"Karna Langit yang menang. Kalian bisa berlatih lebih dulu..baru setelahnya tim Bintang akan berlatih". Ucapan pak Budi membuat atensi Bintang beralih.
Jadi dirinya benar-benar kalah dari lelaki menyebalkan yang terus mengganggunya itu??? Sangat sangat menyebalkan, batin Bintang.
"Biar mereka dulu saja pak yang berlatih. Kasian kalo ayang saya pulang terlalu sore". Bintang kembali menoleh ke sampingnya saat suara Langit kembali terdengar.
Dengan wajah cool nya, Langit berkata seolah menjadi pahlawan bagi Bintang dan teman-temannya. Menatap Bintang dengan senyum menawan yang mampu membuat para penggemarnya histeris, namun jelas tidak berpengaruh untuk Bintang.
Bintang mendengus kesal. Selalu saja tebar pesona dan mencari perhatian lawan jenisnya. Bintang benar-benar muak.
Jika saja Langit bukan lelaki playboy, mungkin Bintang sudah tersentuh dengan semua yang Langit lakukan selama satu bulan ini, kata-katanya yang selalu berhasil membuat para gadis terkulai lemas karena segala pesonanya. Tapi mengingat perilakunya yang memang selalu menebar pesona pada para gadis membuat Bintang sangat membencinya.
Seperti saat ini, bahkan setelah menyatakan cintanya pada Bintang. Langit masih saja menggoda gadis-gadis yang menyemangati dirinya. Memberikan ciuman jarak jauh dan mengedipkan matanya dengan sangat menggoda.
Bintang memutar bola matanya, sangat jengah melihat Langit yang bermain mata dengan banyak gadis.
Tanpa mengucapkan terimakasih pada Langit. Bintang memberi kode pada teman-temannya untuk segera memasuki lapangan.
Ia enggan menanggapi Langit, lebih baik cepat menyelesaikan latihan dan segera pergi ke rumah Bulan untuk merayakan kenaikan jabatan bapak, pikir Bintang.
Bukan tak tahu terimakasih atau tak tahu diri, Bintang sudah hafal seperti apa Langit. Jika ia menanggapi, waktunya akan terbuang sia-sia dan bisa jadi dirinya akan terlambat ke rumah Bulan.
Langit menepi ke sisi lapangan. Duduk santai dengan mata terus menatap Bintang. Awalnya tak ada yang menarik dari Bintang. Hanya sekedar pembuktian diri pada teman-teman dekatnya jika dirinya mampu menakhlukkan hati gadis manapun, termasuk Bintang.
Tapi setelah satu bulan berusaha mendekati gadis itu, ternyata Langit masih belum berhasil meluluhkan hati Bintang yang sekeras karang. Jangan kan meluluhkan gadis itu, bahkan baru satu minggu ini Bintang menanggapi dirinya. Itupun karena Bintang merasa terganggu.
Hal yang membuat Langit semakin tertantang untuk bisa mendapatkan Bintang.
"Kayanya lo gagal kali ini, Lang", Langit menoleh, mendapati Roman, salah satu sahabatnya menatapnya penuh ejekan.
"Iya nggak Sam?". Roman mencari bantuan dari temannya yang lain, Samudra.
Samudra yang memang paling pendiam diantara ketiganya hanya mengangguk mengiyakan saja. Ia lebih fokus pada gadis lain yang baginya cukup menarik perhatiannya.
"Nggak ada kata gagal buat seorang Langit. Tunggu aja, gue pastiin Bintang bakal bertekuk lutut didepan gue". Ucap Langit penuh percaya diri.
"Ati-ati lo, Lang". Dahi Langit berkerut mendengar peringatan yang tiba-tiba meluncur dari bibir Samudra yang masih menatap lurus ke depan.
"Ati-ati kenapa Sam?". Bukan Langit, tapi Roman yang bertanya.
"Gue was-was kalo temen lo ini lama-lama gila gara-gara gagal deketin Bintang". Roman terbahak mendengar ucapan Sam. Samudra adalah seorang pendiam yang sangat jarang berbicara panjang lebar, diantara mereka bertiga, memang Samudra lah yang paling dingin.
"Si gebleg! Dia juga temen lo". Kelakar Roman membuat Sam menyunggingkan senyum tipis.
Entah mengapa, kali ini Sam memiliki keyakinan jika bukan gadis incaran Langit yang akan bertekuk lutut. Namun Langit lah yang akan dibuat tak berdaya oleh Bintang. Si gadis supel yang galaknya melebihi singa jika itu berkaitan dengan seorang Langit.
"Kita taruhan". Sam yang fokus pada seseorang menatap Langit yang tiba-tiba bersuara.
"Taruhan apa?". Roman manyambut antusias. Jika menyoal taruhan, Roman selalu berdiri paling depan. Dan itu membuat Sam mendengus kesal. Sudah pasti ada sesuatu yang salah dengan ide Langit nantinya.
"Kalo sampe gue gagal ngajak Bintang kencan, gue traktir lo berdua sepuasnya", Roman mendecih.
"Kaga tertarik gue". Kini Langit yang mendengus. Lagipula mengapa dirinya menawarkan hal yang tidak akan diminati kedua sahabatnya.
"Oke gue ganti..kalo gue---" Belum selesai Langit berbicara, Sam sudah memotong ucapannya.
"Tiga bulan". Sam bersuara membuat Langit dan Roman saling menatap.
"Tiga bulan apaan anj*r". Kesal Roman karena tidak paham dengan maksud Sam.
"Kalo tiga bulan lo gagal dapetin Bintang. Lo harus insaf jadi playboy". Roman dan Langit saling menatap. Tidak biasanya Sam mau bertaruh.
"Dan lagi kalo elo gagal, motor kesayangan lo gue ambil". Roman semakin tak percaya mendengar penawaran Sam.
"Sint*ng lo! Mana mau si Langit lepasin si mont*k". Sergah Roman yang sangat tahu jika si mont*k, motor kesayangan Langit tak akan pernah ia jadikan bahan taruhan.
"Deal!!!". Roman menjatuhkan rahangnya melihat Langit mengulurkan tangannya pada Sam. Yang itu artinya Langit menyetujui ide gila Sam.
"Deal!". Sam menyeringai penuh makna.
"Edan lo berdua!!! Gue dapet apaan dong?!". Roman tak terima. Ide untuk bertaruh berasal dari dirinya. Lalu mengapa dirinya tak diajak bertaruh.
"Rugi dong gue!!". Roman masih mencak-mencak. Sementara Langit dan Sam masih saling berjabat tangan.
"Bintang...lo harus jadi milik gue. Gimanapun caranya". Batin Langit membulatkan tekadnya. Ia menatap Bintang yang tampak bermandikan peluh, dan s*alnya Bintang terlihat sangat seksi di mata Langit.
"****!!!". Umpat Langit yang merasakan debaran jantungnya menggila hanya dengan melihat Bintang.
Sam yang melihat Langit memalingkan wajah menyeringai. Bukankah itu sangat menarik, belum pernah Langit memalingkan wajah dari seorang wanita. Apalagi wanita itu tak sama sekali menatap balik dirinya.
Sementara Sam dan Langit asyik dengan pikirannya masing-masing. Si paling rewel dan cerewet, Roman tengah misuh-misuh karena merasa tak mendapat apapun dari pertaruhan yang awalnya ia usulkan.
Satu jam berlalu dengan begitu cepat, Bintang dan teman-temannya mengistirahatkan tubuh mereka yang sudah bermandikan peluh.
"Nyari apa Bin?", Bulan yang melihat Bintang celingukan bertanya.
"Anduk gue kemana Bul?", Bulan ikut mencari dan kemudian menggeleng.
"Lo bawa apa kaga?". Tanya Bulan dijawab anggukan kepala oleh Bintang.
"Gue bawa kok. Ini minum gue juga kemana?". Semakin bingung saja Bintang saat tak mendapati handuk dan air minumnya.
"Haii calon makmum.." Bintang tak segera menengok. Ia hafal itu suara siapa, dan ia enggan untuk menatap orang yang menghampirinya itu.
"Minum sama handuk buat pacar gue yang paling seksi". Langit membisikkan kata seksi tepat disamping telinga Bintang.
Secepat kilat Bintang menoleh, dan ia tersentak saat wajahnya dan wajah Langit berada dalam jarak yang sangat dekat. Bahkan hidung mereka hampir bersentuhan.
Teriakan terdengar dari bangku penonton. Siapa lagi pelakunya jika bukan para penggemar Langit yang histeris melihat kedekatan Langit dan Bintang.
Bulan diam-diam tersenyum melihat interaksi Langit dan Bintang. Melihat sahabat baiknya yang tidak pernah sekalipun bersinggungan dengan laki-laki kecuali ayah dan kedua kakaknya serta seorang lelaki yang berstatus sahabat baik mereka, yang kini entah dimana. Kini harus selalu berurusan dengan Langit yang notabene nya adalah seorang playboy yang digilai gadis hampir seisi sekolah.
Untuk sesaat, mata kedua orang itu saling mengunci. Namun dengan cepat Bintang tersadar dan mundur dari hadapan Langit.
"Handuknya sayang..." Langit mengulurkan handuk yang ia pegang. Wajahnya terlihat sangat tenang dan biasa saja, masih terlihat tengil dengan senyum menggoda. Namun tak ada seorang pun yang tahu seperti apa debaran jantungnya saat ini.
"Nggak butuh! Dasar biawak gila!!". Sengit Bintang yang langsung menyambar ranselnya kemudian menggandeng tangan Bulan. Mengajak sahabatnya itu untuk meninggalkan lapangan karena latihan mereka sudah selesai.
Langi menatap tangannya yang masih menggantung. Gadis itu memang berbeda, sangat berbeda. Mungkin jika gadis lain yang ia perlakukan demikian, ia berani jamin jika gadis itu akan pingsan. Tapi Bintang? Jangan kan tersentuh, gadis itu justru memasang wajah galak pada dirinya.
Sementara suara tawa menggema dari teman-temannya terutama Roman yang terlihat sangat puas menertawakan kegagalan pertama seorang Langit.
"Hahaha..biawak gila kaga tuh". Suaranya menggema keras, membuat Langit yang sebenarnya ingin kesal jadi ikut tersenyum mendengar panggilan Bintang untuk dirinya.
Sam tersenyum samar memdengar Bintang menamai sahabatnya itu. Nama yang sangat unik dan menarik, batin Samudra.
"Biawak gila". Gumam Langit dengan seulas senyum tipis. Matanya terus menatap punggung Bintang yang semalkin menjauh dan lambat laun tak terlihat lagi.
...¥¥¥¥••••¥¥¥¥...
...Biawak gila kaga tuh?!😂😂😂...
...Si Bintang kalo ngasih nama kaga nanggung-nanggung, orang ganteng bin tahir dinamain Biawak🤦🏼♀️🤦🏼♀️😅...
...Jangan lupa tampol like nya yaaa readerskuh🥰🥰...
...Dan doakanlah othor shalehah ini bisa bikin bonchapt yang bagus buat cerita sebelah🙏🏻🙏🏻 kayanya kalian masih belum mopeon dari kuman sama santen ya😂😂😅...
...Ahh yang penting mah sarangheo sekebon raya bogor kalian semuaaa🥰🥰😘😘💋💐...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Rita Riau
biawak gila 😬🤣🤪
bin buaya garong 🤣🤣🤣
2024-03-06
0