...PESUGIHAN MAYAT PERAWAN...
...Penulis : David Khanz...
...Bagian 3...
...------- o0o -------...
'Mengenaskan sekali jalan hidupmu, Kesih,' gumam Basri sembari menatap jasad perawan tersebut. Kemudian sebelum laki-laki itu menuntaskan tugas, terlebih dahulu merapal kembali beberapa bait kalimat khusus. Semacam mantra pemberian dari Ki Jarok. Setelahnya, perlahan-lahan sambil menahan napas, Basri membungkuk ke dalam ceruk makam Kesih. Mendekatkan kepala ke arah leher mayat dengan debar dada kian menggemuruh. Ragu tapi berkeras hati sudah kepalang basah. Kalaupun bakal menghadapi kejadian tidak terduga, biarlah. Mungkin resiko fatal terakhir adalah nyawanya sendiri.
Krek!
Gigi Basri berhasil menggigit utas tali pengikat kain kafan di bagian leher. Tinggal menarik sekali dengan cepat, ritual pun usai. Naik kembali ke atas, lalu pergi menemui Ki Jarok sebelum ada yang memergokinya nanti. Namun gerakan mundur kepala laki-laki itu tertahan. Gigitannya hampir saja terlepas, akan tetapi tali pengikat mayat itu malah makin sulit ditarik. Ada apa gerangan?
"Eemmpphhh!" Basri masih berusaha menahan napas sambil menarik-narik tali tersebut. Tetap saja bergeming. Sementara dadanya kian menyesak sakit.
"Hah! Astagaaa!" seru laki-laki itu terkejut luar biasa. Tarikan giginya malah turut membalikkan badan Sukaesih hingga jatuh telentang. Spontan dia melepas utas mayat tersebut seraya beringsut menjauh.
"Aaahhh!" Tidak sadar Basri berteriak dengan raut wajah memucat pasi.
Di terangi cahaya remang lentera, terlihat samar wajah Kesih yang tertutupi kapas putih. Sebagian sudah terlepas hingga tampak sekali bagaimana kondisi mayat tersebut kini. Membengkak putih pasi, dengan bola mata menonjol seperti hendak mencelat jauh dari dalam rongganya. Tidak lagi berwarna hitam atau coklat sebagaimana umumnya mata manusia hidup, melainkan memudar senada dengan corak keseluruhan bulatan tersebut. Sementara di bagian seputar pipi tampak menggelembung besar seperti bersiap-siap pecah masai. Mengerikan sekali. Jauh berbeda dengan kejelitaan yang tersiar semasa hidupnya.
"Hooeekkk!"
Kembali Basri mengalami mual-mual hebat saat terlupa mengambil sisa napas akibat dera sesak tiada terkira. Disusul seisi kepalanya terasa seakan-akan hendak meledak dahsyat.
'Busuk sekali dia!' rutuk laki-laki tersebut seraya memegangi perut dan lehernya.
Sekarang bagaimana? Mayat itu sudah terlanjur berubah posisi. Menghadap ke atas. Ingin rasanya Basri menyelesaikan pekerjaan dia itu dengan menarik sisa tali pengikat kain kafan di leher mayat tersebut dengan tangan. Namun dia ingat pesan Ki Jarok yang mengatakan harus mengambilnya dengan gigi dan dia akan tahu jika berlaku curang. 'Bisa saja kubohongi dukun sialan itu, tapi percuma kalau pekerjaanku malam ini malah akan berakhir sia-sia. Huh, jahanam!' Laki-laki kerempeng itu tidak berhenti menggerutu.
Masih dengan gemetar hebat akibat menahan rasa takut, perlahan-lahan Basri kembali maju dibantu penerangan lentera mendekati leher jasad Kesih yang mulai membusuk. Dia pejamkan mata serta menahan napas sekuat tenaga, mencari-cari ujung tali mayat yang lembab bercampur aroma bangkai dengan mulut. Benar-benar itu sebuah siksaan yang tiada tara. Melawan ketakutan dan bayangan mengerikan perihal jasad tersebut, dengan keinginannya untuk segera menuntaskan ritual ini malam itu juga.
"Jangan, Kang …."
"Astaga!" seru Basri terkejut seraya mencelat kembali ke belakang. Napasnya kian memburu, bersimbah keringat dingin, dan wajah kian memucat laksana tak berdarah. Lentera di tangan pun tidak sadar dia lempar ke sudut kuburan. Pecah berantakan menyulut sisa sumbu yang masih panjang dan basah oleh minyak tanah, lantas menyulut api lebih besar menerangi ceruk kuburan. Kobaran api segera membubung tinggi hingga permukaan makam. "M-mayat i-tu b-berbicara," desis Basri tergagap-gagap sambil menatap golek jasad tersebut beberapa saat. Namun kemudian tersadar, posisi jenazah Kesih masih seperti tadi. Diam tak bergerak sedikit pun. ' … atau itu cuma halusinasiku saja? Ya, Tuhan!' Dia menelan ludah beberapa kali. Mendadak kering hingga tiada setetes pun mengaliri tenggorokannya yang turut kerontang.
'Gawat! Nyala api ini bisa menimbulkan kecurigaan warga setempat,' membatin Basri begitu melirik kobaran sumbu lentera di sudut kuburan. 'Aku harus cepat-cepat menarik lepas tali mayat sialan itu sesegera mungkin. Apapun yang terjadi, ini memang harus dituntaskan.'
"Aahhh, peduli setan dengan semua itu!"
Laki-laki itu kembali mendekati titik sasaran secara membabi buta. Dia nekat mengakhiri ritual tersebut dengan membuang jauh-jauh rasa takut yang menghantui tadi. Sekuat tenaga menggigit ujung tali kain kafan dan menarik kuat-kuat hingga posisi kepala mayat Kesih ikut bergeser.
"Jangan, Kang. Aku mohon …."
Suara itu kembali terdengar. Membisiki gendang telinga Basri yang tengah kesetanan.
"Enyah kau mayat jahanam! Biarkan aku mengambil sedikit saja milikmu yang tidak berguna bagimu ini!" ujar Basri menggeram marah. "Biarkan aku mewujudkan impian hidupku menjadi orang kaya raya! Lepaskan!"
"Jangan, Kang."
"Lepaskan!" teriak laki-laki tersebut murka di antara gigitannya, lantas segera melayangkan tinju keras-keras menghantam batok kepala mayat Kesih.
Krak!
Terdengar patahan tulang berderak begitu kepalan tangan Basri mengenai sasaran. Seketika kepala mayat itu pun berubah miring dengan sisa kapas terlepas memperlihatkan sosok aslinya kini.
"Haram jadah!" teriak Basri terengah-engah usai berhasil menarik lepas tali mayat tersebut, lantas berdiri angkuh serta menambah hantamannya dengan ayunan kaki ke bagian yang sama seperti tadi.
Krek!
Kali ini kepala mayat Kesih benar-benar dibuat tidak menentu. Wajahnya nyaris menelungkup, mencium dasar ceruk kuburan, sementara bagian dada ke bawah tetap menghadap ke atas.
"Rasakan! Itu akibatnya kalau melawanku, Mayat sialan! He-he," ujar Basri diiringi kekehannya yang memuakkan. Seakan merasa senang kini, karena sudah berhasil memiliki benda persyaratan yang dipinta Ki Jarok.
Tanpa membuang lebih waktu lama, laki-laki kerempeng itu pun segera menaiki permukaan makam. Berlari sekencang-kencangnya meninggalkan kuburan Kesih yang porak-peranda. Sementara nyala api masih mengalun dari bawah disertai kepulan asap hitam membubung tinggi.
Basri tahu, sangat riskan sekali jika menggunakan jalanan umum seperti biasa. Khawatir bertemu warga setempat yang tengah meronda. Maka dia pun mengambil jalan pintas. Menyusuri area kebun dan pematang sawah dalam kondisi gelap gulita. Tidak sekali, laki-laki ini terjerembap meniduri tanah licin dan becek hingga pakaian yang dikenakan pun nyaris tidak berupa. Satu hal baginya adalah menjaga agar tali kain kafan itu jangan sampai terlepas dari gigitan. Sebisa mungkin harus diberikan kepada Ki Jarok langsung melalui mulutnya.
"Hhooaaakkk!" Basri menahan entakkan mual yang kembali menghantam dada, akibat bau busuk dari tali tersebut. Syukurlah kali ini tidak lagi disertai muntahan hebat seperti sebelumnya. Mungkin karena isi lambung laki-laki itu sudah terkuras kosong melompong. Maka secepat itu pula, langkah kakinya diayun laksana putaran angin ****** beliung.
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Siti Arbainah
berasa ikut msuk ke dlm lobang kuburnya😅
2023-02-27
0
Ummy Ima
ikut mual2 tp penasaran thorrr
2022-12-21
0
Yurnita Yurnita
aduh Thor jadi takut
2022-11-22
1