"Lepasin gue!!". Catherine memberontak saat dua temannya memegangi lengannya dengan kuat.
Amarahnya semakin tersulut saat melihat bagaimana Langit memeluk Bintang dari belakang dan menjauhkan Bintang darinya.
"Udah Bin.." Langit coba menenangkan meski Bintang juga berusaha melepaskan pelukan Langit. Ia masih tak terima Catherine membawa nama ibunya apalagi sampai menghinanya seperti tadi.
"Lepasin gue, biawak! Mulut tu cewek perlu diajarin tentang apa itu sopan santun! Lepas!!". Langit tetap tak bergeming dan memeluk erat perut Bintang hingga posisi keduanya saat ini rapat sempurna.
Dengan jarak yang begitu dekat ini, Langit bisa mencium wangi rambut Bintang dan aroma tubuhnya yang terasa sangat menenangkan bagi Langit.
"Bawa temen lo pergi b*go!! Lo pada mau dibawa guru ke BK!", Teriak Langit yang sangat kesal melihat teman-teman Catherine yang justru terpaku menatapnya yang tengah memeluk Bintang.
"Lepasin gue! Urusan gue belom selesai ama cewek murahan itu!!". Catherine terus berontak hingga akhirnya terlepas dari cekalan dua temannya.
Catherine berjalan cepat mendekati Bintang dengan menyambar segelas jus yang ada diatas meja. Entah milik siapa Cath tak peduli, dan...
byurrr...
Mata Catherine melebar saat yang terkena siraman jus nya bukanlah Bintang, melainkan Langit yang membalikkan tubuhnya hingga dirinya kini mengurung tubuh Bintang dengan tubuhnya.
Langit, pemuda playboy itu mengorbankan punggungnya untuk melindungi Bintang, gadis yang bahkan enggan untuk ia dekati. Apa sebenarnya alasan Langit? Spontanitas kah? Atau memang sudah mulai tumbuh benih bernama cinta yang sudah lama tak Langit rasakan.
"L-Lang.." Suara Catherine terdengar bergetar. Ia tak menyangka Langit akan menjadikan tubuhnya sebagai tameng untuk Bintang.
"A-aku..aku nggak--" Langit langsung menoleh, menatap Cath dengan tajam hingga membuat Cath menelan kasar salivanya melihat tatapan mematikan Langit. Tanpa melepaskan pelukannya dari Bintang, Langit terus menatap tajam Cath yang terlihat salah tingkah.
"Bawa temen lo!", Kedua teman Cath segera berjalan mendekat dan menarik tangan Catherine menjauh dari kantin.
"Jangan sampe ada guru yang tau". Tatapan Langit berubah mengerikan, ia bagi tatapan tajamnya pada seluruh siswa yang ada dikantin. Seolah tengah memberi peringatan pada semua orang untuk merahasiakan keributan yang baru saja terjadi.
Langit menarik Bintang pergi dari kantin setelah melihat semua orang dikantin mengangguk, menyanggupi apa yang ia peirntahkan sebelumnya.
Bintang berjalan dibelakang Langit, menatap tangannya yang digenggam erat oleh Langit lalu menatap punggung tegap pemuda itu yang kini terlihat basah dengan noda berwarna merah pekat.
Tiba-tiba hati Bintang merasa tak nyaman. Entah untuk alasan apa, ada perasaan aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya merasuk kedalam hati terdalamnya. Bahkan untuk pertama kalinya, Bintang tak menepis tangan Langit yang menggenggam tangannya.
Rupanya Langit tak membawa Bintang ke kelas, namun pemuda jangkung itu membawa Bintang ke ruang kesehatan.
Langit mendudukkan bintang di ranjang yang biasa dipakai para siswa untuk beristirahat jika sedang sakit.
Pemuda tampan itu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Tak ada petugas medis yang biasa berjaga disana, hanya ada beberapa murid yang sepertinya tengah sakit dan beristirahat disana.
"Tunggu sini". Perintah Langit yang membuat Bintang mengangguk patuh. Ia duduk diam diatas brangkar sambil melihat Langit yang berjalan menuju lemari yang berisi obat.
