"Gue balik ke kamar Langit deh. Kasian Bintang". Bulan hendak bangkit dari duduknya, namun Sam menahannya.
Sejak tadi Bulan sudah tak tenang meninggalkan Bintang hanya berdua dengan Langit. Ditambah ia juga tak nyaman hanya berdua dengan Sam saja. Entah kemana pergi nya Roman.
"Biarin aja dulu mereka.." Bulan semakin tak tenang saja. Ia takut Bintang marah padanya karena mengikuti rencana Roman yang sengaja ingin mendekatkan Bintang dan Langit.
"Udah sore..takutnya nanti ayah bunda nya Bintang juga nyariin". Bulan menemukan alasan yang masuk akal.
"Dia bukan anak kecil lagi". Bulan ingin sekali menggetok kepala kulkas disampingnya itu. Namun yang terjadi hanyalah umpatan yang bisa ia serukan dalam hatinya saja.
"Gue mau nyusul Bintang". Bulan segera bangkit dan berjalan meninggalkan Sam.
"Nggak akan bawain dia makanan?". Bulan menghentikan langkahnya sesaat. Berpikir tentang apa yang Sam katakan.
"Nggak usah. Nanti gue ama Bintang bisa makan dirumah". Sahut Bulan tanpa membalikkan badannya.
Sam segera bangkit dan berjalan mensejajari langkah Bulan, saat tiba-tiba langkah gadis itu terhenti dengan tatapan mata lurus ke depan.
Sam mengikuti arah pandang Bulan, melihat sosok wanita paruh baya yang pernah ia lihat memaki Bulan di mall beberapa waktu lalu.
Bulan menghela nafas panjang, tak ingin menciptakan keributan dirumah sakit. Bulan memilih mencari jalan lain agar bisa menghindari keributan.
Saat dirinya tengah bingung harus kemana berjalan, Sam menarik pelan pergelangan tangannya hingga membuat Bulan terkejut.
Bulan mengikuti Sam meski tak tahu akan dibawa kemana oleh pemuda itu. Ia melirik Sam yang ada didepannya kemudian menatap tangannya yang masih digenggam Sam.
Sam yang seolah tahu apa yang ada didalam pikirannya. Tanpa bertanya langsung membawanya melewati jalan lain menuju ruangan Langit.
"Apaan nih?". Bulan menatap Roman yang sudah berdiri didepan pintu ruang rawat Langit. Saat ini Roman memicing, menatap tangan Bulan yang masih digenggam Sam.
Tersadar dengan apa yang Roman perhatikan, Bulan segera melepaskan tangannya dari Sam.
"Eits..jangan masuk dulu". Roman menghalangi pintu saat Bulan hendak masuk.
"Ini udah sore. Gue ama Bintang mau pulang". Ucap Bulan menatap kesal Roman.
"Tahan dulu bentar doang.." Bulan tak mengindahkan ucapan Roman. Ia segera masuk, namun justru dirinya yang kini mematung melihat posisi Langit dan Bintang yang...
"Dibilangin jangan masuk dulu.." Gerutu Roman saat melihat Bulan mematung.
Bintang segera menarik diri dari atas tubuh Langit. Dan seketika matanya melebar saat melihat sudah ada Bulan dan dua antek-antek Langit menatap mereka.
"Bul..ini..ini kaga kaya yang lo liat. Sumpah.." Bintang terlihat panik. Siapapun yang melihat posisi nya dan Langit barusan pasti akan berpikir yang iya-iya.
Bintang yang melihat Langit lengah, segera menyambar ponselnya yang dipegang Langit. Kemudian dengan cepat berdiri dan berjalan menghampiri Bulan.
Tanpa berpamitan, Bintang membawa Bulan keluar ruang perawatan Langit dengan langkah tergesa. Bahkan Bulan harus sedikit berlari karena Bintang melangkah cepat.
"Pelan-pelan Bin. Bisa nyungsruk kita kalo lo jalannya kaya gini". Bintang mengurangi kecepatan langkahnya kemudian melangkah perlahan.
Bulan tersenyum melihat wajah tegang Bintang. Entah apa yang terjadi hingga posisi Bintang dan Langit bisa seperti tadi. Tapi pasti ada cerita menarik dibaliknya.
"Nggak usah mikir aneh-aneh lo, Bul". Kini bukan hanya tersenyum, Bulan sudah tergelak karena ucapan Bintang.
