...SELAMAT MEMBACA...
Dalam novel bertajuk 'Kisah cinta Lady Aiksa' tokoh antagonis yang bernama Lail Manuella digambarkan sebagai sosok angkuh dan semaunya, selalu melanggar aturan ketat maupun konvensi, tak jarang ia melanggar etika bangsawan hanya demi melampiaskan emosi pada orang-orang yang membuatnya tersinggung.
Lail Manuella, hanya wanita pemarah yang tidak tahu apapun kecuali berfoya-foya dan mengejar cinta dari Wanner, seorang Marquess yang menjadi tunangannya.
Sekarang, Marry Heilton telah menjadi Lail Manuella, melupakan namanya karena ini adalah kehidupan barunya. Walau begitu sukar menyesuaikan diri, namun ia akan berusaha karena tidak ada pilihan lain kecuali menjalaninya.
Lail tak henti memandangi wajahnya pada pantulan cermin. Tidak ada yang berubah, Lail Manuella benar-benar kembarannya di dunia ini sayang karakter keduanya berbeda hingga Lail Manuella menemukan ajal yang tragis.
"N-nona, sarapan sudah siap."
Pelayan yang kemarin menangis dan memohon pengampunan datang, kepala tertunduk dengan kedua tangan menaut cemas.
"Kemarilah." Lail meninggalkan ranjang, berjalan menuju sofa dan duduk santai di sana.
Pelayan muda tersebut mendekat lalu bersimpuh di hadapan Lail. Tatapan Lail membuatnya gemetar sementara Lail menerka siapa pelayan ini.
"Siapa namamu?" Lail bertanya.
"Naika, Nona."
"Angkat kepalamu," titah Lail.
Naika, gadis berusia 18 tahun itu sontak angkat kepala, namun matanya tetap merendah.
"Mengenai kemarin aku minta maaf, aku tahu sudah melewati batas maka dari itu, aku berjanji tidak akan menyiksamu, Naika. Tapi berjanjilah untuk mengabdi setia padaku."
Naika tergugu, butuh waktu lama Naika angguk kepala demi menerima sumpah untuk Lail yang masih membuatnya skeptis.
"Kalau begitu, bawa sarapanku kemari. Aku ingin makan di kamar saja," pinta Lail dan Naika langsung bergegas membawa sarapan menggunakan troli perak menuju kamar Lail.
Setelah selesai sarapan, Lail membersihkan diri kemudian dibarengi balutan gaun sutera peach dengan lengan sifon berkerut bersama rok luar bervolume, Lail terlihat menawan. Tidak seperti biasa, sekarang Lail sengaja menggerai rambut blonde cerah bergelombangnya alih-alih disanggul dan dipenuhi aksesoris rambut mencolok seperti biasa ditambah riasan tebal Lail menjadi tipis, terlihat lebih natural.
Saat melewati koridor menuju ruang minum teh, beberapa penghuni tampak berbisik secara terang-terangan melihat sosok Lail yang tampak berbeda setelah mendengar cerita dimana Lail mengurung diri di ruang minum teh hingga malam.
Gaya berjalan, gerakan tubuh, cara bicara, penampilan bahkan tata krama Lail benar-benar membuat semua penghuni mansion tercengang. Mengingat bagaimana Lail akan marah-marah, mengomentari semua pekerjaan para pelayan bahkan membuat keributan dengan meminta para kusir mengantarnya pagi-pagi untuk menemui Wanner, tunangannya.
Tapi, kali ini bahkan Lail tidak berniat keluar dari mansion dan lebih memilih menikmati secangkir teh dan beberapa scone tersusun rapi pada wadah bertingkat yang unik. Lail merasa bebannya sebagai putri kerajaan La Centre menguap.
"Pasti keluargaku masih berduka saat ini." Lail tersenyum getir setelah menyesap tehnya lalu melempar pandang pada pemandangan taman di luar dinding kaca.
Daval yang berada di depan pintu bagian dalam hanya mengawasi Lail dari jarak itu, melihat kegetiran di wajah Lail, Daval buka suara.
"Maaf, Nona. Apa perlu saya memanggil Marquess kemari?" tanya Daval.
Lail berhenti sedih lalu mengetuk telunjuk pada meja berulang kali. Tidak menjawab pertanyaan Daval, Lail justru berpikir tentang bagaimana menyelesaikan masalah pertamanya, yakni memutuskan pertunangan dengan Wanner karena dalam novel, Lail mati karena dibutakan oleh cinta Wanner. Jika Lail memutuskan hubungan antara keduanya, semua akan selesai karena Lail tidak mencintai Wanner, pria asing baginya.
"Jangan." Lail menggeleng kemudian tersenyum tipis sambil memandang Daval. "Bawa Lady Aiksa kemari. Perlakukan dia dengan sangat baik, Daval."
Daval terkejut, apakah ini hal baik? Daval tampak ragu, Aiksa Kilin adalah putri dari keluarga Viscount Atkor, sekaligus wanita selingkuhan Wanner, semua sudah tahu bahwa Wanner lebih memilih Aiksa ketimbang Lail bahkan secara terang-terangan mengumumkan pada beberapa orang bahwa hanya mencintai Aiksa.
Lail tertawa kecil melihat ketegangan menggantung pada wajah tegas Daval. "Tenanglah, Daval. Aku tidak akan membuat keributan."
Daval mengembuskan napas lega kemudian mengangguk takzim dan mulai menjemput Aiksa.
Mengetahui tiba-tiba pengawal pribadi Lail datang untuk menjemputnya, Aiksa tampak ketakutan bahkan keluarganya mencegah Aiksa untuk pergi namun, Aiksa bersikeras karena bagaimana pun dia sudah terbiasa menerima perlakuan buruk Lail karena dengan begini hubungan Lail dan Wanner akan cepat berakhir karena Aiksa akan mengadu pada Wanner.
Mengenakan gaun biasa dengan kain langsung jatuh, Aiksa telah tiba di kediaman Lail.
"Silakan ikuti saya."
Daval kemudian menuntun Aiksa menuju ruang minum teh, dimana Lail telah menunggunya dengan beberapa cemilan dan satu cangkir tambahan untuk menjamu Aiksa pada kursi kosong di seberangnya.
"Nona, saya telah membawa Lady Aiksa."
Lail memberi kode pada Naika yang sejak tadi berada di dalam ruangan bersamanya untuk membuka pintu. Sesaat pintu terbuka, Lail berdecak kagum melihat bagaimana wujud Aiksa, si pelakor sukses dalam novel. Aiksa terlihat lemah lembut dan penuh ketakutan, memiliki tubuh kurus dengan kulit pucat yang cukup kontras dengan rambut cokelat gelap bergelombangnya, Aiksa terlihat kian memesona hanya saja Lail tidak begitu suka ketika mengetahui kenyataan lain yakni bahwa Aiksa adalah selingkuhan tunangannya.
"Duduklah, Lady Aiksa." Lail menggerakkan tangan kanan dengan sopan ke arah kursi kosong di seberangnya. Sambil menelan ludah sulit, Aiksa melangkah perlahan dan mengisi kursi.
Naika mendekat, mengangkat ketel dan mengisi cangkir Aiksa dengan teh hitam kemudian Naika kembali ke posisi awal begitupun Daval. Kali ini, Lail meminta Daval membuka pintu lebar-lebar, jika ditutup akan membuat sedikit masalah ke depannya.
"Apa anda mengundang saya kemari hanya untuk mengancam saya agar menjauhi Marquess?" Aiksa tiba-tiba menuding.
Lail nyaris menyemburkan tawa, apa-apaan Aiksa? Padahal sudah diperlakukan cukup sopan, tapi tiba-tiba berbicara dengan nada cukup tinggi dan penuh emosi sebelum Lail mengutarakan maksudnya.
"Dasar tidak tahu diri. Padahal aku belum berkata apapun, tapi mulutmu sudah kurang ajar saja," cibir Lail sembari bersedekap tangan di dada, menunjukkan aura berkuasanya pada Aiksa yang terlihat gemetar dan malu.
Aiksa terus menunduk hingga wajahnya tak terlihat jelas. Lail mengembuskan napas kemudian memberitahu hal mengejutkan yang membuat Aiksa menahan rasa bahagianya.
"Aku memutuskan untuk berhenti jadi tunangan Wanner."
Daval terkejut mendengarnya begitupun Naika. Semudah itu? Padahal Lail bahkan tak mampu bertahan jika sehari tak melihat batang hidung Wanner dan sekarang berkata seenteng itu tentang pemutusan hubungan pertunangan? Apa ini akal-akalan Lail yang baru? Daval menerka.
"K-kenapa tiba-tiba?" Aiksa bertanya.
Lail mendengus kasar lalu mengunci tatapan Aiksa cukup intens. "Anggap saja aku baru sadar dari kebodohanku. Yah, lagipula sudah tidak ada tempat bagi Wanner di hatiku jadi tidak masalah jika menyumbangkan Wanner untukmu karena Wanner memang ingin berada dalam genggamanmu." Lail tersenyum sarkas sebelum melanjutkan kalimatnya lagi. "Aku harap kau menyampaikannya pada Wanner karena aku enggan bertemu dengan peselingkuh itu lagi."
Setelah mengakhiri penjelasannya, Lail kembali tenang menyesap secangkir tehnya sementara Aiksa sedikit tersinggung karena Lail berkata menyumbangkan Wanner padanya.
"Wajar jika Marquess ingin bersamaku! Ini semua salah Lady Lail karena bersikap kasar dan tidak tahu malu pada Marquess! Aku dan Marquess saling mencintai, jadi tak perlu mengatakan hal ini karena pada akhirnya pertunangan kalian akan hancur kare—"
Perkataan panjang penuh emosi Aiksa terhenti tatkala Lail meletakkan cangkir cukup kasar pada tatakan hingga muncul retakan pada bibir cangkir hingga dasar.
"Ketimbang diriku, kaulah yang tidak tahu malu, Lady Aiksa. Sudah tahu bahwa kami bertunangan kenapa kau masih terus mendekati Wanner? Jika kau memang baik seperti kata orang-orang, seharusnya kau tidak menerima pria yang telah bertunangan dan menjadi selingkuhannya. Kau bahkan tak berhenti setelah tahu tunangannya begitu menderita karena hubungan gila kalian!" Lail merasa emosinya terpacu mengingat bagaimana Lail Manuella sebelumnya begitu nelangsa karena Wanner dan Aiksa terus menebar kemesraan.
Lail berdiri dari posisinya kemudian kembali menegaskan. "Aku akan mengakhiri pertunanganku dengan Wanner. Jadi, kuharap setelah ini jangan mengangguku kehidupanku!" setelah berkata demikian, Lail beranjak pergi dari sana namun, sebelum itu memberi Daval perintah untuk mengantar Aiksa kembali sementara Lail mengunjungi ruang kerja Anom, ayah Lail sekaligus Duke of Raitle.
Anom tampak sibuk dengan beberapa tumpuk berkas di meja, sesekali wajahnya mengernyit lelah karena berkas-berkas itu terus bertambah.
"Permisi, Duke."
Anom fokus ke depan, mendapati Lail masuk dan berdiri di depan meja kerja. Sesaat Anom tercengang mendengar Lail memanggilnya duke dan bukan ayah, apa yang telah ia lewatkan hingga Lail begitu berubah? Anom bisa lihat hanya dari gestur tubuh Lail ketika berbicara juga penampilan tak seheboh biasanya.
"Ya?" Anom kembali fokus menorehkan tanda tangan pada beberapa berkas.
"Aku ingin mengakhiri pertunanganku dengan Marquess Arche, segera mungkin."
...BERSAMBUNG.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
~Kay Scarlet~☘️🈴⃟🍥•⭐
yay.. debut Lady lail akan dimulai... 😍😍😍😘😘😘 Lail itu artinya malam kalo dari bahasa Arab kalo ga salah hehehe
2024-12-26
0
Hikam Sairi
👏👏👏👏👏👏
2024-09-30
0
Dede Mila
/Proud//Proud//Proud//Proud/
2024-05-02
0