Cukup lama lelaki itu berdiri didepan lemari sebelum akhirnya kembali pada Bintang dengan membawa obat-obatan yang entah untuk apa.
"G-gue bisa sendiri". Bintang menahan tangan Langit yang hendak mengoleskan salep ke pipinya. Belum pernah ia sedekat ini dengan lelaki manapun kecuali kedua kakak dan ayahnya. Jarak wajahnya dan Langit hanya sejengkal saja dan itu mampu memompa jantung Bintang untuk bekerja ekstra.
Bintang langsung diam saat Langit menghunuskan tatapan tajamnya. Sumpah demi apapun, Bintang belum pernah melihat tatapan Langit yang seperti saat ini. Biasanya Langit yang ia kenal adalah orang yang selalu selengekan dan bergurau dengan segala hal. Tapi kali ini, Langit benar-benar terlihat serius.
Dengan tangan sedikit gemetar, Langit mulai mengoleskan salep ke pipi Bintang yang masih terlihat memerah. Ia ikut meringis saat Bintang mendesis kesakitan ketika tangannya menyentuh luka bekas tamparan Catherine.
"Sakit?". Tanya Langit begitu lembut terdengar di telinga Bintang, hingga membuat gadis itu mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya mengangguk pelan.
Tamparan Catherine tidak main-main, Bintang merasa sakit sekaligus perih di pipinya. Dalam hati ia mengumpati Catherine yang menampar pipinya begitu kerasnya.
"Tahan bentar ya.." Suara lembut Langit kembali terdengar dan Bintang kembali mengangguk patuh seolah terhipnotis dengan suara lembut Langit yang begitu memanjakan.
Langit dapat merasakan tubuh Bintang kaku dengan posisi mereka seperti saat ini. Langit tersenyum dalam diam, sepertinya gadis didepannya ini benar-benar belum pernah dekat dengan laki-laki. Terlihat dari bahasa tubuhnya yang sangat kaku saat Langit dekat, bahkan Langit tahu Bintang menahan nafas beberapa kali saat dirinya mendekatkan wajahnya untuk melihat lebih jelas luka di wajah dan leher Bintang.
"Lo emang menarik, Bin.." Batin Langit gemas saat melihat wajah Bintang memerah. Terlihat sangat menggemaskan saat Bintang tengah tegang dan malu seperti saat ini.
Langit terus mengobati luka di wajah dan leher Bintang tanpa mempedulikan Bintang tegang dan kesulitan bernafas.
"Buruan anj*r!!! Gue susah nafas, bisa mati gue kalo lama-lama kaya gini", Bintang mengumpat, namun hanya dalam hatinya saja ia berani menyuarakan.
Langit memasang plester luka pada leher Bintang yang terluka akibat cakaran Cath. Untung kulit wajahnya tidak sampai mengelupas seperti lehernya.
"Selesai.." Ucap Langit sambil terus menatap Bintang yang terus berusaha mengalihkan pandangannya dari Langit.
Bintang meraba lehernya, terdapat plester luka yang menempel dilehernya.
"Ada luka gores. Takutnya infeksi kalo nggak gue tutup". Langit menjelaskan tanpa diminta.
"Ehm..m-makasih". Bintang berucap sangat pelan hingga Langit hampir tak mendengarnya.
Bibir Langit semakin membentuk lengkungan melihat Bintang yang terlihat salah tingkah didepannya.
"Apa?". Sepertinya menggoda si singa betina akan seru, pikir Langit.
Bintang langsung menatap Langit. Tatapan matanya begitu menusuk namun Langit justru tersenyum.
"Makasih!". Ketus Bintang sambil kembali mengalihkan tatapan matanya. Entah sejak kapan dirinya tak bisa bertahan lama beradu pandang dengan laki-laki tengil dihadapannya itu.
"Sama-sama. Liatin calon pacar dong kalo bilang makasih tuh". Bintang mendengus, debaran yang tadi ia rasakan kini berganti dengan rasa kesal.
"Minggir lo! Dasar rese". Ketus Bintang.
Ia mendorong bahu Langit hingga pemuda itu mundur beberapa langkah. Bintang turun dari ranjang namun s*al baginya karena brangkar yang lumayan tinggi membuatnya limbung dan hampir terjatuh. Untunglah Langit cepat menangkap tubuh Bintang.