"Ceritain dong..gimana bisa kaya gitu??". Bulan memainkan alisnya naik turun membuat Bintang mencebik.
"Yang jelas nggak kaya yang elo bayangin". Sungut Bintang membuat Bulan terbahak.
"Cieee..."
"Diem Bul. Gue tinggalin lo disini lama-lama". Ancam Bintang berupaya membuat Bulan berhenti menggodanya. Namun bukannya berhenti, Bulan justru semakin gencar menggodanya.
"Ada yang mulai lopelope nih.." Seloroh Bulan yang langsung dihadiahi tatapan galak sahabatnya itu.
"Berisik.." Sengit Bintang sambil memakai helmnya. Kemudian menyerahkan helm pada Bulan agar temannya itu juga lekas memakainya.
Sepanjang perjalanan menuju rumah Bulan, tak hentinya Bulan menggoda Bintang perihal kejadian dirumah sakit tadi. Bahkan hingga kini Bintang hendak berpamitan pulang pada Ibu, Bulan tetap menggodanya.
"Wajar kok Bin kalo elo suka. Si Langit kan ganteng ya.." Bintang mendelik kesal membuat Ibu tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat kelakuan dua gadis bersahabat itu.
"Sudah Bulan. Seneng banget kamu godain Bintang.." Bintang menjulurkan lidahnya merasa ibu membelanya.
"Kamu cepet pulang. Nanti bundamu khawatir.." Bintang mengangguk kemudian mencium punggung tangan ibu Bulan.
"Bintang pulang dulu, bu. Assalamualaikum ibu..."
"Waalaikumsalam.." Bulan dan Ibu kompak menjawab salam Bintang.
"Daaaaa Bubul..sampe ketemu besok.." Teriak Bintang yang sudah naik diatas motor.
"Daaaa...ati-ati Bin.." Bulan balas berteriak yang dijawab acungan jempol oleh Bintang.
Bulan baru masuk kedalam rumahnya saat Bintang sudah tak lagi terlihat. Ia kembali tersenyum mengingat bagaimana wajah Bintang ketika ia goda.
Bintang mengendarai motornya dengan santai, waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 saat gadis cantik itu memasuki halaman rumah sang ayah.
Alisnya berkerut, tumben sekali sang bunda tidak menyambutnya. Biasanya sang bunda selalu menunggu dirinya diteras rumah.
"Ah iya..bunda pergi sama ayah". Bintang tersenyum sendiri ketika merasa dirinya begitu pelupa. Padahal baru pagi tadi sang bunda berpamitan padanya.
Bintang memainkan kunci motornya sambil bersenandung memasuki rumah yang tampak lebih sepi dari biasanya.
"Assalamualaikum.." Bintang mengucap salam
"Waalaikumsalam non.." Bintang tersenyum pada asisten rumah tangganya.
"Pada kemana bi Lilis? Kok sepi?". Belum sempat bi Lilis menjawab, Bintang mendengar suara benda jatuh dari ruang keluarga.
"Non..non Bintang". Bi Lilis berlari mencegah Bintang yang hendak pergi ke ruang keluarga.
"Non Bintang masuk saja ke kamar. Tadi begitu pesan den Juna kalau non Bintang sudah pulang". Alis Bintang berkerut dalam. Ada apa? Mengapa dirinya harus langsung ke kamar? Mungkin itu yang bisa bi Lilis artikan dari tatapan mata Bintang.
"Tolong non..bibi takut nanti den Juna marah sama bibi". Pinta bibi dengan wajah memohon.
Bintang menghela nafas panjang dan menuruti keinginan asisten rumah tangga yang dulu merawatnya saat kecil sebelum kehadiran Bunda.
Bintang berjalan menaiki tangga sambil melirik keruang keluarga. Disana ada kedua kakak dan kakak iparnya yang salah satunya menangis tersedu dipelukan yang lain.
Bintang memiliki feeling kuat jika ada sesuatu yang tidak beres dan dirinya harus tau. Yang harus ia lakukan sekarang adalah mengelabuhi bi Lilis yang masih berjalan dibelakangnya.
Bintang masuk kedalam kamar sesuai permintaan bi Lilis. Tak sedikitpun membantah seperti biasanya ia lakukan. Dirinya tak ingin bi Lilis terkena masalah nantinya.
Bi Lilis bernafas lega saat gadis cantik anak majikannya itu menuruti dirinya. Ia kembali ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya. Tanpa ia sadari, Bintang sudah kembali keluar dari kamarnya selepas kepergiannya.
