...PESUGIHAN MAYAT PERAWAN...
...Penulis : David Khanz...
...Bagian 2...
...------- o0o -------...
Suara lirih lolongan anjing tiba-tiba bergema memecah kesunyian malam. Mengalun panjang dari kejauhan, seperti hendak meruntuhkan nyali seketika. Basri sempat tersurut dilanda kejut dan memaki, "Bedebah laknat! Hampir saja jantungku rontok!" Dia mengusap-usap dada sejenak. 'Tak bisakah makhluk jahanam itu diam dulu sampai aku beres dan pergi dari sini? Keparat! Bisa-bisa warga sekitar sana terbangun dan memergokiku! Anjing!'
Basri mulai berjongkok lagi. Mengambil pemantik api dari saku celananya yang kotor berlumpur. Lalu menyalakan lampu lentera itu untuk membantu menerangi kondisi gelap di dasar liang makam. Lumayan sedikit terang walaupun remang-remang. Setidaknya kini sudah mampu melihat jajaran dinding bambu tadi. Tinggal menggali lagi, lantas menarik satu persatu bekas penahan timbunan atas tanah tersebut.
Beberapa kali Basri menghentikan penggalian. Samar-samar dia mendengar suara-suara aneh. Sekilas seperti sebuah rintihan kecil meremangkan bulu tengkuk. 'Ah, mungkin suara lolongan anjing keparat itu,' katanya membatin. Berusaha untuk tetap tenang walaupun rasa takut itu masih tersisa besar.
' … atau mungkin juga suara tadi itu rintihan dari sosok di balik ….' Laki-laki itu melirik pelan-pelan pada jajaran bambu di sampingnya. Otak manusia ini mulai membayangkan hal-hal aneh. Tangan menjulur ke luar, mata mayat terbuka, atau bisa saja malah sudah berwujud utuh berdiri di belakang. "Ah, setan! Tidak ada siapa-siapa di sini," gumam Basri begitu usai memutar kepala. "Hhmmm, bagaimana mungkin orang mati bisa hidup lagi. Mustahil. Uuhhh!" Dia menepuk tengkuk spontan. Tiba-tiba saja merasa seperti ada hawa dingin mengusap lembut bagian belakang lehernya tersebut. "S-siapa?" Kosong. Basri mengangkat lentera sedikit ke atas permukaan liang makam. Tetap tidak ada siapapun.
Laki-laki itu segera melanjutkan pekerjaannya. Sampai kemudian berdiri meluruskan pinggang, lantas menatap deretan bambu-bambu penahan tersebut dengan saksama. Tinggal mengangkatnya satu per satu.
Jantung Basri berdetak kencang kembali. Rasa takut yang sejak tadi ditahan kini mulai menggila. 'Sial! Mengapa harus dengan cara seperti ini, sih? Aku ….' Tidak ada pilihan lain. Waktu semakin menyempit. Mau tidak mau laki-laki itu harus mengenyampingkan bayangan seram akan sosok di dalam sana. Kalau tidak, sia-sialah apa yang dia lakukan sejak tadi.
Sambil menenteng lampu lentera, perlahan-lahan Basri menarik gemetar satu persatu batang bambu-bambu tersebut. Begitu terkuak, aroma busuk pun mulai menyengat.
"Huueekkk!"
Seketika Basri mundur menjauh seraya menutup hidung. Rasa mual pun langsung mengentak-entak seisi lambung, disertai kepala pusing dan sesak napas.
"Huueekkk!"
Kali ini laki-laki tersebut benar-benar memuntahkan makanan yang dia santap tadi petang. Telinga pun ikut berdenging hebat menusuk-nusuk seisi kepala.
"Sial! Cuih! Busuk sekali mayat perawan ini!" gerutu Basri usai menumpahkan muntahan terakhirnya. Dia sampai meludah beberapa kali, seraya membuang sisa-sisa isi lambung yang menyelip di antara gigi.
Kali ini, sebelum melanjutkan ritual terakhirnya, Basri menengadah dan menarik napas banyak-banyak. Kemudian tanpa menunggu lama segera mencabuti semua batang bambu-bambu itu hingga habis. Rehat sejenak untuk membuang napas, menghirup panjang, menahan, lalu kembali berjongkok memeriksa kondisi mayat Kesih dibantu cahaya lentera.
Sosok mati itu tergolek kaku dalam posisi menyamping ke arah dinding tanah. Diganjal bulatan besar tanah sebagai pengganjal untuk menahan jasadnya agar tidak terbalik telentang. Tidak jelas bagaimana kondisi wajah mayat perawan itu. Basri tidak terlalu ingin melihatnya lebih lama. Namun saat dicoba disentuh, terasa seperti meraba onggokan daging bengkak dan gampang sekali ditarik lepas.
"Astagaaa!" seru Basri kaget dan langsung menarik kembali tangannya menjauh. Dia segera bangkit untuk membuang napas, menghirup kembali, lantas berjongkok lebih dekat. 'Tali pengikat di bagian leher itu yang dipinta Ki Jarok,' gumamnya dengan perasaan takut luar biasa. Ada rasa ragu untuk mengambilnya. Mengerikan sekali jika tiba-tiba saja mayat itu berbalik badan, menatapnya geram, kemudian bangkit untuk ….
"Tarik dan ambil tali mayat itu di bagian lehernya dengan gigimu," titah Ki Jarok memberi perintah. Basri terkejut bukan kepalang. Tanya laki-laki kerempeng itu kemudian, "D-dengan gigi saya, Ki?"
"Ya, dengan gigimu!" jawab tetua itu tegas. "Kenapa? Kaukeberatan, Anak Muda?"
Balas Basri ketakutan, "B-bukan i-itu m-maksud saya, Ki, tapi … apakah tak ada cara lain? Misalnya dengan kedua tang—"
"Tidak!" tukas Ki Jarok keras menggetarkan. " … dan jangan coba-coba menipuku, Basri! Aku pasti tahu!"
"I-iya, Ki. Maaf," ujar laki-laki itu tertunduk layu. Mata tua dukun tersebut seperti menyala-nyala setiap kali menyentak. Mengerikan. "Saya akan lakukan sesuai dengan apa yang telah Aki perintahkan."
"Hik-hik! Bagus … bagus sekali, Anak Muda."
Manusia gila, pikir Basri, sebentar marah-marah, sebentar kemudian terkekeh-kekeh.
Tutur Ki Jarok kembali menjelaskan tentang sosok Kesih, " … saya dengar, Kesih itu masih perawan. He-he. Lebih bagusnya lagi, dia mati dengan cara tidak wajar. Bunuh diri, kalau tak salah saya dapatkan kabarnya."
Sukaesih nama lengkap gadis tersebut. Seorang kembang Kampung Sirnagalih yang terkenal akan kecantikannya hingga ke beberapa kedusunan di seberang. Anak semata wayang seorang juragan tanah kaya raya di daerah tersebut, bernama Juanda Wiratadiredja. Kesih yang memiliki paras jelita warisan dari Sumirah ibunya, tersiar kabar hendak dijodohkan dengan seorang pemuda hartawan, anak dari kepala desa sebelah. Gadis itu menolak karena perangai calon suaminya seorang yang hobi mabuk-mabukan dan suka main perempuan.
"Sukaesih memilih mati, sehari jelang pernikahan mereka," imbuh Ki Jarok sembari memejamkan mata, seperti tengah menerawang saat-saat kejadian nahas tersebut. "Dia menggantung diri di kamarnya," kata tetua itu menutup cerita.
Basri mengingat betul pesan-pesan yang disampaikan oleh dukun tua itu. " … kebetulan kaudatang di waktu yang tepat, Anak Muda. Memintaku untuk mewujudkan impian hidupmu yang fakir. Ada gunanya juga kematian tragis perawan yang malang itu. Hik-hik hik-hik."
Berguna? Tentu saja. Basri lelah terkurung dalam kehidupannya yang morat-marit. Sementara nasib Sukaesih justru tidak seberuntung kecantikan paras yang dia miliki.
'Mengenaskan sekali jalan hidupmu, Kesih,' gumam Basri sembari menatap jasad perawan tersebut. Kemudian sebelum laki-laki itu menuntaskan tugas, terlebih dahulu merapal kembali beberapa bait kalimat khusus. Semacam mantra pemberian dari Ki Jarok. Setelahnya, perlahan-lahan sambil menahan napas, Basri membungkuk ke dalam ceruk makam Kesih. Mendekatkan kepala ke arah leher mayat dengan debar dada kian menggemuruh. Ragu tapi berkeras hati sudah kepalang basah. Kalaupun bakal menghadapi kejadian tidak terduga, biarlah. Mungkin resiko fatal terakhir adalah nyawanya sendiri.
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Yurnita Yurnita
aku siang baca nya Thor
2022-11-22
1
⍣⃝ꉣꉣAndini Andana
wong nekat,, tenagane dadi kuat,, walaupun hati meleyot,, tetep maju kadung sesat
2022-10-22
4
Anksu Namum
untung gak baca semalam
kan seram maljum kliwon baca beginian😱
2022-10-21
5