...PESUGIHAN MAYAT PERAWAN...
...Penulis : David Khanz...
...Bagian 4...
...------- o0o -------...
"Hhooaaakkk!" Basri menahan entakkan mual yang kembali menghantam dada, akibat bau busuk dari tali tersebut. Syukurlah kali ini tidak lagi disertai muntahan hebat seperti sebelumnya. Mungkin karena isi lambung laki-laki itu sudah terkuras kosong melompong. Maka secepat itu pula, langkah kakinya diayun laksana putaran angin ****** beliung.
Entahlah, disepanjang langkah, bayangan-bayangan aneh hampir selalu dia lihat seperti mengikuti. Berwujud aneh dan aromanya pun mirip dengan bau utas yang tengah digigit. Berusaha menghalangi menakut-nakuti. Bahkan di antaranya sengaja menutup jalan yang akan dilalui.
Basri tidak mau memedulikannya. Dia terpaksa memutar haluan. Menghindar dan memilih arah lain, walaupun dirasa pelarian dia kali ini bertambah jauh dari tujuan.
Tok! Tok! Tok!
"Ki, buka pintu! Ini aku, Basri, datang!" teriak Basri terhuyung-huyung begitu tiba di depan pintu sebuah gubuk tua dan nyaris gelap di sepenjuru tempat.
Tidak berapa lama pintu terkuak. Sesosok tua berjanggut putih panjang muncul dari dalam. Mengenakan ikat kepala berwarna hitam untuk menahan gerai rambutnya yang awut-awutan. Dia menatap Basri beberapa saat, kemudian terkekeh-kekeh sendiri di balik keremangan cahaya kecil di belakang, serta kepulan asap putih berbau khas pedupaan.
"Hooeeekkk!"
"Akhirnya kaukembali juga, Anak Muda. Hik-hik," kata sosok yang tidak lain adalah dukun terkenal setempat bernama Ki Jarok. "Aku sudah menunggumu dari … eh, apa yang terjadi padamu?" Dia segera menahan gerak tubuh Basri yang hendak terjatuh. Lantas secepat kilat menyambar tali yang tergigit sebelum laki-laki itu benar-benar terhempas ke tanah. 'Sialan! Dia jatuh pingsan di sini! Aarrghh, menambah kerjaanku saja kau, Anak Muda!' gerutu Ki Jarok sambil menarik masuk ke dalam.
Perlahan-lahan dia menempatkan tubuh Basri di atas sebuah dipan bambu beralaskan tikar daun pandan. Meneliti sejenak pakaian kotor yang dikenakan laki-laki tersebut, lantas dengan senyum tersungging menakutkan, Ki Jarok bergumam, 'Baguslah, ada baiknya dia tidak mengetahui apa yang akan kulakukan selanjutnya pada dia. Hik-hik.'
Kemudian perlahan-lahan sosok tua itu mulai menanggalkan seluruh pakaian Basri.
"Hik-hik."
...------- o0o -------...
Dua hari pada keesokan petangnya, Basri baru kembali pulang ke rumah, disambut Lastri istrinya sambil terisak-isak berkata, "Ke mana saja kamu selama seminggu ini, Pak? Aku mencari-carimu sampai ke rumah orang tuamu. Tapi Abah sama Ambu pun tidak tahu keberadaan kamu. Anak-anak juga, mereka terus-terusan pada nanyain kapan Bapak pulang."
Basri memeluk istrinya seraya tersenyum-senyum penuh makna. "Maafin aku, Bu. Aku—"
"Enak banget kamu pulang-pulang minta maaf sambil senyum-senyum begitu," tukas Lastri marah dan berusaha melepas dekapan suaminya. "Kamu gak tahu bagaimana aku repotnya ngurus anak-anak selama beberapa hari lalu tanpa ada kabar sedikit pun darimu. Apa, sih, yang kamu lakuin, Pak?"
"Iya, aku tahu aku salah, Bu," balas Basri tetap tenang. "Aku pergi juga buat kalian, kok. Habis nyari kerjaan."
"Tapi seenggaknya ngomong dulu atau apa, kek, Pak. Ini pergi maen pergi aja tanpa pamit segala. Aku juga jadi mikir yang enggak-enggak, 'kan?" Walaupun sempat dilanda amarah, tapi kepulangan suaminya tersebut, sedikit mampu membuat perempuan itu lebih tenang. Lastri hanya ingin melampiaskan sesaat kekesalannya belaka.
Kembali Basri memeluk istrinya lebih erat, lantas berucap, "Iya, Bu. Maafin aku, ya? Pokoknya mulai sekarang, kamu tenang saja. Aku sudah dapet kerjaan, kok. Sedikit demi sedikit, kehidupan kita nanti akan berubah. Aku janji."
Beberapa saat mereka saling berpelukan. Sekadar meluluhkan emosi yang tengah melanda perempuan tersebut. Sampai akhirnya usai melepaskan diri, Lastri menatap suaminya dalam-dalam. "Memangnya kamu dapet kerjaan apa, Pak?" tanyanya kemudian. Basri hanya tersenyum. Jawab laki-laki tersebut seraya mengalihkan pandangan, "Adalah, Bu. Bisnis kecil-kecilan sama seorang temen."
Lastri mengerutkan kening. "Siapa?"
Jawab kembali Basri tanpa melihat istrinya, "Temen jauh, Bu. Pasti kamu gak bakal kenal, kok."
"Iya, Pak. Tapi siapa temenmu itu?" Jiwa penasaran Lastri masih mengetuk-ngetuk hatinya. "Mungkin suatu saat aku akan bertemu atau mengenal dia. Apalagi temen bisnismu sendiri, 'kan? Siapa dia dan kerjaannya apa?"
Setelah berpikir beberapa saat, Basri menjawab, "Jarok. Namanya Jarok."
"Jarok?" Lastri berusaha mengingat-ingat. Sepanjang usia pernikahannya dengan Basri, tidak sekalipun dia pernah mendengar nama tersebut.
"Iya. Jarok. Kamu pasti gak kenal dia, 'kan?" Basri memutar tubuhnya dan tersenyum mengejek Lastri. "Kawan lama yang baru saja ketemu dua minggu lalu, terus ngobrol-ngobrol, akhirnya aku diajak kerja bareng sama dia. Begitu ceritanya, Bu." Laki-laki itu berbohong. "Aku gak bisa ngabarin kamu dan anak-anak, soalnya ngedadak diajak sama dia ke tempat bisnisnya itu. Tahu sendiri, 'kan, kalo kita gak punya hape sama sekali."
Alis Lastri semakin terangkat naik. Sebenarnya ingin bertanya lebih jauh tentang pekerjaan yang dimaksud suaminya, tapi untuk sementara dia memilih untuk diam terlebih dahulu. Apalagi memperhatikan raut wajah Basri tampak suntuk kelelahan.
Tiba-tiba lelaki itu mengeluarkan sejumlah uang dari kantongnya, lantas diberikan pada Lastri. "Ini untukmu, Bu," kata Basri sebelum beranjak ke kamar tidur untuk beristirahat. "Hasil aku pergi seminggu kemarin."
Lastri memperhatikan lembaran merah yang ada di tangannya. Seakan masih belum percaya, karena selama ini belum pernah memegang uang sebanyak itu. "I-ini uang dari mana, Pak? B-banyak banget," ujar perempuan tersebut terbata-bata.
Basri tersenyum kecut.
"Sudahlah, Bu, gak usah banyak tanya," jawab suaminya. "Sudah kubilang, 'kan, itu hasil bisnisku sama Jarok. Dia ngasih aku pinjeman buat jaga-jaga di rumah."
"Jaga-jaga?"
"Maksudku, buat keperluan sehari-hari di rumah," jawab kembali Basri. "Nanti aku cicil tiap bulan kalo udah beneran kerja."
"Serius, Pak? Kerjamu bukan bisnis yang bukan-bukan, 'kan?" Lastri menyelidik. Laki-laki mendengkus, lantas membalas, "Ya, enggaklah, Bu. Sudah, ya, aku mau istirahat dulu. Capek, nih."
Demi menghindari pertanyaan demi pertanyaan istrinya, Basri bergegas masuk ke kamar. Rasa lelah setelah beberapa hari berada di luar rumah, sungguh membuatnya ingin segera beristirahat untuk beberapa jam ke depan. "Eh, anak-anak ke mana?" tanya suami Lastri itu di ambang pintu kamar.
"Mereka nginep di rumah nenek mereka, Pak?" jawab Lastri.
"Nginep?"
Perempuan itu mengangguk pelan, lalu menjawab lirih, "Ya, Pak. Beberapa hari selama ditinggal kamu, di rumah gak ada yang bisa dimakan, Pak. Terpaksa anak-anak aku ungsikan ke rumah orang tuamu."
"Ya, Tuhan!" desah Basri sedih. "Ya, sudah. Besok siang kita jemput anak-anak di sana."
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Ganuwa Gunawan
jng d perkaos Ki ..s Basri nya
mass pedang lawan pedang
2023-01-12
0
⍣⃝ꉣꉣAndini Andana
naah looh.. mo di apain si Basri, Ki?!
2022-10-22
4
Anksu Namum
aku penasaran si basri di apain ya sama mbah jarok🙈
2022-10-21
1