Bintang berjalan perlahan, mengendap-endap seperti seorang maling agar tak ada yang tahu jika dirinya mencuri dengar percakapan kakak-kakaknya.
"Jadi kenapa mas Dewa melakukan itu?!". Bintang bersembunyi dibalik tembok saat dirinya mendengar suara kak Juna meninggi.
Ada apa sebenarnya ini? Tidak biasanya kakak keduanya itu meninggikan suaranya pada kakak tertua mereka.
"Sudah Jun. Tidak perlu diperpanjang.." Kirani menangis dipelukan Naura yang juga terlihat meneteskan air matanya.
"Nggak bisa mbak!! Apapun alasannya, dirinya tidak bisa melakukan itu semua pada mbak Kiran!!". Suara Juna masih tinggi. Dan yang Bintang lihat, kakak pertamanya hanya diam dan menunduk penuh rasa bersalah.
"Aku bersalah. Dan aku minta maaf.." Semua hening, namun air mata Kirani terus mengalir.
"Apa karena keturunan mas?". Dewa mengangkat wajahnya menatap sang istri yang bercucuran air mata. Sumpah demi apapun dirinya ikut merasa sakit melihatnya.
"Sayang.." Dewa berhenti bergerak saat Kirani mengangkat telapak tangannya. Mengisyaratkan Dewa untuk diam.
"Apa perempuan itu bisa memberikan yang tidak bisa aku berikan padamu, mas?". Kiran kembali bertanya dengan segala sesak didadanya.
Rahang Bintang mengeras. Dirinya bukan lagi anak kecil yang tak tahu arah pembicaraan para kakaknya itu.
Kecewa? Tentu saja Bintang kecewa. Kedua kakaknya adalah dua lelaki yang sangat Bintang idolakan. Laki-laki bertanggung jawab yang sangat menyayangi istri dan keluarganya. Siapa yang menyangka jika kakak tertuanya bermain gila diluar sana hanya karena keturunan!.
Semua menoleh saat mendengar bunyi keras benda yang terjatuh. Mata keempatnya melebar saat mata mereka bersirobos dengan mata tajam penuh kekecewaan milik Bintang, terutama Dewa.
"Bintang..." Keempat kakak Bintang menggumamkan nama Bintang bersamaan.
Kirani menghapus cepat air matanya, pun dengan Naura yang melakukan hal serupa. Kiran memasang wajah ceria seperti biasanya seolah tak terjadi apapun pada dirinya.
"Kapan kamu pulang dek?". Dengan suara seraknya, Kiran bertanya pada Bintang yang mulai berjalan pelan menuruni tangga. Namun sorot mata tajamnya tak sedikitpun beralih dari Dewa yang terlihat salah tingkah.
"Udah makan belum, dek?". Naura ikut bersuara saat sudah mampu menguasai diri.
Sedangkan Juna? Lelaki itu diam..ia yakin adik bungsunya sudah mendengar apa yang terjadi pada keluarga kakak tertua mereka. Ia hanya bisa menghela nafas panjang.
Akan semakin runyam masalahnya karena Bintang sudah tahu. Ia sangat tahu betapa bencinya Bintang pada seorang yang namanya penghianat. Dan kini? Kakak mereka sendirilah penghianat itu.
Entah akan seperti apa murka nya Bintang pada Dewa. Juna tidak bisa melakukan apapun mengingat bagaimana sikap kakak dan adiknya yang sama-sama keras kepala itu.
Juna memijit pangkal hidungnya. Mengapa sekarang? Mengapa saat ayah dan bunda nya sedang pergi? Jika ada ayah dan bundanya, tentu dirinya tak akan sepusing sekarang ini.
...¥¥¥•••¥¥¥...
...Waaah parah kakaknya si Bintang. Adeknya anti ama laki buaya, lah abangnya sendiri malah jadi komodo😱😱🤦🏼♀️...
...Siap-siap aja deh mas Dewa dapet amukan neng Bintang🤭...
...Jangan lupa like komennya ya saaayyy😘🥰...
...Lopelope sekebon kalean semuaaa..lope u pulll😘😘😘😘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
abdan syakura
sabar Bin....
2023-02-01
0
amma_iKiss
hayu lah gaskeun kaka✊🏻👍🏻🥰😘
2022-10-21
0
Miyura Rajati
salam kenal othor ..gaskeun lah..
2022-10-20
0