalan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Masih ada waktu buat istirahat sejenak. Karena perutnya sudah ia isi ketika di bandara jadi ia lebih memilih tidur sebentar. Tiga jam lagi ia akan berangkat kerja.
"Lelah sekali" lirih Vio nyaris tak terdengar. Hingga Vio pun tertidur.
Drrttt drrrttt drrrrtt
Drrrtt drrrttt drrtttt
Ponsel Vio berdering namun karena kelelahannya Vio tidak mendengarnya. Sebuah nama tertera di panggilan itu. "Prayoga". Panggilan itu berulang tiga kali. Namun tak terangkat juga.
Disisi lain, Prayoga yang sudah berulangkali melakukan panggilan itu menjadi marah membuat wajahnya merah padam. Akhirnya ponselnya dia lempar ke kasur namun malah terlempar lagi ke lantai dan hancur. Prayoga berjalan mondar mandir sambil memegang kepalanya.
"Ternyata kamu sama saja Vi!" desis Prayoga.
Setelah bangun dari tidur nyenyaknya, Vio mengambil ponselnya dan melihat beberapa panggilan. Dia terkejut dan bahkan matanya berbinar. Siapa lagi kalau bukan dari Prayoga. Lalu Vio menekan panggilan untuk Prayoga. Tapi sayang, sepertinya nomornya tidak aktif. Dia mencoba mengulang kembali namun hasilnya sama.
"Kamu kenapa? Kenapa sekarang nomor kamu ga aktif? Apakah kamu marah padaku? Apa kamu ganti nomor?" lirih Vio sedih.
Ting. Sebuah pesan chat dari aplikasi hijau.
"Vi, nanti siang kamu ikut aku ketemu klien yang dari Kota Surabaya kemarin. Kali ini pemilik perusahaannya yang mau ketemu sama kita secara langsung buat tanda tangan kontrak. Beliau ada di kota ini jadi meminta kita ketemu siang ini juga. Kamu siapkan berkas-berkasnya ya" chat Farel.
"Siap" balas cepat Vio. Huft ketemu pemiliknya langsung. Akhirnya seperti apa ya orangnya? Gendut pendek dan botak kali ya? Hmmm biasanya begitu sih teman-teman papi. Hahahahaha..." ejek Vio menduga-duga. Kebanyakan teman papinya seperti itu.
Hmmm Vio kamu ga tahu ya. Ntar kamu kena getahnya lohhh 🤪 (author loh yang ngomong)
Setiba di kantor, Vio langsung menghadap Farel ke ruangannya. Tapi tentunya setelah pergi ke ruangannya menyiapkan berkasnya. Lalu baru pergi ke ruangannya Farel karena ada berkas yang ditanda tangani Farel.
"Pak, ini berkas-berkasnya. Ada beberapa file yang harus Bapak tanda tangani" ucap Vio.
"Ya" jawab Farel singkat.
"Kalo begitu saya kembali ke meja saya lagi, Pak. Permisi" lanjut Vio menunjukkan profesionalitasnya.
"Vi, kamu mau pulang kapan? Kemarin mami telepon aku katanya kamu harus pulang. Mami minta ijin sama aku buat ngijinin kamu pulang" tiba-tiba Farel mengucapkan itu ketika tangan Vio hendak memegang gagang pintu itu.
"Hmm, iya, kak. Mami sama papi nyuruh aku pulang segera. Sebenarnya aku ga mau pulang sih pasti papi sama mami ngenalin aku ke teman-teman papi dan mami" muka Vio udah sebel kalau mengingat itu.
"Hahaha...makanya cepetan cari pacar beneran biar ga ditagih sama mami kamu" ejek Farel.
"Ck, kak temani aku ya pulang" rajuk Vio dengan senyum semenawan mungkin.
"Ga bisalah. Siska lebih butuhin aku disampingnya" ucap Farel.
"Hah. Aku sudah tahu jawabanmu itu, kak" keluh Vio lalu segera berbalik menuju mejanya.
Hari ini Vio dijadwalkan sibuk. Siang telah tiba dan mereka sudah sampai di tempat yang sudah dijanjikan oleh perusahaan Vio. Sebuah restoran kelas bintang lima di Pusat Kota.
