...PESUGIHAN MAYAT PERAWAN...
...Penulis : David Khanz...
...Bagian 12...
...------- o0o -------...
"Juragan Juanda …."
Uyat ikut menoleh sejenak ke arah Sarkim. "Kenapa dengan dia, Kim?"
Sarkim berpikir sesaat sebelum menjawab. "Kenapa dia gak ingin kejadian ini dilaporkan pada polisi? Apa dia gak ingin tahu juga siapa pelakunya, ditangkap, atau—"
"Ssttt, bukannya tadi dia sudah memberikan alasannya? Kamu juga dengar, 'kan?"
"Huh, itu cuma alasan dia saja, Pak," ujar Sarkim diiringi seringai kecutnya. "Saya yakin, dia mempunyai rencana lain."
Mbah Jarwo menoleh mendengar kedua laki-laki itu berbisik-bisik samar. "Heh, apa yang sedang kalian bicarakan?"
Sarkim dan Uyat terperanjat.
"Eh, enggak, Mbah," jawab Uyat setengah berbisik. "Kami cuma mengira-ngira kejadian ini." Kepala Kampung itu mendelik galak, lantas berujar, "Jangan bicara yang bukan-bukan, Uyat-Sarkim! Kita belum tahu duduk persoalan yang sebenarnya. Biarkan saja Juragan Juanda membereskan masalah ini dengan caranya sendiri. Ingat itu!"
"I-iya, M-mbah," jawab keduanya serempak.
Juragan Juanda menoleh sebentar, memperhatikan ketiganya dengan bias sorot mata tajam. Tidak ada kata-kata yang terucap dari bibir sosok tersebut. Lantas kembali memperhatikan para pekerjanya. Sudah hampir selesai menjelang pagi menyingsing.
...------- o0o -------...
Sementara itu di warung 'gosip' Bariah, sekumpulan ibu-ibu tengah berkerumun memilih belanjaan.
"Eh, Mpok Leha," ujar Bariah seraya merapikan dagangan pada salah seorang pelanggan di warungnya. "Tahu gak, itu si Mbak Lastri kemaren ngedadak punya duit banyak, lho."
"Lah, emang kenapa, Bu?" tanya sosok bernama Leha tadi sambil menyernyit heran. "Baguslah dia punya duit banyak. Jadi gak bakalan ngutang lagi, dong. Hi-hi."
"Mpok Leha nyindir saya?" Seseorang menimpali di sampingnya diiringi cibiran sebal bibir merah tidak rata.
Leha mengikik diikuti oleh Bariah dan dua ibu-ibu lainnya. "Ya, enggaklah, Tèh Iim," jawabnya usai tawanya reda. "Kita, 'kan, lagi ngomongin si Lastri. Bukan Tèh Iim. Ih, perasa banget, sih."
"Huh, kirain nyindir-nyindir saya," ucap Iim tersinggung. "Lagian saya, mah, kalo ngutang juga gak sampe berbulan-bulan, tuh, kayak si Lastri. Begitu salaki saya gajihan, langsung saya bayar. Iya, 'kan, Bu Bariah?"
"Iya … iya, Tèh Iim. Tenang aja kenapa, sih?" jawab Bariah sambil lirik-lirikan pada ketiga langganannya yang lain.
Ibu-ibu yang lain ikut bersuara, "Eh, terus masalah Mbak Lastri itu 'gimana, Bu? Emang dia punya duit dari mana, ya? Bukannya Mas Basri suaminya itu udah semingguan ini gak pulang-pulang?"
Bariah melihat-lihat sekeliling sebentar sebelum menjawab. "Justru itu, Mbak Welas-Mbak Yani," katanya pada dua pelanggan lainnya, "begitu lakinya si Mbak Lastri itu pulang, semua utang-utangnya dibayar lunas. Terus saya sempet lihat di dompetnya, masih ada banyak, lho, uangnya."
Yani menimpali sambil mencibir, "Yakin itu duit, Bu? Paling juga isinya KTP sama kertas utangan. Iya gak, Ibu-ibu? Hi-hi."
Welas pun ikut berkata, "Eh, tapi iso dadi iku memang beneran duit, lho, Mbak Yan. Ya, kalo ndak, mana mungkin Bu Bariah mau nerimo iku duite Mbak Las. Iyo ndak, Bu-ibu?"
Mereka mengamini ucapan Welas diiringi anggukan.
Bariah kembali mengompori, "Iya, sih, emang duit beneran, kok. Tapi saya jadi heran saja, kira-kira Mas Basri itu kerjanya apa, ya? Seminggu ngilang, kok, bisa punya duit sebanyak itu? Biasanya juga kalo bayar utang sama saya, paling setengahnya doang. Abis ntuh kasbon lagi."
"Masa, sih, Bu?" tanya Leha penasaran diikuti lirikan ibu-ibu yang lain.
"Iya, beneran, Mpok," jawab kembali Bariah. "Terus, pas saya tanyain kemaren sama si Mbak Las tentang kerjaannya Mas Basri, dia jawab enggak tahu. Aneh, 'kan? Masa, sih, ada bini sampe gak tahu kerjaan lakinya? Kayak lagi nutup-nutupin 'gitulah kalo saya perhatiin kemaren itu, Bu-ibu."
Keempat pelanggan warung Bariah serentak saling berpandangan.
"Jangan-jangan …." Mata Yani membulat besar. Disambar tanya oleh Leha penasaran, "Jangan-jangan kenapa, Mbak?"
Yani melambaikan tangan menyuruh ketiga ibu-ibu lain mendekat, diikuti Bariah seraya menyorongkan badan di antara tatanan dagangan ke depan kerumunan, lantas menjawab berbisik, "Mas Basri itu jadi begal motor, Bu-ibu."
"Tahu dari mana, Mbak?" tanya Welas sambil menahan napas begitu napas mulut Yani mengembus ke lubang hidungnya.
Jawab Yani kembali, "Bisa jadi, 'kan? Coba saja pikir, deh, kerjaan apa yang bisa dapetin duit banyak cuma dalam waktu seminggu. Kecuali … ya, itu tadi. Ngerampok, ngebegal, atau juga …."
"Apalagi?" Bariah tambah penasaran.
"Jadi laki piaraan tante-tante kaya," imbuh Yani disambut cibiran keempat rekan-rekan gibahannya. "Ya, buat menuhin nafsu ranjang orang-orang kaya yang kesepian begitulah, Ibu-ibu."
Leha membalas, "Kalo yang terakhir itu, sih, kayaknya gak mungkin, deh, Mbak. Orang si Basri itu gak cakep. Mana item, kerempeng, jelek, miskin lagi. Hhmmm, mana ada, sih, tante-tante kaya yang mau sama dia. Saya aja kadang suka enek ngelihatnya."
"Eehhh, tapi ojo kleru, lho, Mpok Leha," ucap Welas menyangkal. "Ono, toh, perempuan-perempuan kaya raya di sana yang ndak mandang fisik wong lanang. Sing penting, 'teronge' yang besar, panjang, dan kuat di ranjang. Hi-hi."
"Bener pisan èta téh, Mbak Welas," tandas Iim sambil cekikikan. "Kasèp juga buat naon kalo loyo, mah. Baru aja nyelup sekali, langsung ngabura. Hi-hi."
"Ngabura iku opo toh, Tèh Iim?"
Iim tertawa-tawa sebelum menjawab, "Ngabura itu … keluar cairan sesuatu, Mbak Welas. Siga pancuran kental 'gitulah. Hi-hi."
"Ih, Tèh Iim jorseu! Hi-hi!" balas Bariah dengan wajah mendadak merona. Maklum sudah beberapa tahun 'menganggur' semenjak ditinggal suaminya meninggal dunia. "Eh, kalo emang bener si Basri itu begal motor, saya gak jadi, deh, nyuruh si Supri buat ikut kerja ama dia. Nanti malah jadi gak bener anak saya. Apalagi kata si Mbak Las, suaminya itu punya bisnis sama temennya. Coba pikir, bisnisnya dia gak tahu apa. Gaje banget, 'kan? Ih!"
Ujar Leha turut menduga-duga, "Bisa jadi juga si Basri itu ngepet, Bu."
"Ngepet? Jadi babi jejadian 'gitu, Mpok?"
"Ho'oh semacam itulah, Bu," jawab Leha. "Si Basri yang jadi babinya, terus temennya itu bagian jagain lilinnya. 'Ngkali aja bisnis mereka itu kayak begituanlah."
"Ih, serem!" seru ibu-ibu itu.
Percakapan tiba-tiba berhenti, begitu dari kejauhan terlihat Lastri sedang berjalan ke arah warung.
"Sssttt, ada Mbak Lastri datang," bisik Bariah.
"Wah, gawat!" ujar Leha terkejut. "Inget, ya, jangan sampai dia tersinggung atau nanti kita bakal jadi tumbal babi ngepetnya."
"Iya. Makanya jangan sampai bikin dia curiga sama kita-kita."
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Ganuwa Gunawan
ampun dah aah..pada ngegosip bae
2023-01-12
0
Yurnita Yurnita
ini mah kampung ghibah thor
2022-11-22
1
Ai Emy Ningrum
mpok Leha klo ngomong 🤭 emang paling bnr dah...ente kadang2 ente...😬
2022-10-22
3