Mata keduanya bersirobos, saling menatap dengan tatapan mata dalam. Seolah keduanya tengah menyelami bagaimana perasaan mereka saat ini.
"Cantik.." Batin Langit yang baru kali pertama melihat wajah Bintang dari jarak sedekat ini. Wajah putih mulus dengan alis tercetak rapi, mata lebar hitam legam, hidung yang mancung serta bibir tipis yang mampu membuat Langit kesulitan menelan salivanya.
Tak berbeda dengan Langit, Bintang pun memindai wajah tampan Langit. Wajar jika banyak gadis tergila-gila pada pemuda itu. Wajah rupawan yang memiliki garis rahang kokoh, hidung yang mancung serta mata tajam dan bibir seksi yang mampu membuat Bintang mengerjap beberapa kali.
Butuh waktu beberapa detik untuk Bintang mengembalikan kewarasan dan kesadarannya. Rupanya Langit memang berbahaya untuk ditatap terlalu lama.
Bintang mendorong tubuh Langit setelah keduanya berdiri sempurna. Berdehem beberapa kali untuk menetralisir debaran jantung dan kegugupan yang tiba-tiba melanda. Bukan hanya Bintang, namun Langit yang notabene nya sudah terbiasa berinteraksi dengan banyak gadis pun sama berdebarnya. Hanya saja Langit lebih bisa menguasai diri dan ekspresi wajahnya tidak terlalu menunjukkan jika dirinya pun gugup berada dekat dengan gadis incarannya.
Bintang kembali menatap tajam pada Langit saat pemuda itu kembali mencekal tangannya. Cekalannya lembut dan sama sekali tak menyakitkan, namun Bintang tak suka. Ia tak suka karena kini debaran jantungnya kembali menggila hanya karena Langit memegang pergelangan tangannya.
"Lo istirahat aja disini". Alis Bintang berkerut, lelaki itu berdiri tepat didepan Bintang yang langsung mundur satu langkah.
"G-gue mau ke kelas". Ucap Bintang sedikit terbata, akan sangat tidak baik untuk kesehatan jantungnya jika terlalu lama berada dekat Langit.
"Lang!!". Pekik Bintang ketika tubuhnya tiba-tiba diangkat oleh Langit dan kembali didudukkan diatas ranjang.
"Lo---!!". Bintang tak melanjutkan ucapannya karena tiba-tiba Langit mendekatkan wajahnya hingga hidung keduanya bergesekan.
Langit tersenyum samar melihat betapa tegangnya Bintang saat ini. Cantik dan sangat menggemaskan, batin Langit. Bintang semakin kaku saja saat Langit merapikan rambutnya yang berantakan dengan sangat perlahan, seolah Bintang adalah gelas kaca yang akan pecah jika Langit tak memperlakukannya dengan lembut dan perlahan.
"Sekali ini dengerin gue.." Bintang kembali menatap Langit hingga tatapan mata keduanya bertemu. Dahi Bintang berkerut dalam, seolah bertanya kenapa harus mengikuti kata-kata Langit.
"Lo bakal ditanya sama guru tentang luka lo ini. Dan gue yakin lo nggak mau berurusan sama ruang BK kan?", Seolah tahu apa arti tatapan Bintang, Langit menjelaskan.
Bintang diam, apa yang dikatakan Langit benar adanya. Akan menambah masalah jika sampai ada guru yang melihat lukanya dan juga penampilannya.
...¥¥¥¥•••¥¥¥¥...
...Ecieee yang berdebar-debar🤭😂...
...Pantes Bintang panggil si Cath kucing ya, orang kalo gelud senengnya nyakar😭😂...
...Double up nih, jangan lupa juga double like nya ya✌🏻👍🏻😊😁...
...Mak othor mau kreji up biar readers nya juga ikutan kreji ngasih like nya🤭😊☺️...
...Oke sekian saja ceramahnya, lopelope kalian semua..sarangheo sekebon😘😘🥰💋💐...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
abdan syakura
Lope lope nya tuk kak Author seluas Langit,seluas Samudera, seIndah kerlipan Bintang dan seCantik remBulan ..
🤗🤣🤣🤣
2023-02-01
1