Bintang dan Bulan tengah sibuk memilih sepatu yang akan mereka ambil sebagai hadiah dari bapak. Sementara bapak dan ibu menatap keduanya dari jarak yang cukup jauh.
Senyum terbit dari wajah yang mulai berkeriput itu. Melihat antusiasnya Bintang dan Bulan dengan hadiah yang sebenarnya tak seberapa itu.
"Bulan beruntung ya, bu. Bintang bukan dari kalangan biasa seperti kita. Tapi lihat, mendapat hadiah yang sebenarnya tak seberapa seperti ini saja dia bahagia sekali". Bapak menatap putri dan sahabat putrinya itu.
"Ya. Dia gadis yang sangat baik pak. Mereka
sudah seperti saudara". Mata kedua orang tua itu terus fokus pada Bulan dan Bintang yang masih asyik dengan dunianya.
Sementara tak jauh dari keduanya, ada tiga pemuda yang sejak tadi mengikuti mereka. Mulai dari resto hingga kini di toko sepatu.
"Kita ngapain sih disini, Lang?".
"Sssttt.." Roman mencebik saat Langit kembali memintanya diam. Entah sudah berapa kali ia bertanya, namun Langit tak kunjung menjawab.
Ya, mereka adalah Langit dan kedua sahabatnya. Selesai latihan basket, Langit mengajak kedua temannya untuk sekedar mengisi perut mereka yang terasa lapar setelah latihan. Tak disangka Langit melihat gadis incarannya tengah makan bersama Bulan dan dua orang tua yang tak Langit kenal.
"Samperin sono. Ngapain kaya maling gini sih". Gerutu Roman.
"Berisik sih ah". Sungut Langit membuat Roman mencebik.
Sementara Langit dan Roman berdebat, Sam justru sibuk melihat berbagai jenis sepatu yang terpajang rapi didepannya.
"Bin..ini bagus nggak?". Bintang segera menatap Bulan. Ia mengangguk cepat saat melihat sepatu yang dipegang Bulan.
"Mau kembaran nggak??". Kembali Bintang menganggukkan kepalanya cepat.
Mereka melihat harga yang tergantung disepatu itu. Lalu saling menatap ragu.
"Ambil saja sayang.." Kedua gadis itu menoleh saat mendengar suara bapak dibelakang mereka.
"Tapi pak.."
"Ini mahal.." Cicit Bulan dan Bintang.
"Kalian suka?". Ibu bersuara, dan dengan pelan kepala kedua gadis itu mengangguk.
"Mbak.." Bapak menaikkan tangannya memanggil pelayan toko agar mendekat.
"Saya minta yang model ini, dua ya". Bualn dan Bintang mengangkat kepalanya dan menatap bapak.
"Baik. Mohon ditunggu ya pak.." Dengan ramah pelayan melayani bapak dan kedua putrinya.
"Bapak kan sudah bilang. Ambil yang kalian mau. Kalau bapak tidak punya uangnya, bapak tidak akan mengajak kalian kesini". Kedua gadis itu menghambur memeluk bapak.
"Makasih bapak.." Ucap keduanya kompak. Bapak mengangguk sambil mengelus kepala keduanya.
Dengan antusias keduanya menunggu pelayan toko menyiapkan pesanan mereka. Keduanya duduk dengan tenang seperti anak kecil yang tengah menunggu mainannya.
"Lucu.." Gumam Langit yang masih belum beranjak dari tempatnya menguntit Bintang.
"Temen lo beneran edan". Bisik Roman pada Sam yang terkekeh pelan.
"Ada yang bisa saya bantu?". Langit berjengkit saat seorang pelayan tiba-tiba berdiri disampingnya.
Terlalu fokus dengan Bintang membuatnya tak sadar dengan lingkungan. Membuat Sam dan Roman tertawa geli melihat tingkah Langit.
"Saya mau yang ini, ukuran 42". Langit mengambil sepatu didepannya secara acak tanpa melihat modelnya dan memberikannya pada pelayan.
"Maaf kak.."
"Apalagi? Udah sana cariin". Mata Langit tak beralih sedikitpun dari Bintang.
"Tapi ini untuk perempuan". Langit langsung menoleh. Menatap tangan pelayan yang memegang sepatu yang baru saja ia serahkan.
"****!!!". Umpat Langit dalam hati saat menyadari kekonyolannya.
Ia melirik dua sahabatnya yang duduk tenang dibelakangnya. Terlihat jelas keduanya tertawa puas melihat kekonyolannya.
"Yang ini!!". Langit kembali menyambar sepasang sepatu dan kembali memberikannya pada pelayan. Kali ini dirinya tak salah lagi memilih karena ia sempatkan sesaat melihat model sepatunya.
"Baik, silahkan ditunggu". Selepas pelayan toko pergi, Langit kembali fokus pada gadis incarannya yang kini tengah berdiri didepan kaca. Mematut dirinya dengan sepasang sepatu baru berwarna abu muda yang terlihat cocok dikaki gadis itu.
Bapak bergegas menuju kasir untuk membayar apa yang dipilih kedua putrinya itu.
Langit ikut tersenyum sendiri hanya melihat Bintang tersenyum. Padahal Bintang tidak tersenyum untuknya, namun senyum Bintang menular pada dirinya.
"Bagus nggak bu? Pak?". Tanya Bulan pada kedua orang tuanya. Bapak yang baru saja kembali dari kasir mengangguk.
"Cantik". Puji ibu jujur. Sedangkan bapak mengacungkan jempolnya pada kedua gadis itu setelah mengangguk.
"Cih. Apa kalian mampu membelinya". Baik Bulan maupun Bintang langsung mencari asal suara yang merendahkan itu.
Pun dengan bapak dan ibu yang langsung menatap pada seorang wanita berpenampilan glamour dengan segala kemewahan dan perhiasan yang menempel ditubuhnya.
Bintang mengepalkan tangannya. Ia sangat mengenal siapa wanita yang mungkin seumuran ibu Bulan itu.
Dibelakang wanita itu ada seorang pemuda yang menatap Bulan sendu. Hanya mampu memandang tanpa mampu berbuat apapun.
"Siapa tuh?!". Gumam Langit yang melihat wajah yang tadi penuh senyuman itu kini berubah, terlihat memendam amarah.
Sam dan Roman yang tadi duduk, kini ikut bangkit dan berdiri disamping Langit. Mereka melihat wajah penuh ketegangan diwajah-wajah yang tadi begitu sumringah.
"Siapa tu?". Tanya Roman
"Ya mana gue tau". Sungut Langit membuat Roman mencebik.
"Kak Rehan.." Gumam Bulan lirih. Tatapan matanya berubah sendu saat menatap lelaki yang berdiri dibelakang wanita glamour itu.
"Apa kalian yakin mampu membayarnya? Atau perlu saya bayarkan?". Bintang semakin mengepalkan tangannya.
"Saya akan bayarkan". Wanita itu terus tersenyum meremehkan.
"Tidak perlu nyonya..kami masih mampu". Ucap bapak tenang.
"Sombong sekali. Orang rendahan seperti kalian saja bersikap angkuh". Bintang hendak maju, namun Bulan menahan lengannya.
"Dan kamu..!". Wanita itu menunjuk Bulan tepat diwajahnya hingga wajahnya pias.
"Jangan coba merayu putraku! Enyah dari kehidupannya karna kamu tidak pantas untuknya!". Bintang melirik sahabatnya, matanya sudah berkaca-kaca. Pun dengan ibu yang terlihat sudah meneteskan air matanya.
Sementara bapak terlihat mengetatkan rahang mendengar anak semata wayangnya dihina dan direndahkan. Ia merasa gagal, karena ketidak mampuannya, putri tersayangnya itu dipandang rendah orang lain.
Bintang menghempas tangan Bulan. Dengan pasti ia maju dan berdiri dihadapan Bulan sebagai perisai sahabatnya itu.
Tanpa sedikitpun rasa takut, ia menatap tajam wanita paruh baya yang baru saja menghina sahabat baiknya itu.
"Bin..." Lirih Bulan memegang tangan Bintang. Ia sangat tahu watak keras Bintang. Dan Bulan tidak mau Bintang terlibat masalah karena dirinya.
"Ya!! Dia memang tidak pantas untuk putra anda!". Senyum angkuh tersungging dari wanita yang kini berdiri didepan Bintang saat ini.
"Bukan karna putra anda seorang laki-laki yang pantas. Tapi Karna sahabat saya terlalu berharga untuk laki-laki pecundang seperti putra anda itu!". Mata wanita itu menyala penuh amarah saat mendengar ucapan Bintang yang sangat lantang itu.
"Kamu...!!!".
"Udah ma..malu dilihat banyak orang". Rehan coba menahan mamanya untuk tidak mempermalukan Bulan lebih jauh lagi.
"Diam kamu!!". Bentak si ibu yang kembali menatap nyalang pada Bintang yang masih terlihat santai.
"Dasar anak muda tidak tahu diri!!", Bentak wanita itu membuat Bintang tersenyum miring.
"Apa orang tua mu tidak mendidikmu? Sangat tidak memiliki etika dan sopan santun. Pantas saja kau bergaul dengan mereka. Sama-sama rendahan!",
"Cukup nyonya!!!". Akhirnya bapak bersuara. Penghinaan terhadap dirinya dan sang istri ia tak peduli, tapi putri dan sahabat baik putrinya? Jangan harap bapak akan diam.
"Atas dasar apa anda menghina kedua putriku ini?". Bapak menatap nyalang wanita itu. Tapi wanita itu tak gentar.
"Dia juga putrimu rupanya. Pantas, mereka sama-sama tidak berkelas!".
Ibu menahan bapak yang hendak menyahuti hinaan wanita itu. Ibu dari lelaki yang pernah dekat dengan putrinya, Bulan.
"Sudah pak. Malu dilihat orang.." Suara lembut ibu menyadarkan bapak. Ia melirik sekitar dan benar saja, mereka menjadi tontonan beberapa pengunjung ditoko itu.
"Ayo kita pulang saja pak, bu.." Ajak Bulan yang tidak ingin keributan semakin melebar.
"Ayo Bin..kita pulang". Bulan menarik tangan Bintang agar mengikutinya dan kedua orang tuanya yang sudah lebih dulu keluar.
"Dasar orang miskin tidak tahu diri!". Ucap si ibu cukup lantang hingga membuat Bintang yang sudah berjalan menjauh menghentikan langkahnya dan berbalik arah.
"Bintang.." Bulan segera menyusul Bintang yang kini sudah kembali berhadapan dengan ibu dari lelaki yang pernah ia cintai. Atau mungkin hingga kini.
"Dengarkan saya, nyonya. Jangan terlalu jumawa, apalagi hanya karena harta titipin Tuhan". Bintang berhenti sesaat untuk menghela nafasnya. Mencoba bersabar agar tidak sampai emosinya meledak.
"Tidak usah mengguruiku. Tau apa kamu orang miskin. Bahkan kau tidak pantas berbicara denganku". Hinaan itu membuat Bintang tersenyum miring. Akan ia ingat wajah wanita didepannya ini sampai kapanpun.
"Untuk apa saya menggurui anda. Anda sudah jelas lebih apapun dari saya. Hanya satu kekurangan anda...". Ibu Rehan tersenyum jumawa mendengar pengakuan Bintang. Namun senyumnya musnah ketika Bintang kembali membuka mulutnya.
"Anda tidak memiliki kelebihan apapun selain kesombongan anda ini". Selepas mengucapkan kalimat pedas itu. Bintang berbalik. menarik tangan Bulan dan berjalan meninggalkan wanita yang berteriak tak terima dan terus mengumpatnya.
"Keren.." Gumam Langit dan Roman bersamaan. Sedangkan Sam, hanya senyum samar yang ia tunjukkan melihat aksi berani Bintang.
...¥¥¥•••¥¥¥...
...Beneran crazy up sayang-sayangkuh😘😘🥰...
...Semoga syuka ya kalian semua sama pasangan baru kita ini. Kalo biasanya si cowo yang dingin kaya kulkas, sekarang dikasih cowo yang tengil dan menggemaskan☺️☺️ Nyampe rasanya pengen nampol jamaahan😂😂...
...jangan lupa semangat juga nampol likesama komennya. Sama kaya othor shalehah yang semangat 45 nulis ceritanya😂😂...
...Tunggu juga othor dapet ilham buat ngasih kalian semua bonus kisah mbak kuman sama mbak santen🤭🤭...
...Happy reading cintakuuu, sarangheo banyak banyak🥰😘😘💋💐💐dikrt...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Rita Riau
bulan dgn samudera
belum tau siapa Bintang,,,
berani menghina,,,
2024-03-06
0
Kusii Yaati
aku masih bersamamu Thor...👍
2023-05-20
1
abdan syakura
i love u too, kak Thor...
😍🥰🥰🥰🥰💪
2023-02-01
0