...SELAMAT MEMBACA...
"Grand Duke?!"
Semua orang memekik keras bahkan Anom nyaris menyemburkan minuman yang telah masuk ke kerongkongannya.
"Aku orangnya. Setelah ini kau mau bertanya apa lagi untuk memojokkan wanitaku?" Gaiden terlihat begitu berang menanggapi pertanyaan Aiksa bahkan tatapan penuh intimidasi Gaiden seolah menghakimi semua tamu yang memandang rendah Lail.
Aiksa sontak mundur, bersembunyi di balik punggung Wanner, mencengkeram pakaian Wanner penuh ketakutan. Wanner melirik Aiksa dengan amarah karena pertanyaan Aiksa pada Lail memang cukup keterlaluan apalagi saat mengatakannya cukup lantang seakan sengaja memancing perhatian para tamu.
"Tolong maafkan tindakan calon tunangan saya, Grand Duke. Lalu ... " Wanner melirik Lail yang terlihat membeku dalam dekapan erat Gaiden. "Saya tidak tahu bahwa Lady Lail ternyata memiliki pria lain di hatinya."
"Aku tidak akan memaafkan tunanganmu," jawab Gaiden, sukses mengembalikan kesadaran Lail.
Lail menengadah, menatap Gaiden yang marah pada semua orang kemudian tiba-tiba dekapan itu terlepas dan Gaiden meraih tangan Lail.
"Ayo, pergi. Di sini begitu menyesakkan!"
Gaiden membawa Lail pergi dari pesta tersebut hingga keluar dari gedung Sanctus sementara para tamu di dalam terlihat menunduk malu dan menyayangkan perbuatan Aiksa yang menyinggung Gaiden.
"Ini semua karenamu, Aiksa!" desis Wanner penuh penekanan.
Keributan besar ini tidak menghancurkan pesta, walau begitu acara berjalan cukup sulit karena semua orang jadi canggung. Aiksa merutuki dirinya sementara Redia benar-benar tidak menduga hal ini, tapi bagaimana bisa? Kemudian sekelebat ingatan akan sosok pemuda yang mengantar Lail saat itu terlintas.
"Apakah pemuda waktu itu adalah Grand Duke?" terka Redia.
...***...
Jalanan paving dipadu lampu tiang di pinggir ruas jalan membuat suasana malam di kota Raitle lebih indah walau senyap.
Hanya ada beberapa orang terlihat berlalu-lalang di luar, jadi Lail dan Gaiden tidak terlalu menyita perhatian walau penampilan mereka cukup mahal.
"Maaf." Gaiden mengusap tengkuk agak canggung.
Lail berhenti melangkah lalu berjongkok sambil menutup wajahnya dan nyaris ingin menangis. Padahal di kehidupan sebelumnya ia tidak menjalani hal seberat ini bahkan sampai mempertaruhkan nyawa. Hidup sebagai putri bangsawan di abad-20, Lail tidak pernah mendapat pandangan buruk apalagi sampai digunjingkan. Bagi Lail yang belum terbiasa, hidup di dunia ini cukuplah berat ditambah dia tidak bisa bergantung pada siapapun kecuali mengandalkan kemampuan sendiri.
Gaiden bingung bagaimana menenangkan Lail. Ini pertama kalinya ia harus berhadapan dengan wanita apalagi wanita itu delapan tahun lebih muda baginya.
"M-maaf, aku sungguh tidak berniat buruk. Aku hanya ingin membantu saja." Gaiden berusaha menjelaskan sambil ikut berjongkok di hadapan Lail.
Lail menggeleng lalu menurunkan tangan di depan wajah. "Terima kasih telah menyelamatkan mukaku di depan semua orang," kata Lail sambil menarik napas dalam-dalam agar cairan bening tidak meleleh keluar dari dua lubang hidungnya.
Gaiden hanya mengangguk saja lalu Lail berdiri dibantu uluran tangan dari Gaiden yang berdiri lebih dulu.
"Tapi bagaimana menghadapi mereka ke depannya, ya?" Gaiden bergumam.
Lail menarik kecil ujung jas Gaiden yang berjalan di depannya. Gaiden berhenti lalu menatap Lail lekat.
"Tidak ada pilihan lain, kumohon jadilah kekasihku walau hanya sebentar," pinta Lail.
Gaiden menyeringai. "Kau melamarku?"
Wajah Lail kian memerah. "Ayahku mungkin akan bertanya banyak hal. Maka dari itu, mari berpura-pura menjadi sepasang kekasih, kumohon."
"Ya, ya, tentu aku akan melakukannya karena semua terjadi karenaku, kan." Gaiden menyengir lebar kemudian melirik Lail yang menatapnya tanpa berkedip. "Jadi, apa sekarang aku perlu memanggilmu dengan sebutan sayang?"
Wajah Lail mendadak muram. "Tidak!"
"Hah .... Sayang sekali."
...***...
Cerita mengenai Lail yang menjalin hubungan dengan Gaiden telah menyebar di kalangan bangsawan dan tentunya banyak penulis surat kabar yang memuat cerita itu hingga Lail kelimpungan dengan berbagai pertanyaan orang-orang di sekitarnya dan bahkan hari ini, Wanner datang menemuinya, menyuarakan ketidak terimaannya terhadap Lail bahkan menuding Lail menyelingkuhinya lebih dulu.
Lail benar-benar tidak habis pikir dengan Wanner ditambah setelah sah menjadi tunangan Aiksa, Wanner masih berani menemuinya.
"Aku tidak akan melepaskanmu, Lail! Kau harus menjadi milikku!"
Lail memeluk tubuh sendiri mengingat perkataan Wanner beberapa waktu lalu padanya, pria itu seperti tidak waras, Lail jadi takut. Namun, alih-alih terpuruk dengan kabar simpang siur saat ini, Lail justru fokus untuk memikirkan masa depannya karena Lail tidak ingin bergantung dengan Anom.
Di kehidupan sebelumnya Lail pernah menemani kakaknya sebagai perwakilan di bidang perdagangan nasional dan investasi sehingga Lail memiliki sedikit pengetahuan tentang itu, jadi Lail bertekad untuk menjadi seorang investor demi tabungan masa depannya dan menghadapi hal sulit di masa mendatang.
Lail hendak melakukan investasi emas dan investasi saham, namun sebelum itu Lail harus melakukan analisis kemudian menilai apakah perusahaan yang akan diinvestasikan uangnya layak atau tidak. Sementara untuk investasi emas, Lail telah yakin akan melakukannya mengingat emas di zaman ini menjadi komoditas yang diakui oleh semua orang dan merupakan salah satu benda bernilai tinggi.
Melihat bagaimana menumpuknya perhiasan di lemari membuat Lail akan melakukan investasi emas. Sementara itu untuk investasi saham, Lail akan lebih hati-hati melakukannya. Tetapi, untuk saat ini Lail tertarik untuk memutar uangnya di perusahaan sampanye keluarga Lueith, perusahaan itu cukup menjanjikan bagi Lail dan secara kebetulan setelah mengorek lebih jauh kondisi dan latar belakang perusahaan tersebut, ternyata saat ini Luigreith De, merek sampanye perusahaan Lueith, tengah menjual sedikit saham demi mendanai aktivitas perusahaan, Lail akan memulainya dari sana.
"Nona!"
Lail terkejut, pikirannya tentang investasi hancur seketika ketika Naika tiba-tiba masuk bersama Seina (adik Daval), yah, sudah lima hari Seina bekerja sebagai pelayan Lail.
"Ada apa?" tanya Lail.
"Grand Duke berkunjung dan sekarang berada di gazebo!" Naika memberi tahu penuh semangat.
"Apa?!"
Lail buru-buru lari menuju gazebo dan di sana Gaiden tersenyum sembari melambai padanya. Lail mengatur napasnya lalu berdiri di hadapan Gaiden dengan alis terpaut tajam. Gaiden tidak sendiri melainkan ditemani Simon, tapi sepertinya Simon tersesat karena mencari Naika.
"Kenapa kemari? Kau tahu, 'kan kalau saat ini banyak yang mencari kita hanya untuk mendengar penjelasan?" Dada Lail naik turun karena napasnya terasa memburu akibat berlari.
Gaiden mengangguk lalu memeluk Lail erat, mencium aroma shampoo yang membuat rambut Lail terasa lembut dan manis.
"Iya, aku tahu. Tadi aku mendatangi pusat surat kabar Raitle yang terus menganggu ketenanganmu."
Lail menautkan alis, berusaha melepaskan diri, tapi Gaiden justru kian erat memeluknya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Lail.
"Memberitahu mereka bahwa aku menyatakan perasaan lebih dulu padamu setelah mengetahui kau memutuskan pertunangan dengan Wanner kemudian aku meminta mereka tidak mengusikmu lagi dengan cerita-cerita tidak benar."
Lail sontak diam sedangkan Gaiden beralih menangkup wajah Lail menggunakan tangan besarnya. "Sekarang aku datang kemari agar penghuni mansionmu semakin yakin bahwa aku tergila-gila padamu, bukannya kau yang justru mengejarku karena dicampakan Wanner."
Mata Lail terbelalak, sepertinya rumor jahat yang beredar telah sampai ke telinga Gaiden, tapi siapa sangka bahwa Gaiden sampai menangani hal ini sendirian.
"Lepaskan. Kau harus ingat bahwa kita bukan sepasang kekasih sungguhan." Lail mengingatkan.
"Hah ... Kau membuat hatiku sakit saja," keluh Gaiden.
...BERSAMBUNG ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
~Kay Scarlet~☘️🈴⃟🍥•⭐
grand Duke nya humoris🤣🤣🤣
2024-12-27
0
KaylaKesya
hahahaahhaha! grand duke ambil kesempatan ya🤣
2024-07-21
0
nacho
😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘
2024-02-18
1