Pagi-pagi sekali Vio berangkat ke kantor karena harus menyerahkan jadwal meeting kepala divisinya untuk siang ini. Semua pekerjaan yang Vio handle pasti cepat kelar. Vio gadis yang cekatan gesit dan mandiri.
Drrttt..
Dengan cepat Vio mengangkat panggilan itu. Ternyata dari maminya.
Vi, minggu depan ada undangan di kota Surabaya loh. Acara nikahan anakny Bu Hajah yang pertama, Dela. Tapi mami sama papi tidak bisa hadir ke sana apa Vio bisa mewakili mami? Please Vio ya. Ga enak kalo ga sampe dateng, Vi.
"Of course, Mami. Vio akan dateng. Kebetulan Vio ada tugas ke sana diajak sama Pak Farel. Jadi mami don't worry be aman". Begitulah Vio jika ngobrol sama maminya. Terdengar suara maminya dari sebrang panggilan sambil terkekeh geli. Sudah sama temannya saja ya bestie 🤭.
Farel itu kepala divisi marketing di kantornya Vio. Meski usianya selisihnya dengan Vio tidaklah jauh tapi kedewasaannya sudah seperti kakak bagi Vio dan tentunya bagi Farel yang sudah menganggap Vio seperti adiknya sendiri sehingga dekat sekali sama istri dan anaknya. Maklum Vio hidup sendiri di pusat kota ini dengan tinggal di sebuah apartemen minimalis.
Tok tok tok.
"Masuk", jawab suara dari balik pintu yang didepan pintunya tertempel nama ruangan kepala divisi, alias ruangan Farel.
"Maaf, Pak. Ini jadwal untuk meeting sama klien hari ini berikut proposal presentasinya", sambil menyodorkan file ke Farel.
"Taruh disitu aja, Vi", sambil mengetik didepan leptopnya Farel tanpa menoleh sedikitpun ke file yang disodorkan Vio.
"Ada yang diperlukan lagi, Pak?". Vio bertanya sebelum kembali ke ruangannya.
"Tidak ada".
"Oh ya, Vi. Nanti selesai meeting kamu ikut saya ke rumah sebentar ya. Siska minta dibelikan rujak". Masih mengetik didepan leptopnya Farel mengajak Vio. Ya Siska adalah istrinya Farel. Yang sudah dianggap kakak perempuannya oleh Vio. Bahkan kedekatan Siska pernah membuat Farel cemburu karena tidak diperhatikan Siska. Begitulah sikap Siska yang perhatian dan keibuan terhadap Vio. Sehingga Vio tidak merasa sendiri lagi hidup di kota besar ini.
"Kak Siska ngidam rujak ya Kak? Wah mo nambah keponakan lagi nih. Mudah-mudahan cewek ya. Haduhhh sudah tak sabar hati ini menunggu kelahirannya si boneka". Vio tampak gemas membayangkannya. Begitulah Vio memanggil Farel Kak kalo obrolannya sudah tampak santai.
"Cewek atau cowok sama saja yang penting sehat, Vi. Ngapain juga kamu yang tak sabar. Aku bapaknya aja biasa aja menanti kehadirannya. Kalo emang sudah waktunya lahiran nanti juga lahiran. Yang penting istri tercintaku dan anakku sehat selamat" desis Farel.
"Eleh-eleh si bucin gayanya sok tenang aja. Padahal juga berharap-harap cemas kan menunggu debay lahir. Hiliiihhhh. Ngaku aja, Kak. Kak Farel juga pengen cewek kan biar sepasang".
"Aduh!" Vio mengaduh karena dilempar pensil Farel.
"Makanya kamu jangan sok tahu. Emang Siska belum mau USG karena pengennya nanti kalo sudah besar usia kandungannya baru mau USG". Ya usia kehamilan Siska memang masih 6 bulan.
"Di USG aja lah, Kak. Dipaksa sih Kak Siskanya. Biar ketahuan debaynya didalam ngapain aja. Hahahahaha..."
Pletak. Farel berdiri lalu menjitak kepala Vio yang membuat mengaduh Vio meringis kesakitan.
"Kenapa sih Kakak suka banget tangannya usil?" sewot Vio.
"Kamu itu harus digituin". Emang Vio suka bercanda dan jahilin Farel apalagi kalo sudah main ke rumah Farel sudah seperti tom and jerry.
Ya Vio adalah anak tunggal dari keluarga kaya. Namun bukan Vio namanya kalo tidak suka hidup mandiri dengan jerih payahnya. Vio memang tidak pernah memamerkan ke teman-temannya apalagi Prayoga kalau dia anak konglomerat. Hanya Farel dan Siska yang tahu karena maminya Vio pernah berkunjung ke apartemen Vio sewaktu Vio sakit dan merawat Vio sampai sembuh. Jadi Farel tahu siapa Vio sebenarnya. Meskipun dulu Farel belum tahu siapa Vio tapi Farel sudah sayang sebagai adiknya karena ternyata Farel dulu pernah punya adik perempuan yang memiliki sifat seperti Vio. Namun, karena kecelakaan ketika pulang sekolah akhirnya meninggal diusia yang masih belia 16 tahun. Setelah bertemu Vio, kehidupan Farelpun kembali berwarna. Dan Farel waktu pertama mengenal Vio Farel sudah menikah sama Siska. Disitulah Siska yang awalnya merasa cemburu jadi tahu setelah Farel bercerita. Semenjak itu maminya Vio menitipkan Vio ke Farel untuk dijaga seperti adiknya sendiri. Farel juga pernah ditawari untuk mengelola sebuah usahanya orang tuanya Vio, namun Farel juga sebenarnya dari kalangan konglomerat jadi Farel menolaknya dengan halus.
