"Gue yang bakal bilang sama guru kalo elo lagi sakit". Langit menegakkan tubuhnya, lama-lama kasian juga melihat Bintang terus-terusan tegang dan sulit bernafas karena ulahnya.
"Jadi sekarang..lo istirahat". Langit memaksa Bintang berbaring dan memasang selimut untuk menutupi kaki gadis itu.
"Lang.." Langit yang sedang merapikan selimut Bintang mendongak menatap Bintang yang juga menatapnya.
"Baju lo.." Bintang melihat punggung Langit yang basah. Sudah pasti itu sangat tidak nyaman dan tentunya dingin.
"Ciee..perhatian banget sih sama gue. Jadi terharu gue.." Bintang mencebik, menyesal rasanya mengkhawatirkan lelaki tengil itu.
"Makasih atas perhatiannya ya calon pacar". Bintang membeku kembali saat tangan lebar Langit mengelus lembut pipinya yang masih terlihat sedikit merah.
Bintang merutuki sikap Langit yang seenaknya saja menyentuh wajah dan tangannya. Tapi lidah Bintang terasa kelu hanya untuk sekedar memaki Langit yang kini masih mengelus pipinya.
"Tunggu disini dan jangan coba kabur". Peringat Langit yang kemudian berlalu keluar meninggalkan Bintang yang meraba dada nya. Debaran jantungnya semakin menggila, dan Bintang tak tahu apa alasannya.
Langit tersenyum lebar saat melihat Bintang meraba dada nya dengan tatapan lurus. Dalam hati Langit berharap, semoga Bintang juga memiliki debaran yang sama sepertinya saat ini.
Bintang terus berperang dengan pikirannya sendiri. Tentang apa alasan dirinya terus berdebar berada dekat dengan Langit. Dan mengapa pula dirinya harus mengikuti kata-kata Langit?
Atensinya beralih saat mendengar pintu ruangan kembali terbuka dan kembali menampakkan sosok lelaki yang membuatnya pusing sendiri dengan apa yang ia rasakan saat ini.
Belum terlalu lama Langit keluar, tapi ia sudah kembali lagi kedalam ruang kesehatan dengan sebuah kresek putih yang Bintang tak tahu apa isinya.
Langit juga sudah terlihat lebih segar dan yang pasti bersih. Sepertinya lelaki jangkung itu sudah mengganti baju seragamnya dengan yang baru.
"Minum dulu..sama makan". Langit meletakkan satu cup jus jambu dan sebungkus roti diatas meja kecil yang ada disamping ranjang Bintang.
"Lo belom makan tadi. Jangan ampe sakit", Langit kembali bersuara.
"Plis jangan. Jangan terbuai Bintang. Dia jagonya ngerayu cewek. Titisan biawak kaya dia jangan pernah lo percaya". Bintang terus merapalkan mantra sakti untuk tak percaya apalagi terbuai dengan perhatian Langit. Namun tetap saja hatinya masih berhianat dan kembali menggila.
"Gue kelas dulu. Sama ini, ganti baju lo. Jangan sampe ada orang lain yang liat selain gue". Alis Bintang berkerut saat menerima baju seragam dari Langit.
Mengerti dengan kebingungan Bintang, Langit menurunkan pandangannya tepat di dada Bintang yang terbuka beberapa kancingnya.
Bintang ikuti arah pandang Langit, dan seketika matanya melebar sempurna saat melihat dua kancing teratasnya terbuka sempurna hingga menampakkan kulit dadanya yang putih mulus itu.
"Lang----!!!", Teriakan Bintang terhenti saat Langit membekap mulut Bintang. Didalam ruang kesehatan bukan hanya ada mereka berdua, namun ada beberapa siswa yang juga sedang beristirahat disana.
"Jangan teriak-teriak. Ntar mereka mikirnya gue apa-apain lo", Bisik Langit masih dengan telapak tangannya yang menutup mulut Bintang.
Langit tahu, Bintang pasti sangat kesal dan juga malu. Tapi ada sesuatu yang membuat Langit gagal fokus. Sesuatu dibalik baju Bintang yang tak sengaja ia lihat menyembul. Sesuatu yang tak pernah ia kira jika Bintang memilikinya karena selama ini Bintang selalu memakai seragam yang longgar.
Bintang sudah menyilangkan tangannya sejak tadi didepan dadanya yang terbuka. Malu bukan main saat sesuatu yang selalu ia tutupi itu terlihat orang lain apalagi itu adalah laki-laki.
"Sorry..gue nggak maksud buat kurangajar. Tapi mendingan lo ganti bajunya. Nanti gue suruh Bulan kesini nemenin lo". Wajah Bintang entah sudah semerah apa. Ia tahu bukan kesalahan Langit hingga kancing kemejanya terlepas. Namun tetap saja rasanya sangat malu ketika sesuatu yang selalu kita tutup rapat dilihat orang lain.
"Gue tinggal dulu ya.." Langit mengelus pucuk kepala Bintang yang masih tak mau menatapnya. Terlalu memalukan.
Bintang bahkan mulai berpikir bagaimana caranya menghindari Langit ke depannya. Pasti akan sangat canggung dan memalukan baginya jika kembali bertemu Langit setelah kejadian ini.
Tanpa Bintang sadari, ada rasa nyaman yang menelusup kedalam hatinya saat dengan lembut Langit mengusap pucuk kepalanya. Rasanya tenang dan damai seolah dirinya tengah dilindungi.
Bintang baru mengalihkan pandangannya saat mendengar pintu dibuka dan ditutup kembali. Menghela nafas panjang untuk menetralkan detakan jantungnya yang tak menentu.
Ia termenung sesaat. Semua kejadian hari ini benar-benar membuat kepalasanya terasa pusing. Mulai dari berdebat dengan si kucing, hingga kejadian barusan dengan Langit.
Perlahan tangannya terulur mengambil sebungkus roti dan segelas jus yang Langit belikan untuknya. Tanpa sadar bibirnya melengkungkan senyum, darimana lelaki tengil itu tahu minuman kesukaannya? Pikir Bintang.
Memakan roti pemberian Langit dengan pikiran berkelana jauh. Entah apa yang gadis itu pikirkan hingga tak sadar jika sahabat baiknya kini sudah duduk di kursi samping ranjangnya dan memperhatikan Bintang dengan raut wajah bingung.
Beberapa saat lalu, Langit kembali ke kelas dan memberitahu guru yang tengah mengajar jika Bintang tengah sakit dan kini beristirahat di ruang kesehatan.
Langit bahkan meminta izin pada guru agar Bulan menemani Bintang yang sedang beristirahat. Tentu teman-teman sekelasnya tahu apa yang terjadi, namun mereka memilih diam saja seperti perintah Langit saat di kantin tadi.
Bulan mengamati wajah sahabatnya. Terdapat beberapa luka di wajah ayu sahabatnya yang mampu membuatnya ikut meringis membayangkan betapa perih dan sakitnya luka-luka itu.
Tapi kini bukan itu yang jadi fokus Bulan, melainkan sahabatnya yang tengah memakan sepotong roti dengan senyuman aneh di wajahnya. Mungkinkah kepala temannya itu tadi terbentur cukup keras hingga sekarang sahabatnya itu makan sambil senyum-senyum.
"Astaga!". Pekik Bintang yang terkejut saat tiba-tiba ada sebuah tangan menempel didahinya.
Dengan cepat Bintang menoleh dan mendapati wajah Bulan begitu dekat dengan wajahnya.
"Astagfirullah Bul. Apaan sih lo, mau bikin gue jantungan". Sungut Bintang sambil mengelus dadanya. Dan itu membuatnya tersadar jika dirinya belum mengganti bajunya.
"Astaga.." Gumam Bintang pelan yang membuat Bulan semakin memicingkan matanya.
"Pegangin dulu sama tutupin tirainya dong". Bintang menyerahkan roti yang baru saja ia makan sedikit pada Bulan yang masih terlihat bingung.
Namun meskipun bingung, Bulan melakukan apa yang diminta sahabatnya. Gadis itu menarik perlahan tirai pembatas hingga kini tertutup sempurna.
"Gila si kucing, kancing baju ampe copot gitu". Ucap Bulan sambil menggelengkan kepalanya.
"Makanya nama dia udah pas. Kucing". Keduanya terkekeh pelan mengingat bagaimana liarnya Cath menyerang Bintang tadi.
Bintang melepaskan satu persatu kancing kemejanya, kemudian melepaskan bajunya dan itu bertepatan dengan seseorang masuk kedalam biliknya.
Hening sesaat sampai kemudian Bintang berteriak, pun dengan seseorang yang baru saja masuk. Lelaki yang tak lain adalah Langit pun ikut berteriak karena terkejut dengan apa yang ia lihat saat ini.
"S-sorry, g-gue nggak tau kalo--" Langit sudah berdiri diluar tirai. Ia bingung sendiri harus bagaimana mengatakan ketidaksengajaan yang membuatnya semakin gila.
Bulan yang masih terkejut justru hanya bengong. Semua terjadi begitu cepat dan apakah? Apakah Langit melihat aset sahabatnya??
Ya meskipun masih tertutup tanktop yang dipakai Bintang, namun dengan aset yang dimiliki Bintang, sudah pasti Langit bisa melihatnya meski hanya bagian atasnya saja.
Dengan tergesa Bintang memakai baju yang Langit bawakan tadi. Dengan dibantu Bulan, ia mengancingkan kancing kemeja nya cepat-cepat.
Dua kali, dua kali Langit melihat aset berharganya. Dan yang kedua justru lebih parah karena ia hanya memakai tanktop.
Langit yang masih ada dibalik tirai tiba-tiba terbayang benda yang baru saja ia lihat. Bolehkah itu disebut anugerah dan keberuntungan?
Langit menatap telapak tangannya sesaat. Otak dan imannya yang imin itu langsung bekerja memperkirakan ukuran aset Bintang.
"Pas.." Gumam Langit pelan saat mengingat sesuatu hal istimewa yang baru saja ia lihat.
plak..
Langit menampar pipinya sendiri. Mencoba menyadarkan diri dan otaknya yang tiba-tiba berpikiran mesum karena melihat sesuatu yang harusnya tak ia lihat.
"Sadar Lang!! Sadar!!! Lo mikir apa sih!". Langit masih bergumam sambil sesekali menggeleng. Sesuatu yang baru saja ia lihat itu benar-benar membuat otaknya tumpul dan tak bisa berpikir jernih.
...¥¥¥•••¥¥¥¥...
...Aku beneran kreji up nih saayyy☺️☺️😊...
...Kalian juga jangan lupa kreji like nya yaaaa🥰🥰...
...Gimana nih? Si Langit menang banyak ya makemak😂😂 Masuk main slonong yang menghasilkan suatu keberuntungan buat si titisan biawak😂😂...
...Si Bintang pasti malu setengah pingsan deh itu ya, nggak kebayang aset yang disimpen rapi selama ini malah kecolongan bisa diliat ama titisan biawak😂😂😂...
...Jangan lupa tampol likenya ya..lopelope kalian semua🥰 sarangheo sekebon💐💐🥰😘😘😘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Rita Riau
disini aq ga tahan nahan tawa🤣🤣
bisa" nya Langit bilang pas
wih dasar tengil 😬😬😬
2024-03-06
0
Kusii Yaati
wkwkwk...itu namanya rezeky nomplok Lang...😂😂😂
2023-05-20
1