"Dimana Langit?". Bintang yang tengah melangkah tenang bersama Bulan terkejut saat tiba-tiba dihadang oleh seorang gadis yang menanyakan keberadaan Langit.
Bintang dan Bulan saling menatap bingung. Melihat ke belakang dan samping kanan kirinya, mencari orang lain yang mungkin saja ditanyai oleh gadis itu.
"Gue nanya. Dimana Langit". Karena Bintang tak kunjung menjawab, gadis itu kembali bertanya dengan suara yang lebih tinggi.
"Lo nanya sama siapa sih ?". Bintang balik bertanya dengan alis berkerut.
"Siapa lagi. Nanya ke elo lah". Gadis didepan Bintang tampak geram.
"Ni orang waras kaga sih Bul?". Semakin geram saja gadis didepan Bintang karena terus diacuhkan. Sementara Bulan yang ditanya hanya bisa mengendikkan bahunya.
"Jawab gue Bintang!! Dimana Langit?". Karena suara gadis itu yang sangat keras, membuat keduanya menjadi pusat perhatian beberapa orang yang lewat disana.
"Noh.." Dengan cepat, gadis itu mengikuti arah telunjuk Bintang yang kini tengah menunjuk langit diatas sana.
"Lo---"
"Lo nanya Langit kan? Itu diatas namanya langit. Ngerti kan?". Bulan mengulum bibir, Bintang emang nggak ada obat kalo bikin orang kesel.
"Bintang..." Gadis didepan Bintang menggeram. Semakin kesal dan benci pada Bintang.
"Gue bukan emaknya si Langit, kucing---"
"Nama gue Catherine!! Bukan kucing!". Potong gadis bernama Catherine itu.
"Sama aja, cat tuh artinya kucing". Sahut Bintang santai.
Ingin sekali Catherine mencakar wajah Bintang, namun statusnya yang sebagai anak kepala sekolah membuatnya harus menahan diri untuk tidak membuat keributan yang besar.
"Dimana Langit?". Tanya Cath lagi karena belum mendapat jawaban.
"Mana gue tau. Lo kira gue emaknya". Sahut Bintang acuh. Dirinya lebih senang tak melihat Langit, karena memang sudah dua hari ini dirinya kembali menemukan kedamaian hidupnya yang sempat menghilang karena kehadiran Langit.
"Boong!!". Teriak Cath tak percaya
"Sssttt..kaga usah teriak-teriak. Urat leher lo mau putus tuh. Noh liat, kerutan di muka lo nambah!". Ledek Bintang tetap tenang.
"Udah Bin.." Bulan coba menengahi.
"Kita nggak tahu Cath, dimana Langit. Dia emang udah dua hari nggak masuk. Lagian lo aneh, ngapain nanyain Langit ke Bintang. Bukannya kata lo, Langit pacar lo?". Wajah Catherine memerah mendengar ucapan Bulan. Memang benar apa yang Bulan ucapkan, dirinya selalu mengaku sebagai kekasih Langit meskipun pemuda itu tak pernah mengiyakan.
"Lo pasti tau dimana Langit kan?". Catherine masih ngotot dan mendesak Bintang.
"Atas dasar apa lo bilang gue pasti tau dimana si biawak?". Bintang mulai jengah, biawak tak ada, kini berganti kucing garong didepannya.
"Kaga usah boong deh lo! Gue tau kalo elo pasti tau dimana Langit".
"Ni kucing emang sinting ya. Gimana ceritanya gue tau!! Noh tanya ama antek-anteknya". Bintang menarik tangan Bulan dan berlalu meninggalkan Catherine yang berteriak memanggil nama Bintang.
"Gila tu kucing. Pagi-pagi bikin orang naik darah aja". Sambil berjalan, mulut Bintang tak henti menggerutu.
"Udah Bin. Biarin aja.." Bulan berkata tenang sambil menepuk pelan lengan sahabatnya.
Keduanya masuk kedalam kelas, duduk bersebelahan seperti biasanya hingga bel berbunyi menandakan pelajaran akan segera dimulai.
Pelajaran pertama kelas Bintang hari ini adalah matematika yang diampu bu Wita, guru yang merangkap sebagai wali kelasnya.
"Selamat pagi.." Seluruh siswa menjawab kompak salam bu Wita.
