Setiba di rumah sakit.
Dengan berbagai macam bujukan dan nasehat dari ibunya Rena, kini Rena sudah bisa tersenyum meskipun tidak seperti sebelumnya.
"Makasih ya, Vi atas bantuanmu juga mami papi. Jika tak ada kalian entah mau jadi apa aku sama ibu" ucap Rena yang masih menitikkan air mata apalagi luka itu belum sembuh. Hanya sesekali tersenyum itupun masih dipaksakan.
"Ishh kamu ini. Kami juga minta maaf jika bukan kami yang mengundangmu untuk ikut acara mami papi kejadian ini pasti tidak akan terjadi. Maafkan kami ya, Ren. Percayalah mereka akan mendapatkan balasan yang setimpal" elus Vio ditangan sahabat kecilnya itu.
"Assalamu'alaikum!" sapa Haris ketika memasuki ruangan rawat Rena.
"Wa'alaikumsalam" jawab Vio, Rena dan ibu Rena serempak.
"Semua sudah beres Rena sudah boleh pulang sekarang" ucap Haris menatap Rena dengan senyum ceria. Vio tahu bahwa Haris melakukan itu agar Rena tidak larut dalam lukanya. Sepanjang malam ternyata Haris belum beristirahat. Tampak di kedua matanya yang terlihat seperti mata panda.
Kemudian mereka bergegas membantu membereskan barang-barang yang ada untuk dibawa pulang dan sebagian dibuang karena memang sampah.
Kepulangan Rena diantar Vio dan Haris. Bi Ani sudah pulang ketika mereka keluar dari rumah sakit dengan dijemput mobil keluarga Atmadja.
Sesampainya di rumah Rena, dan membersihkan diri, tampak Rena lama tidak keluar kamar mandi. Hal ini membuat tanda tanya Vio dan Haris. Mereka bertatapan penuh tanda tanya.
Kemudian mereka bergegas menuju kamar mandi Vio dan mengetuk kamar mandinya.
"Ren! Kenapa lama sekali? Kamu sudah selesai belum? Aku kebelet pipis nih?" teriak Vio mengalihkan pemikiran khawatir Rena masih sensitif.
Tidak ada sahutan dari dalam. Sekarang gantian Haris. "Ren, kamu tidak apa-apa? Tolong jawab, Ren!"
Teriakan Haris mendapat pelototan Vio namun Haris hanya menatap sekilas Vio lalu mengacuhkannnya.
"Ren! Buka pintunya, Ren!" teriak Haris lagi.
Ceklek. Suara pintu kamar mandi dibuka Rena.
"Aku baik-baik saja. Jangan khawatir. Aku tidak akan melakukan hal bodoh" sambil nyelonong menerobos antara Haris dan Vio yang masih terpaku dengan ucapan Rena.
"Adem gak panas" tangan Vio memegang kening Rena.
"Apaan sih!" dikibaskan tangan Vio.
"Kamu sudah baikan?" Vio meyakinkan ke Rena. Haris hanya menatap interaksi kedua sahabat itu dengan posisi masih berdiri ditempat semula.
"Vi..." kata menggantung itu membuat Vio berdebar karena raut muka yang masam di wajah Rena tampak begitu menyedihkan.
"Ya, Ren. Ada apa?" Vio pun beringsut duduk mendekati Rena.
"Vi, kamu tidak akan membenciku kan? Kamu tidak akan jijik padaku kan?" isak Rena membuat hening suasana kamar Rena.
Viopun memeluk Rena membiarkan Rena terisak dibahunya. Lalu mengelus kepala Rena.
"Aku tidak akan pernah seperti itu. Kamu adalah yang terbaik untukku. Bagiku kamu masih sama Rena kecil yang dulu. Aku sangat menyayangimu. Jangan ragukan itu. Ok?!" masih mengelus kepala Rena.
"Terimakasih, Vi. Aku begitu beruntung memiliki sahabat bahkan sudah seperti saudara kandungku sendiri. Apapun itu kamu juga yang terbaik bagiku, Vi" lalu melepas pelukan Vio dan menghapus air matanya sendiri. Kemudian melihat Haris yang masih berdiri mematung didepan kamar mandi.
"Haris..apakah kamu tidak mau mendekati aku lagi?" nada Rena tampak memohon.
Harispun mendekat dan duduk di pinggir ranjang dekat Rena. "Aku bahkan akan semakin mendekatimu bahkan tidak akan pernah meninggalkanmu. Apapun yang terjadi padamu aku tidak akan pernah membencimu bahkan meninggalkanmu. Akan aku buktikan itu, sayang" memeluk Rena dengan penuh kasih sayang.