Vio hanya ingin diterima orang-orang disekelilingnya apa adanya bukan ada apanya. Bahkan orang tuanya yang menjadi pengusaha kontraktor ternama juga di sebuah kota besar dibidang Real Estate dan bangunan lainnya serta mendirikan yayasan pendidikan diberbagai kota sudah berulangkali meminta Vio mengelolanya. Namun Vio masih ingin merasakan bagaimana kerasnya mencari uang seperti orang tuanya.
Drrttt..Getaran di handphone Vio tanda ada panggilan masuk.
"Mbak, ada paket nanti bisa diambil di pos satpam ya. Kata satpamnya disuruh dititipin disitu." suara kurir paket dari sebrang telepon.
"Ya, terimakasih". Memang Vio sudah berpesan pada satpam apartemen jika ada paket untuknya dititipin saja ke pos satpam dulu sementara dia masih bekerja.
Benar saja setelah kurir itu telepon, pak satpam mengirim buktinya paketnya juga ke Vio melalui aplikasi hijau itu. Dan tentunya Vio tak lupa mengucapkan terimakasih. Ya saat ini Vio sudah kembali ke ruangannya.
Drrrttt drrrttt
Dengan gercep (gerak cepat) Vio mengangkat teleponnya. Dari sang pujaan hati. Membuatnya senyum sendiri bahagia merasa diperhatikan.
"Sudah sampai kan paketnya, sayang?"
"Sudah, sayang. Barusan kurirnya telepon. Pak satpam juga sudah ngasih tahu".
"Terimakasih ya, yank. Kamu perhatian banget sih. Nanti kalo ke sana aku pakai ya".
"So pasti wajib dipakai biar aku tahu nanti dan bisa nemuin kamu di sini. Kamu di sana baik-baik dan sehat-sehat ya. Ingat makannya jangan sampai telat karena sibuk kerja loh, yank". Ya Vio suka diperhatikan Prayoga seperti itu meski terlihat sepele dan kecil tapi bagi Vio itu adalah bentuk kasih sayang pacarnya meskipun LDR-an.
"Tadi mamiku telepon minggu depan aku dimintain tolong kalo tugasku sudah selesai buat dateng kondangan nikahan anaknya temen mami. Jadi nanti aku ditemenin ya ke Surabaya setelah kita ketemuan di sana?" ajak Vio.
"Siap, sayangku" sambil menutup telepon Prayoga tersenyum bahagia. Baru kali ini dia punya pacar yang sayang sama dia dan membuatnya merasa nyaman dan damai meskipun lewat online tapi serasa sudah ketemu sebelumnya. Prayoga dulu merasa tidak diperhatikan sama pacarnya sebelum sama Vio merasa diabaikan jadi dia memutuskan hubungannya dengan mantan pacarnya. Berbeda dengan Vio disaat dia memberikan perhatian Vio membalasnya dengan seimbang.
Meeting sudah terlaksana dan mampir ke rumah Farelpun sudah. Sekarang waktunya pulang ke apartemen.
"Hahhh alhamdulillah hari ini lelah sekali. Pikiran dan tenaga terkuras habis rasanya" sambil terlentang di sofa cantiknya yang lebarnya separuh ranjangnya.
Lalu Vio bangkit kembali setelah teringat paket dari Prayoga. Dia mengambilnya lalu membukanya. Dilihatnya kaos berwarna biru dongker berinisial P & V yang artinya Prayoga dan Vio berikut hijabnya. Ya Vio berhijab.
Lalu di foto dan dikirimkan ke Prayoga di aplikasi hijau itu.
"Sudah aku buka. Cantik sekali. Terimakasih ya, yank" itulah bunyi chatingannya ke pujaan hatinya. Tanda centang biru yang artinya sudah terbacapun langsung membalas.
"Iya sama-sama sayangku yang cantik" dikirim dengan emot love merah. Vio memang cantik. Parasnya cantik alami jadi tanpa perawatanpun wajahnya tetap terlihat seperti perawatan di dokter yang mahal. Meskipun itupun juga benar. Namun Vio hanya melakukannya disaat boring saja.
"Ini punyaku" Prayoga juga menunjukkan kaos berwarna senada dengan kaosnya Vio juga berinisial sama P & V hanya sizenya saja yang membedakannya.
"Nanti kita pakai celana jeans ya, yank" tambah Vio.
Tampak Vio bahagia hanya dengan emot love merah itu. (Hahhh dasar anak muda ya bestie😪)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments