Bintang mematung saat dirinya sampai dilapang basket yang biasa ia gunakan bersama timnya.
"Kok malah diem sih. Ayo! Katanya mau cepet pulang". Bulan hampir menabrak punggung sahabatnya itu karena Bintang berhenti mendadak.
"Bintang!!". Belum sempat Bintang menjawab pertanyaan Bulan, sang pelatih memanggilnya sambil melambaikan tangannya pada Bintang.
"Itu pak Budi udah panggil. Ayo kesana". Bulan mendorong pelan punggung Bintang.
"Lakukan pemanasan". Perintah pak Budi yang langsung dituruti oleh Bintang dan Bulan. Sementara teman-temannya yang lain sudah lebih dulu melakukan pemanasan.
Sementara seorang pemuda tampan tak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari sejak Bintang menginjakkan kakinya dilapang.
"Cantik". Gumamnya dengan seulas senyum menawan yang mampu membuat para gadis yang sejak tadi mangamatinya memekik kegirangan.
Bulan menatap para gadis yang masih histeris. Ia lalu mengikuti arah pandang para gadis yang rupanya tengah menatap kagum pada Langit yang saat ini tengah tersenyum.
Namun dahi Bulan berkerut saat melihat fokus Langit bukan pada gadis-gadis yang berteriak menyerukan namanya.
Bulan menyunggingkan senyum jahil saat tahu siapa fokus Langit saat ini. Dia adalah sahabat baiknya, gadis yang bahkan menganggap Langit tak pernah ada.
"Bin.." Bintang yang tengah melakukan pemanasan menatap Bulan dengan sebelah alis terangkat seolah mewakili pertanyaan 'ada apa?'.
"Liatin deh, kayanya Langit beneran suka deh ama elo", Bulan melirik pada Langit yang masih menatap Bintang dengan intens.
Tak ada niatan sedikitpun dari Bintang untuk mengikuti arah pandang Bulan.
"Jangan cuek-cuek Bin, nanti elo yang jatuh cinta". Goda Bulan sambil terus melakukan pemanasan.
Bintang memutar bola matanya, jengah mendengar godaan sahabatnya itu selama satu bulan terakhir ini.
Ya, sudah satu bulan ini pemuda bernama Langit itu mengganggu dirinya. Membuatnya kehilangan hari-hari tenang dan damainya.
Membuatnya harus berurusan dengan para gadis yang mengaku sebagai fans garis keras lelaki itu.
"Yang bener kalo lagi peregangan tuh". Dengan jahil Bintang menahan punggung Bulan yang sedang membungkuk, menyentuhkan tangannya pada ujung kakinya hingga membuat Bulan mengaduh.
"Bin aduh...sakit Bibin. Lepas ih.." Bulan berusaha menyingkirkan tangan Bintang yang menahan punggungnya, namun tangan sahabatnya itu menahan kokoh punggungnya.
"Bibin.." Rengek Bulan membuat Bintang tertawa dan kemudian melepaskan tangannya.
"Makanya nggak usah godain gue mulu". Omel Bintang sambil melotot.
"Kalian berdua kebiasaan ngobrol terus". Keduanya langsung diam saat ditegur pak Budi.
"Cepet sana masuk". Keduanya mengangguk patuh dan langsung berlari memasuki lapang basket.
Ada dua tim basket, tim yang diketuai Bintang dan tim lelaki yang diketuai Langit. Kedua kapten berdiri berdampingan. Namun Bintang terus menggeser tubuhnya dan memberi jarak agar tidak terlalu dekat dengan Langit.
"Hari ini kalian akan bertanding".
"Hah?". Seru Bintang membuat dirinya menjadi fokus teman-temannya yang lain.
Bukan apa, Bintang terkejut karena selama ini belum pernah sang pelatih meminta kedua tim saling adu kemampuan.
"Ada masalah Bintang?", Tanya pak Budi membuat Bintang gelagapan. Sementara Langit yang berdiri disamping nya tersenyum tipis.
"Eh..eng-enggak pak. Saya cuma kaget". Cicit Bintang lalu menunduk karena malu.
"Dengarkan. Siapa yang bisa mengumpulkan 10poin pertama, dia bisa menggunakan lapangan lebih dulu untuk latihan". Bintang mengangkat wajahnya.
"Maaf pak. Saya latihan besok saja dengan tim", Bintang mengangkat tangannya untuk menginterupsi.
"Kenapa?? Calon pacar takut kalah ya? Tenang aja, nanti ayang lo ini bakal ngalah kok.." Langit mengerling genit .
"Takut sama lo? Jangan ngarep". Langit semakin tersenyum, senang sekali melihat gadis incarannya itu berubah galak. Dan Bintang memang selalu galak jika berurusan dengannya.
"Kamu yakin? Ingin mundur sebelum berperang?". Pak Budi mengompori, ia sangat tahu bagaimana jiwa kompetitif yang dimiliki Bintang.
"Nggak pak". Tegas Bintang dengan tatapan tajam menghunus Langit.
"Bapak sengaja melakukan ini. Kita lihat bagaimana kemampuan kalian". Semua kompak mengangguk, pun dengan Bintang yang mengangguk terpaksa.
"Ambil posisi kalian". Kembali semua mengangguk dan segera menempatkan diri pada posisi nya masing-masing.
Tatapan mata Langit bertemu dengan tatapan tajam Bintang yang menatapnya penuh permusuhan. Membuat Langit senang melihatnya dan memiliki ide jahil.
"Siap-siap kalah ya, calon pacar", Langit mengedipkan sebelah matanya membuat Bintang melotot kesal.
"Ngimpi aja lo!". Sengit Bintang membuat senyuman Langit semakin mengembang.
"Kita liat aja ya sayang.." Bintang menunjukkan kepalan tangannya pada Langit yang justru terkekeh.
Pak Budi hanya bisa menggeleng melihat bagaimana tidak akurnya kedua kapten basket yang ada dibawah bimbingannya itu.
Sejak dulu Bintang memang selalu menjaga jarak dengan Langit. Namun tak pernah berdebat seperti satu bulan terakhir ini. Sejak Langit menyatakan cinta kepada Bintang secara terang-terangan, Bintang langsung mengibarkan bendera permusuhan.
"Ingat! Bermain sportif, tunjukkan kemampuan kalian".
"Baik pak!", Kompak semua menjawab, pak Budi berdiri diantara Bintang dan Langit yang berdiri berhadapan seolah siap berperang.
"Siap?". Kedua kapten itu mengangguk.
Suara peluit panjang dan bola yang dilambungkan ke atas membuat Bintang dan Langit sama-sama melompat setinggi yang mereka mampu untuk bisa lebih dulu menggapai bola yang dilambungkan pak Budi.
Dan sudah bisa dipastikan jika Langit lah pemenangnya. Tinggi badannya yang jelas melebihi Bintang memudahkannya untuk bisa lebih dulu menggapai bola.
Dengan gerakan cepat, Langit mengoper bola pada temannya, kemudian berlari maju hingga dekat ring. Dia tersenyum melihat Bintang yang berusaha mengambil bola dari temannya.
Suara tepuk tangan dan teriakan histeris para penonton menandakan keberhasilan Langit memasukkan bola ke dalam ring lawan.
Pemuda tampan itu melemparkan ciuman jarak jauhnya pada para gadis yang semakin histeris melihat apa yang dirinya lakukan.
"Kalo lo kalah, lo harus mau kencan sama gue". Langit sedikit menunduk dan berbisik tepat ditelinga Bintang.
Bintang langsung melirik dengan tatapan galaknya membuat Langit semakin senang menggodanya.
Bulan mendapatkan bola dan segera mengoper pada Bintang saat melihat posisi Bintang bebas dari penjagaan.
Dan seterusnya seperti itu hingga kini skor keduanya seri. Dua poin lagi, ini adalah penentuan siapa yang berhak menggunakan lapang lebih dulu. Hawa disekitar lapang terasa semakin panas karena Bintang dan Langit sama-sama menatap tajam.
Pak Budi memberi kode pada pemain lain untuk keluar dari lapang saat melihat Bintang dan Langit kembali saling berhadapan.
Keringat bercucuran dari keduanya. Jika Langit masih bisa tersenyum menatap Bintang, maka tidak dengan Bintang. Gadis itu menatap lawannya bak binatang buas yang melihat mangsanya.
"Kalo gue menang, lo harus kencan sama gue". Ucap Langit menatap lekat Bintang yang justru tersenyum miring.
"Dan kalo gue menang. Lo harus berhenti gangguin gue!", Kini Langit yang tersenyum penuh makna.
"Deal.." Ucap Langit dan langsung merebut bola yang sejak tadi dipantulkan oleh Bintang.
"YAAAAA....!!!!!!!", Teriak Bintang tak terima karena Langit bermain curang.
Dan sudah bisa dipastikan jika lelaki itu bisa dengan mudah memasukkan bola dan menjadikannya pemenang atas pertarungan sengit itu.
priiiittt....
Peluit panjang yang ditiup pak Budi menandakan akhir pertandingan siang sore itu. Dan Langit lah yang keluar sebagai pemenang.
Langit membalikkan badannya, menatap Bintang dengan senyum penuh kemenangan sambil membentuk hati dengan jari telunjuk dan jempol yang ia silangkan.
"Gue pemenangnya". Ucapnya sambil mengedipkan mata membuat Bintang sangat kesal.
"Lo curang!". Ketus Bintang membuat Langit berjalan mendekatinya.
"Yang pasti gue yang menang. Iya kan pak?". Pak Budi mengangguk mendengar teriakan Langit.
"Tapi pak. Dia curang". Bintang tak terima dengan kemenangan Langit yang menurutnya curang.
"Kamu yang kurang fokus Bintang. Itu namanya taktik". Semakin kesal saja Bintang dibuatnya.
"Tepatin janji lo, Bintang.."
"Gue nggak pernah janji sama lo! DASAR BIAWAK!!!".
...¥¥¥•••¥¥¥...
...Nah loh, baru mulai aja udah gelut mulu itu berdua🤦🏼♀️🤦🏼♀️😅...
...Yang satu tengil, yang satu galak banget😂😂 kirakira gimana nih mereka berdua kedepannya?? Bakalan bucin atau malah tetep kaya tikus ama kucing?🤔🤔...
...Ikuti terus kuy kisah mereka, jangan lupa tampol like nya juga🥰🥰...
...Sarangheo sekebon readers🥰😘😘💐💋...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
El aisya
ceritanya asik lho padahal cuma belum pada tau aja nih kayaknya yang lain🥰
2024-03-06
0
Siti Nina
Sangat menarik ceritanya,,,👍
2024-03-06
1
Rita Riau
satu dgn sikap tengil nya dan yg satu dgn acuh nya,,, 👍🏻😬🥰
2024-03-06
0