Vio yang melihat ini pun mengingatkan pada keduanya. "Hellooo..masih ada aku disini jangan jadikan aku obat nyamuk ya. Aku disini sebagai penggembira bukan obat nyamuk" sewot Vio kemudian diketawain Rena dan Haris.
Senyum Rena adalah segalanya bagi Vio. Karena Rena sangat berarti bagi Vio.
"Yuk kita turun bantu ibu menyiapkan makanan. Sepertinya ibu sedang menyiapkan kita makan siang. Ayo" ajak Vio mengalihkan kesedihan Rena.
Kemudian mereka bertiga pun turun menuju ruang makan dan membantu ibu Rena. Makan siang yang hangat. Rena merasa beruntung memiliki orang-orang yang sangat menyayanginya tulus apa adanya. Bahkan kekasihnya pun tidak merasa jijik dengannya itu sudah membuatnya bersyukur.
Waktu itu di rumah sakit pembicaraan Rena dan Haris. Flashback on.
"Tolong tinggalkan aku" ucap Rena tiba-tiba setelah mereka berdua ditinggalkan ibu dan Vio.
"Kenapa? Apa yang kamu bicarakan?" tanya Haris yang sebenarnya sudah tahu maksudnya.
"Tentu kamu tahu maksudku bukan?!" tanya balik Rena.
"Jika karena kondisimu sekarang jika karena kejadian yang menimpamu tadi malam, maka maaf aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Hanya kamu dan ibu yang aku punya. Kalian adalah orang-orang yang sangat aku sayang yang sudah aku anggap keluargaku sendiri. Jangan lagi berkata seperti itu. Apapun kondisimu, aku akan tetap menerimamu" peluk Haris namun Rena memberontak namun keluatannya yang lemahpun tak mampu melawan Haris kemudian terisak didalam pelukan Haris. Pelukan yang hangat dan tempat yang nyaman bagi Rena.
"Tapi aku sudah kotor. Bagaimana...bagaimana jika aku...jika aku sampai hamil anak pria bejat itu?" tangisan Rena semakin sesenggukan. Haris hanya bisa mengelus punggungnya dan berkata "Tidak ada yang kotor karena bukan salahmu. Kamu tetap Renaku yang dulu. Tetaplah menjadi Rena yang dulu. Jangan berubah hanya karena apa yang sudah terjadi. Aku akan selalu ada disisimu menemanimu baik susah maupun senang. Jika kamu tidak percaya kita bisa sekarang ini menikah. Aku akan pergi ke KUA hari ini. Dan kamu akan menjadi istriku sepenuhnya. Aku bisa menjagamu setiap saat".
"Apa? Menikah sekarang? Benarkah? Apa kamu tidak menyesal?" tanya Rena mendongakkan kepalanya menatap kekasihnya itu melihat sorot matanya yang benar-benar serius.
"Tidak. Tunggulah bulan depan. Aku tidak ingin melukaimu. Aku tidak tahu kejadian yang akan datang. Aku takut aku hamil anak pria bejat itu. Aku takut dan berakhir kamu meninggalkanku" dengan raut muka yang menyedihkan. Bagi siapapun itu pasti akan tahu bagaimana raut muka Rena setelah kejadian itu. Mungkin trauma.
"Percayalah padaku. Aku akan menikahimu. Meskipun kamu hamil anak orang lain tapi aku akan tetap menikahimu dan menyayangimu. Rasa cintaku tidak akan pernah berubah, Ren" yakin Haris kepada Rena.
"Benarkah?" tanya ragu Rena lalu menenggelamkan wajahnya didada bidang Haris. Haris adalah laki-laki yang baik yang begitu taat dengan pendiriannya. Dia laki-laki yang lembut. Serasi bersanding dengan Rena yang sama-sama memiliki sikap lembut. Namun jangan ditanya disisi kelembutannya itu ternyata dia sosok tegas dan berkharisma meski hanya sebagai seorang guru. Namun pekerjaan itu cukup membuat Haris nyaman.
Flashback off
Itulah yang menjadi kekuatan Rena sekarang. Cinta memang menjadikan kita kuat. Asal saling percaya dan jujur. Kekuatan itu akan selalu bersemi.
Makan siang yang singkat namun berkesan bagi Rena. Disertai canda tawa Vio semua menjadi bersemangat. Vio pun bebas bercerita tentang penjahat-penjahat itu diapakan oleh Haris dan dirinya. Bersyukur mereka para penjahat itu sekarang mendapat ganjaran yang setimpal. Mendekam di penjara seumur hidup dengan pengawasan dari keluarga Atmadja tentunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments