...SELAMAT MEMBACA...
Hari ini adalah hari terakhir Lail tinggal di kastel Gaiden, tapi ketika bangun di pagi hari, Lail mendapati berbagai keperluan wanita berada dalam koper berukuran sedang di atas tempat tidur.
"Ada apa ini?" Lail mengerenyit heran sambil menatap pelayan yang baru selesai menyiapkan air hangat untuknya mandi.
Pelayan itu tersenyum lebar lalu menjawab, "Kemarin Grand Duke menyuruh kami menyiapkan keperluan Nona dan semuanya kami taruh dalam koper karena Nona akan meninggalkan Kastel hari ini, kan?"
Lail mengangguk canggung, hatinya jadi semakin terbebani kemudian Lail meninggalkan kamar, menyusuri koridor hingga sampai di area kamar Gaiden, tapi pria itu tidak ada disana melainkan di ruang kerja bersama Simon dan Sebas.
"Grand Duke, wanita anda ingin bertemu." Penjaga masuk ke ruang kerja, memberi tahu kehadiran Lail.
Gaiden angguk kepala kemudian memberi kode pada Sebas dan Simon untuk meninggalkan ruangan, bertukar dengan Lail.
"Pfftt ... " Gaiden mengepalkan tangan kanan lalu digunakan untuk menutup mulut yang nyaris menyemburkan tawa melihat Lail sedikit berantakan. Wanita itu memakai gaun tidur putih polos, rambut sedikit acak-akan juga berjalan tanpa alas kaki walau begitu wajahnya masih saja membuat Gaiden berdebar.
"Ada apa?" tanya Gaiden sambil menompang wajah dengan tangan kiri, menatap Lail dari posisinya yang berada di balik meja kerja.
"Itu ..." Lail memutuskan kontak mata dengan Gaiden karena malu setelah menyadari apa yang membuat Gaiden menahan tawa ketika melihatnya.
"Itu apa?" Suara Gaiden sedikit bergetar karena rona merah lembut menghias wajah pucat Lail membuatnya gemas sendiri.
Lail menarik napas dengan kedua tangan mencengkeram gaun tidur. "Sebenarnya kau tidak perlu menyiapkan keperluanku karena aku membawa barangku dalam kope—"
"Hm, benar, tapi apa kau lupa kecelakaan itu menghancurkan kereta kudamu bahkan seluruh barang dalam kopermu berserakan. Aku sampai harus mengamankan beberapa dalamanmu agar para ksatriaku tidak menemukannya ketika melakukan penyelidikan." Gaiden memaparkan hal itu tanpa rasa dosa sekali pun bahkan penjelasannya diakhiri dengan senyum ramah.
Wajah Lail kian memerah, kenapa Gaiden senang sekali menggodanya!
"Terima kasih, aku akan segera mengganti uang yang kau gunakan untuk membeli semua barang itu untukku!" ketus Lail kemudian meninggalkan ruangan dengan penuh kekesalan sementara Gaiden tertawa lepas.
"Ya ampun, dia benar-benar menggemaskan ditambah sepertinya cukup hebat di berbagai hal." Gaiden menyeka setitik air di sudut matanya sambil melihat berkas mengenai apa saja yang telah Lail lakukan pada Raitle, seperti menciptakan jalur irigasi untuk menghalau gagal panen di Desa Jaik serta menjadi sukarelawan di Panti Amare.
"Semakin aku mengenalnya, hal-hal menakjubkan darinya membuatku kian tenggelam dalam pesonanya," desis Gaiden.
...***...
Siang hari, Lail telah berkemas dan akan pergi ke Desa Agapi bersama Gaiden menggunakan seekor kuda gagah hitam kesayangan Gaiden yang diberi nama Marcus. Tapi sebelum berangkat, Lail bertemu Daval sebentar.
Daval enggan membiarkan Lail pergi ke Agapi sendirian karena takut hal yang sama terjadi, tapi Lail meminta Daval untuk tetap di kastel Gaiden dan tidak kembali dulu ke Raitle, Lail meminta Daval untuk kembali bersamanya sepulang dari Desa Agapi.
Tidak hanya itu, Lail juga meminta bantuan Gaiden untuk menugaskan salah seorang bawahannya agar mengirimkan surat secara sembunyi-sembunyi pada Naika dan tentunya Simon mengajukan diri lebih cepat dari siapa pun.
Gaiden tidak bertanya alasan kenapa Lail harus melakukan hal itu, tapi yang pasti kecelakaan itu bukanlah kecelakaan biasa, Lail memiliki musuh.
Lail sendiri bertindak demikian karena berpikir mungkin ini ulah Redia lagi, jadi Lail memberi waktu untuk Redia merayakan kemenangannya karena menganggap dirinya telah tewas dalam kecelakaan.
"Tapi, Nona sebaiknya saya ke Raitle untuk menyelidiki kusir itu."
Lail terbelalak, dia pikir Daval tidak akan mengungkit soal kusir karena berpikir hanya dia yang tahu.
"Kau hapal wajah kusir itu?"
Daval mengangguk. "Ya."
Daval jelas tahu situasi Lail saat ini tengah mencuri perhatian banyak orang dan tentu ada satu atau dua orang yang iri atau merasa Lail jadi penghalang sehingga berusaha menyerang.
"Lalu bagaimanan dengan suratnya?" imbuh Daval sambil melirik Simon yang mendekap erat surat untuk Naika.
Lail terkekeh melihat tingkah Simon. "Biarkan saja. Aku telah memberitahu hal yang kita alami dalam surat itu dan meminta Naika untuk berhati-hati dan menyelidiki Redia."
"Nona Redia?" Daval mengerut dahi.
"Aku akan menceritakan segalanya setelah pulang dari Desa Agapi dan saat itu kita akan membawa adikmu."
Daval tersenyum cerah, berarti tak lama lagi dia dan Seina akan semakin dekat jadi tidak perlu mencemaskan satu sama lain ditambah Seina akan menjalani kehidupan yang baik berkat Lail.
"Lail, aku menunggumu."
Gaiden menyahut, wajahnya sedikit mengeras melihat bagaimana Lail terus menunjukkan senyum ketika berbicara dengan Daval, Gaiden sedikit iri.
"Baiklah, Daval. Lakukanlah dengan baik dan ambil ini." Lail menyerahkan amplop berisi uang, sebenarnya Lail meminjam uang Gaiden untuk keperluan di jalan nanti, tapi mengingat Daval akan menangkap si kusir, dari pada dirinya, Daval lebih membutuhkan uang ini.
"Aku pergi," pamit Lail pada Daval juga pada Sebas serta pelayan yang selama ini membantunya.
"Hati-hati." Gaiden membantu Lail naik ke kuda bersamanya lalu setelah itu kuda dipacu perlahan, meninggalkan kastel menuju Desa Agapi.
...***...
...Mansion Duke of Raitle...
Naika cemas sejak kemarin karena Daval tidak kunjung kembali pada Lail bilang bahwa Daval tidak akan menetap bersamanya di Agapi, tapi tiba-tiba sore ini penjaga gerbang utama mansion mendatanginya dan bilang ada seorang pria menunggunya di luar.
Naika keluar dan menemui pria itu namun, betapa kagetnya Naika mengetahui pria tersebut adalah Simon.
Simon memakai baju biasa tidak membawa pedang seperti sebelumnya, benar-benar terihat seperti warga sini.
"Kenapa kau kemari?" desis Naika sambil membawa Simon lebih jauh dari gerbang utama.
Simon menggosok hidung dengan telunjuk sambil menyerahkan surat yang membuat perasaan Naika tidak enak.
"Ini apa? Surat cinta? Tidak, mana mungkin jauh-jauh dia datang hanya demi memberiku surat cinta, lagi pula tidak mungkin pria sepertinya menyukaiku."
Naika terus menduga sementara Simon setia senyum-senyum tak jelas, seperti orang dimabuk cinta.
"Ini dari Lady Lail," bisik Simon tepat di dekat daun telinga Naika.
Naika sontak mundur dan merebut surat tersebut, menggosok telinganya yang terasa geli, Naika menatap sengit pada Simon.
"Terima kasih, kalau begitu aku masuk, banyak pekerjaan menantiku." Naika langsung bergegas pergi sementara Simon mendengus kecewa.
"Kenapa dia lebih galak dari Lady Lail, ya," keluh Simon dan segera pergi dari sana.
...BERSAMBUNG ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Ef Geha
Thor, kenapa kalo pelayan jodohnya juga ga jauh² dari ajudan.. kali² pelayan naik kasta
2025-02-08
0
~Kay Scarlet~☘️🈴⃟🍥•⭐
kasian Simon wkwkwk...
2024-12-27
0
Annisa Fiqrotunazida
sabar Simon 🤣
2024-07-26
0