Pelajaran berlangsung lancar seperti biasa, hingga saat jam pelajaran hampir berakhir, bu Wita memberikan sedikit pengumuman untuk muridnya.
"Kalian pasti sudah tahu kalau salah satu teman kalian sedang sakit dan dirawat dirumah sakit.."
"Masuk rumah sakit tu biawak?". Batin Bintang yang kembali mengingat bagaimana kondisi wajah Langit saat terakhir ia lihat.
"Seperti yang selalu kelas kita lakukan, hari ini sepulang sekolah, ibu minta perwakilan kelas untuk menjenguk Langit.."
"Iwan.." Ketua kelas yang merasa namanya dipanggil segera berdiri.
"Tolong koordinasikan teman-temannya ya, siapa yang akan ikut menjenguk Langit selepas pulang sekolah". Iwan mengangguk patuh
"Baik, cukup sekian dari ibu..terimaksih".
Bintang masih terlihat santai saat bu Wita keluar kelasnya. Namun wajah santainya berubah tegang saat Iwan menghampiri mejanya.
"Nanti lo sama Bulan ikut jenguk Langit. Ada Nindi sama Ardi juga nanti sama gue".
"Nggak pake nolak ya, Bintang". Sebelum Bintang membuka mulutnya, Iwan sudah lebih dulu memotong.
Roman mengacungkan jempolnya pada si ketua kelas. Rencananya membawa Bintang menjenguk Langit semakin mudah karena bantuan si ketua kelas.
"Tapi Wan..."
"Nggak pake tapi, Bin. Kita jenguk temen kita.!Biasanya juga nggak masalah kan?". Bahu Bintang merosot saat sadar tak lagi memiliki alasan untuk menolak perintah sang ketua kelas.
"Udah sih Bin, cuma jenguk aja. Pahala loh jenguk orang sakit sama doain.." Bintang mendengus mendengar ceramah Bulan.
Dan benar saja, sepulang sekolah siang itu, Bintang dan teman-temannya berangkat bersama menuju rumah sakit tempat Langit dirawat.
Bintang berjalan paling belakang, karena sejujurnya enggan menjenguk Langit. Tangannya kemudian ditarik oleh Bulan agar lebih cepat berjalan.
"Nggak usah cepet-cepet Bul. Dia juga nggak akan pindah ke pluto kali". Bulan mencebik, biasanya Bintang adalah orang yang paling aktif jika hendak menjenguk temannya yang terkena musibah atau sakit. Sangat berbeda dengan Bintang yang terlihat malas-malasan saat ini.
"Nggak boleh gitu ih. Dia juga temen kita". Bulan menasehati, namun sepertinya Bintang tetap sama saja enggan.
Roman dan Sam berjalan paling depan, diikuti si ketua kelas dan dua orang teman lainnya. Sementara Bintang dan Bulan berjalan paling belakang.
"Eh apaan nih.." Ucap Bintang saat tiba-tiba Nindi, temannya memberikan parcel buah pada dirinya.
"Gue kebelet Bin. Lo aja yang bawa ya.." Dan tanpa menunggu Bintang bersuara, gadis bernama Nindi itu sudah lebih dulu pergi setelah berpamitan pada teman yang lain.
"Nih lo bawa.." Bulan langsung menggeleng cepat saat Bintang menyodorkan parcel buah yang akan diberikan pada Langit.
"Bintang, Bulan! Ayo, pada ngapain disitu". Kedua gadis yang namanya baru disebutkan itu segera menoleh. Rupanya mereka sudah sampai didepan ruangan rawat Langit.
"Udah ayo.." Bulan mendorong punggung Bintang yang terlihat semakin enggan untuk masuk. Apalagi dengan parcel yang ada ditangannya.
Senyum Langit mengembang sempurna saat melihat Bintang masuk kedalam ruang rawatnya. Ia menatap Roman yang tersenyum sambil mengangkat sebelah alisnya, sombong.
Wajah Bintang sangat berbanding terbalik dengan Langit yang cerah. Sementara Bulan menggeleng melihat Bintang yang menekuk wajahnya.
"Nih.." Bintang meletakkan parcel buah diatas lemari kecil yang ada disamping brangkar Langit.
"Makasih pacar.." Bintang langsung mendelik tak suka mendengar ucapan Langit.
"Gimana ceritanya Lang, bisa sampe dirawat?". Iwan mendekat dan bertanya pada Langit sebelum kedua temannya berdebat.
"Kecelakaan.." Sahut Langit dengan tersenyum. Membuat Bintang mendengus saat mendengar jawaban Langit.
Iwan hanya mengangguk, kemudian keduanya terlibat obrolan ringan. Teman-teman Langit mulai pamit satu persatu, dan Bintang tentu saja ikut pamit.
Namun kembali dirinya harus menerima kenyataan kalau saat ini dirinya tengah menunggui Langit seorang diri diruangan itu.
"Awas lo Bul. Nggak setia kawan banget lo ninggalin gue". Batin Bintang kesal. Bagaimana tidak, saat semua temannya pamit, Sam dan Roman meminta bantuannya untuk menjaga Langit sementara kedua antek-antek Langit itu makan.
"Kenapa gue sih. Padahal tadi ada si Iwan ama Ardi". Gumam Bintang menggerutu, dan bodohnya dirinya. Mengapa Bintang tak menolak saja tadi?
Dan lebih parahnya, Bulan seolah bersekongkol dengan Sam dan Roman untuk meninggalkannya berdua dengan Langit.
Bintang duduk di sofa yang cukup jauh dari ranjang Langit. Ia menyibukkan diri dengan ponselnya karena sadar jika sejak tadi Langit terus menatap dirinya.
"Bin.."
Bintang tak bergeming, jika ia menyahut, ia yakin hanya akan ada perdebatan diantara mereka.
Dengan ekor matanya, Bintang bisa melihat jika ada pergerakan diatas ranjang. Namun ia masih tak perduli dan terus menatap layar ponselnya.
Bintang berjingkat, bahkan ponselnya sampai terjatuh saat tiba-tiba ada seseorang yang duduk tepat disampingnya.
Bintang menoleh cepat, dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah tampan Langit yang masih ada beberapa bagian yang lebam.
"Ng-ngapain lo disini? Sono balik ke tempat tidur". Usir Bintang pada Langit yang justru menatapnya intens.
Dan Bintang baru menyadari jika ternyata tak ada jarum infus yang menempel pada tangan lelaki itu. Hanya ada perban kecil yang menempel pada punggung tangan lelaki itu. Mungkin bekas infus, batin Bintang.
"Bin.." Alis Bintan berkerut, saat tiba-tiba Langit menggenggam tangannya. Berusaha ia lepaskan namun Langit menggenggamnya erat.
"Apasi! Lepasin deh". Langit tersenyum, dilihat dari jarak dekat seperti ini, Bintang terlihat lebih cantik dan menarik.
"Lepasin gue, biawak". Bintang terus berusaha melepaskan tangannya dari Langit. Namun Langit tak membiarkannya.
"Makasih.." Bintang berhenti memberontak saat ucapan terimakasih terlontar dari bibir lelaki menyebalkan itu.
"Makasih buat bantuan lo kemaren.." Bintang diam, dan Langit semakin melebarkan senyumnya.
"Kalo nggak ada elo, mungkin gue lebih parah dari ini". Ucapan Langit terdengar tulus.
"Makasih ya makasih aja! Kaga usah modus!!". Dengan sekali sentak, Bintang menghempas tangan Langit yang menggenggam tangannya, kemudian menoyor kepala Langit agar wajah lelaki itu menjauh dari depannya.
"Gue kira udah luluh. Ternyata tetep galak..Bintang..Bintang. Lo tuh cewek paling menarik tau nggak". Batin Langit yang hanya bisa tersenyum masam mendapat penolakan Bintang untuk yang kesekian kalinya.
...¥¥¥¥••••¥¥¥¥...
...Biawak..biawak..sa ae si biawak ambil kesempatan pegang-pegang neng Bintang. Kena toyor kan akhirnya😪...
...mana nih suaranya readers??? Masih adem ayem nunggu yang sebelahkah??🤔...
...Tak bosan ku mengingatkan..like komen sama vote nya sukur-sukur🤭😁...
...Lopelope sekebon readers😘😘 sarangheo banyakbanyak buat kalean semuaaah🥰😘😘💐💋...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
El aisya
seru ih ceritanya🤗
2024-03-08
0
Siti Nina
Keren banget ceritanya 👍👍👍
2024-03-06
0