"Selamat datang Pak Adijaya" sapa Farel berdiri membuat Vio menoleh dan ikut berdiri kaget.
"Dia.." batin Vio menatap laki-laki yang dipanggil Farel Pak Adijaya itu.
Lalu segera Vio menangkupkan kedua tangannya karena Vio tidak mau berjabatan tangan setelah dapat senggolan dari Farel.
"Se..selamat datang Pak Adijaya" sapa Vio.
Farel melirik sekilas "Kenapa dia seperti grogi begitu?" batin Farel.
Ya Pak Adijaya itu tak lain adalah Vrish. Vrish memicingkan matanya sebelah dan tampak kaget juga sebenarnya. Hanya dia langsung bisa mengkondisikan rasa keterkejutannya. Vrish hanya menganggukkan kepala saja lalu melirik Vio sekilas.
Tatapan dingin Vrish membuat Vio melihatnya dengan tatapan yang berbeda.
"Ck, bos beneran ternyata. Tumben wajah cowok aneh itu bisa sok cool begitu" batin Vio.
"Tidak usah memakiku" batin Vrish melirik kembali sekilas.
"Kenapa tampaknya cewek itu tidak takut sekali dengan keberadaanku? Memang bener sih tadi sempet kaget dia. Tapi pintar juga dia bisa mengontrol emosinya dengan cepat" lanjut batin Vrish.
"Kenapa juga tuh cowok aneh menatapku begitu? Kamu kira aku takut menghadapi bos sepertimu? Biasa aja kali. Papiku aja bos besar aku ga pernah takut sama papiku. Apalagi teman-temannya" batin Vio juga.
Acara tanda tangan kontrakpun selesai juga. Vio dan Farel bernapas lega. Mereka kembali ke kantor setelah jam makan siang. Karena mereka sudah makan siang saat tanda tangan kontrak perusahaan.
"Kak, aku ijin akan pulang week end ini ya. Karena anniversarynya mami dan papi minggu depan. Masa cutiku aku ambil ya selama ini aku belum pernah ambil cuti" ijin Vio saat mau pulang ke apartemennya. Ya sudah waktunya jam pulang.
"Baiklah. Nanti kami nitip salam sama mami dan papi kamu ya. Maaf kami belum bisa datang" ucap Farel sambil mengacak jilbab Vio. Entah kenapa Vio suka itu karena bagi Vio itu tanda kasih sayang kakak ke adiknya. Vio tersenyum hangat. Seandainya dia saudara kandung pasti Vio sudah memeluknya erat dengan penuh kasih sayangnya. Namun Vio tidak bisa melakukan itu karena Farel hanya kakak angkatnya.
Lalu Vio pulang menuju supermarket untuk belanja sayuran dan ikan karena malam ini Vio sudah kangen ingin memasak.
Brukkk.
Suara Vio menabrak seseorang di supermarket itu. Ternyata Vio menabrak...Vrish.
Sambil mengernyitkan keningnya Vrish berucap "Kamu lagi".
"Innalillahi astaghfirullah. Aduh siapa ya yang nabrak aku?" ucap Vio bersamaan dengan ucapan Vrish barusan.
"Kamu!" tunjuk Vio.
"Ingat Vi, dia itu bos kamu juga" batin Vio.
"Gak gak. Ngapain baik-baikin?! Toh diluar jam kerja" sanggah Vio kembali.
"Kenapa sih ketemu kamu lagi?!" ketus Vio.
"Sudah nabrak gak minta maaf juga sewot lagi" balas Vrish tenang.
"Setiap ketemu sama kamu yang ada sial mulu" sewot Vio sambil mau beranjak pergi. Namun sebelum itu tangannya ditarik sama Vrish.
"Kenapa tangannya hangat dan nyaman sekali saat memegang tanganku?" batin Vio. Tentunya yang dipegang tangannya masih terlapis lengan bajunya ya.
"Kenapa jantungku jadi berdebar begini ya?" batin Vrish juga.
Seketika Vio menghempaskan tangan Vrish kemudian berlalu pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments