"Masih pagi Bin. Tu muka udah lo tekuk aja sih". Bintang baru saja menghempaskan bobot tubuhnya diatas kursinya. Kursi yang tepat berada disamping Bulan, sahabatnya.
"Ssst..jangan berisik. Gue lagi bete". Bintang memejamkan matanya, meletakkan kepalanya dan menjadikan lengannya sebagai bantal.
Bulan menggeleng, ia sudah tahu apa yang membuat sahabatnya itu bete saat masih pagi seperti ini. Sudah pasti tidak akan jauh-jauh dari lelaki bernama Langit.
"Sayaaang..." Bulan mengulum bibir menahan tawanya. Langit, lelaki tengil dengan sejuta pesona itu sudah berteriak keras saat memasuki kelas. Pandangan matanya menyorot langsung pada Bintang yang semakin merapatkan mata saat mendengar suara Langit.
"Astaga..hidup gue kenapa jadi gini". Gumam Bintang, namun Bulan masih mendengarnya hingga gadis itu tersenyum tipis.
"Kok gue ditinggalin sih. Capek tau ngejar lo, jalannya cepet banget udah kaya dikejar apaan". Langit terus mengoceh, lelaki itu bahkan menggeser kursi agar bisa duduk menghadap Bintang.
"Bul, lo pindah sana. Mulai sekarang gue duduknya deket calon bini gue nih". Bintang yang sejak tadi sengaja mengacuhkan Langit langsung mengangkat wajahnya. Menatap galak pada Langit yang justru tersenyum sambil memainkan alisnya naik turun.
"Kaga usah ngadi-ngadi lo ya. Lo duduk disebelah gue cuma mapel bu Wita doang. Kaga usah ngelunjak!". Semprot Bintang membuat seisi kelas tertawa. Bagaimana tidak, seorang playboy yang terkenal tak pernah gagal mendekati wanita, kini terang-terangan ditolak oleh seorang gadis sederhana.
Sam dan Roman hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Langit yang semakin hari semakin senang menggoda Bintang yang galak. Tidak, sebenarnya Bintang tidak galak. Sikap galaknya hanya berlaku untuk Langit seorang.
"Ini guru kemana lagi sih, Bul?". Tanya Bintang
"Kita cuma dikasih tugas, tuh". Bulan memberi kode lewat tatapan matanya.
Bintang mendengus, mengapa harus sekarang jam kosong. Saat Langit masih terus menggodanya.
"Balik sono ke tempat lo. Bikin engap tau nggak sih deket-deket lo", Bulan memegang pundak sahabatnya.
"Abis ngeselin banget ni orang", Keluh Bintang sambil menatap Bulan dengan wajah memelas.
"Nggak usah diladenin", Saran Bulan, namun Bintang mendengus. Makhluk bernama Langit itu seperti parasit yang kini menempel sempurna pada dirinya. Kemanapun ia melangkah, selalu saja bertemu Langit.
"Jangan marah-marah mulu dong calon pacar. Ntar ilang cantiknya.." Langit dengan jahil menoel dagu lancip Bintang hingga membuat gadis itu semakin kesal.
"Sekali lagi lo berani pegang-pegang gue---"
"Apa?? Kalo gue pegang-pegang mau apa? Hmm??". Bukannya takut, Langit malah menantang Bintang yang semakin terlihat kesal, Langit bahkan menusuk-nusuk pipi Bintang dengan telunjuknya.
"Aaaaaa....Bintang!!! Sakit!". Langit berteriak saat Bintang tiba-tiba menggigit tangannya yang ia gunakan untuk menusuk-nusuk pipi Bintang dengan sangat kuat.
"Jauh-jauh sono". Usir Bintang dengan seulas senyum geli melihat wajah kesakitan Langit.
Dan begitulah hari-hari yang Bintang lalui kini. Hari yang dulu begitu damai, tenang dan tak ada gangguan. Kini semua sudah pergi sejak kedatangan seorang pemuda bernama Langit itu.
Roman tertawa melihat Langit masih mengelus jarinya. Ia tahu Bintang menggigitnya dengan sepenuh tenaga, terlihat saat Langit meringis menahan sakit.
"Sakit Lang?". Tanya Roman dengan wajah menggoda.
"Sakit ogeb!! Pake nanya lagi". Kesal Langit yang masih mengelus jarinya.
"Gila tu cewek. Titisan singa kali ya, gigit sakit banget". Keluh Langit membuat Sam mau tak mau terkekeh pelan.
"Terus elo titisan apa? buaya? Apa komodo?". Ejek Roman membuat Sam tertawa sesaat. Sedangkan Langit terlihat cemberut.
"Dia titisan biawak kalo kata si Bintang". Timpal Sam membuat Langit semakin menekuk wajah.
Langit yang sudah berpindah membuat Bintang bisa tenang mengerjakan tugas yang ditinggalkan oleh gurunya.
Hingga saat bel pertanda waktu jam istirahat berbunyi, Bintang sudah selesai dengan tugasnya. Pun dengan Bulan.
Bulan mengeluarkan lunch bag yang pagi tadi dibawakan oleh sang ibu. Mengeluarkan dua kotak makan dengan warna yang berbeda. Satu miliknya dan satu milik Bintang.
Dengan semangat Bintang membuka kotak makannya. Melihat masakan sederhana ibu namun berhasil membuatnya tergiur.
Hanya ayam kecap dengan tumis brokoli, namun itu terlihat begitu nikmat dan Bintang tidak sabar untuk menikmatinya.
"Selamat makan Bubul.." Bintang mengangkat sendoknya sambil melirik Bulan yang tersenyum.
"Hmm..pasti enak". Gumam Bintang yang sudah menyendok nasi beserta lauk dan sayurnya.
Hanya tinggal beberapa senti agar makanan itu masuk kedalam mulutnya. Namun seseorang lebih dulu memakannya.
Secepat kilat Bintang menoleh. Mendapati Langit, lelaki menyebalkan yang sangat ia benci tengah mengunyah makanan yang seharusnya masuk kedalam mulutnya.
"Biawak!!!!". Teriak Bintang keras membuat Langit tersenyum lebar.
"Itu makan gue!! Kenapa lo caplok!!". Bintang masih mencak-mencak sementara Langit tampak menikmati makanan yang ada didalam mulutnya.
"Si Langit beneran sableng, Sam". Roman menggeleng tak percaya melihat kelakuan Langit belakangan ini.
Hilang semua sikap Langit yang selalu menjaga image nya dihadapan para gadis. Yang ada hanya Langit yang selalu mengganggu Bintang.
"Gue berani taruhan. Bukan Bintang yang bakal jatuh cinta sama Langit". Roman langsung menoleh. Jika sudah ada kata 'taruhan' otak bisnisnya langsung bekerja cepat.
"Kita taruhan. Siapa yang bakal lebih dulu jadi bucin". Tawar Roman membuat Sam tersenyum samar.
"Lo kalo denger taruhan aja cepet". Cibir Sam yang berjalan mendahului RomanZ Perutnya sudah minta diisi, dan ia akan pergi ke kantin.
Meninggalkan Langit yang masih berdebat dengan Bintang yang belum bisa menerima bekal makannya dimakan oleh Langit.
Pada akhirnya Bintang lah yang mengalah, membiarkan Langit memakan bekal miliknya dan dirinya makan berdua dengan Bulan.
"Kak Langit.." Bintang dan Bulan menoleh ke pintu. Disana berdiri seorang gadis yang tengah membawa sebotol air mineral tengah menatap Langit.
"Ini buat kakak.." Dengan malu-malu, gadis itu berjalan mendekati Langit dan memberikan sebotol air mineral dan sebuah amplop berwarna merah muda.
"Eh ini apaan.." Tanya Langit pada gadis yang sudah lebih dulu lari keluar.
"Ini buat kakak.." Cibir Bintang yang menirukan suara gadis yang tadi terlihat malu-malu itu.
"Bin..." Bulan menyenggol lengan sahabatnya yang tengah mencibir Langit.
"Gue curiga, sebenernya tu laki bukan dari keluarga kaya, Bul". Bulan melotot mendengar ucapan Bintang.
"Ya lo liat aja, ngakunya anak pengusaha. Tapi makanan gue diembat, minum aja musti nunggu ada yang ngasih". Bintang terus mengoceh sampai tidak sadar jika Langit sudah duduk disampingnya sambil mendengarkan gadis cantik itu mengoceh membicarakannya.
"Menurut lo gimana? Iya kan? Kalo gue sih yakin dia cuma ngaku-ngaku tajir". Bulan berusaha menahan tawanya saat melihat wajah Langit.
"Tapi Bin, dia kan ke sekolah pake motor keren terus. Kalo engga juga bawa mobil mewah juga. Nggak mungkin murah kan itu mobil sama motor? Sepatu, tas, jam ama segala yang dia pake juga nggak mungkin palsu kan?". Sepertinya akan seru jika Bintang terus membicarakan Langit sedangkan pemuda itu mendengarnya.
"Iya juga sih..ya siapa tau nyewa kan? Hari gini gampang lah nyewa-nyewa". Langit yang mendengar melotot tak percaya. Benar-benar baru kali ini ada gadis yang membicarakan keburukan tentangnya. Bahkan mengira dirinya miskin.
"Kalo soal baju sepatu ama yang lain sih sekarang udah pada pinter niru yang ori nya Bul.." Bulan semakin tak kuat menahan tawanya. Wajah syok Langit dan wajah polos Bintang saat membicarakan Langit benar-benar menghibur.
"Lo kenapa ketawa-ketawa gitu?". Tanya Bintang heran.
"Gue mau ke kamar mandi dulu deh. Kebelet gue". Pamit Bulan yang sengaja ingin meninggalkan Langit dan Bintang berdua.
"Gue nggak tanggung jawab ya kalo bekel lo masuk ke perut gue semua". Ucap Bintang mengingatkan.
"Abisin aja. Gue udah kenyang". Bulan berjalan meninggalkan Langit yang masih menatap Bintang, sementara Bintang masih belum menyadari keberadaan Langit.
"Iya kali ya, jangan-jangan dia penipu?". Gumam Bintang yang masih memasukkan makanan kedalam mulutnya.
"Siapa yang penipu?", Bintang yang baru akan menelan makanannya tersedak saat mendengar suara yang berasal dari belakang tubuhnya.
Ia sangat tahu suara siapa itu. Suara laki-laki yang baru saja ia bicarakan dengan Bulan. Lalu sejak kapan laki-laki itu berada dibelakangnya?
Bintang masih terbatuk, bahkan batuknya semakin parah hingga wajah putihnya memerah.
"Pelan-pelan kenapa sih lo. Nggak ada anggun-anggunnya banget jadi cewek". Omel Langit sambil membukakan air mineral yang tadi diberikan oleh penggemarnya itu.
"Nih minum dulu.." Langit menyodorkan minumannya dan mengelus leher belakang Bintang, berharap apa yang ia lakukan akan membuat batuk Bintang mereda.
"Lo ngapain ujug-ujug disini??". Semprot Bintang setelah berhasil meredakan batuknya.
"Dengerin orang lagi ngomongin gue". Balas Langit tak kalah sengit.
"Kapan akurnya sih.." Bulan yang ternyata hanya berdiri didepan pintu kelas tersenyum tipis sambil menggeleng.
Bulan terperanjat saat membalikkan tubuhnya dan ada tubuh tegap yang hampir ia tabrak. Bulan mendongakkan kepalanya dan seketika wajahnya memerah saat melihat siapa pemilik tubuh tegap itu.
"Sorry.." Bulan segera berlalu setelah mengucapkannya. Ia tak menyadari jika sosok yang hampir ia tabrak tadi terus memperhatikan punggungnya yang kian menjauh.
...¥¥¥•••¥¥¥...
...Hollaaa readers👋🏻👋🏻👋🏻 Apakabar semuaaa??? Sehat ya? Insyaallah sehat semua yaa🤲🏻🤲🏻...
...Jangan lupa tampol like nya ya..komen sama vote nya juga🥰 ni kayanya readers aku yang palingpaling ini pada belum move on dari yang sebelumnya ya🤭😅...
...Segitu dulu deh, Lopelope sekebon sayangsayangkuh semua🥰😘😘sarangheo banyakbanyak😘😘🥰♥️💋💐...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
dheey
kucing vs tikus ini mah
2023-05-28
1
i$ Ikk@ Wul@nd@r! 🌈🍁💞
ngakak sumpah bintang ama langit gk ada akur2-y dari awal baca😄😄😄😅😅😅
semangat thor💪💪💪💪
😘😍😘😍😘
2022-10-19
0