04| Mengusik secara halus

...SELAMAT MEMBACA...

Wajah Wanner terlihat kacau, pagi ini ia menemui ayahnya dan bertanya apakah benar bahwa Lail telah mengakhiri pertunangan mereka. Bukannya mendapat jawaban 'ya' Wanner justru menerima tendangan dari ayahnya.

Sudut bibir Wanner sedikit robek akibat tendangan itu. Ternyata Lail tidak bohong mengenai pertunangan, tapi siapa sangka bahwa Lail membeberkan alasan bahwa ia berselingkuh ditambah yang datang menemui ayahnya adalah ayah Lail sendiri. Oleh karena itu, ayahnya begitu murka dan meminta Wanner untuk tidak menemui Lail lagi.

"Ah, pelan-pelan," keluh Wanner ketika Aiksa mengobati luka pada sudut bibirnya menggunakan kapas yang telah dilumuri obat.

Saat ini, Wanner ada di rumah Aiksa, berada dalam ruang tamu ditemani sebuah kotak obat. Wanner meraih tangan Aiksa yang memegang kapas lalu mencium punggung tangan Aiksa penuh cinta. Aiksa terkesan, keduanya saling padang cukup lama dan berakhir saling bercumbu. Aiksa tersenyum penuh kemenangan melihat bagaimana Wanner begitu terobsesi padanya ketimbang Lail.

"Aku berhasil mendapatkan Wanner. Selanjutnya, tinggal menunggu kapan kami akan menikah." Aiksa membatin penuh kemenangan, duduk di atas pangkuan Wanner, Aiksa sudah melupakan kegiatannya untuk mengobati bibir Wanner.

"Aiksa jujurlah padaku. Apa yang kau bilang kemarin benar bahwa Lail mengancammu?" pandangan Wanner yang diselimuti nafsu memudar, berganti tatapan penuh selidik yang membuat Aiksa seperti tertangkap basah.

"Apa aku pernah membohongimu, Marquess?" Mata Aiksa berkaca-kaca, bahunya lantas merosot lemah melihat keraguan di mata Wanner. "Kenapa tiba-tiba Marquess bertanya begitu padaku? Apa sekarang Marquess meragukanku?"

Wanner menggeleng cepat, merubah tatapan menjadi penuh kasih sebelum membawa wajah Aiksa lebih dekat dengannya. "Maaf, Aiksa karena telah bertanya demikian. Seharusnya aku tidak menaruh sedikit keraguan pada wanita lugu sepertimu."

Aiksa mengangguk lemah, mengulas seringai tipis dan menantang bibir Wanner untuk benar-benar menjadi miliknya.

...***...

...Raitle, Desa Jaik, lahan pertanian....

Lail turun dari kereta kuda ketika sampai pada pedesaan yang sebagian besar tanahnya menjadi lahan pertanian. Lail bisa melihat bagaimana hamparan hijau dengan pola rapi membuat matanya terbuka lebar. Hawa desa memang begitu sejuk, tapi untuk saat ini terasa begitu kering dan terik.

Sepekan telah berlalu sejak Lail mengakhiri pertunangan dengan Wanner, dan sekarang ia telah menghabiskan waktu untuk diam-diam membantu pekerjaan Anom mengurus beberapa masalah di Raitle. Beberapa hari lalu, Lail tidak sengaja mendengar bahwa para petani di desa jaik dipusingkan dengan curah hujan yang tidak sesuai ekspetasi mereka di tahun ini sehingga besar kemungkinan banyak petani yang gagal panen, jadi Anom akan turun tangan untuk memberi bantuan pangan bagi petani yang akan gagal panen namun, sayangnya Anom belum menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Lail memasuki jalan setapak yang diapit sawah, tak jauh dari sana berdiri sebuah gubuk kecil, diisi beberapa orang tua yang menatap nelangsa sawah mereka. Lail mendekat ditemani Daval di belakangnya. Lail mengenakan baju hitam berlengan tulip dipadu rok accordion, tak terlalu mencolok bahkan tak menunjukkan bahwa ia berasal dari keluarga bangsawan tinggi jadi beberapa petani tidak mengetahui bahwa Lail merupakan putri dari tuan tanah mereka, jadi bersikap biasa saja dan menanyakan maksud Lail mendekat.

"Ada apa, Nak?" seorang lansia bertanya sambil mengipasi wajah dengan topi usang, saat ini matahari benar-benar membakar mereka, untung saja ada gubuk untuk berteduh.

Lail membenarkan topi bertepi lebar di atas kepalanya lalu bertanya sambil memandang jauh ke sawah petani yang ditanami padi. "Aku hanya penasaran kenapa wajah kalian terlihat begitu sedih."

Seorang wanita paruh baya dengan tubuh agak gempal mengembuskan napas sedih sembari menjawab, "Curah hujan yang rendah di tahun ini akan membuat kami gagal panen."

"Benar. Kami akan mengalami kesulitan jika itu terjadi," sahut petani lain begitu nelangsa.

Lail mendekati sawah kemudian mengamatinya lebih jelas. Daval memperhatikan Lail, menahan senyum melihat bagaimana seriusnya Lail terhadap permasalahan ini.

"Hm, sepertinya bisa dilakukan," gumam Lail.

Lail kembali mendekat dan membeberkan sebuah solusi yang membuat secercah binar harapan di mata para petani muncul. Lail menjelaskan bahwa ini bisa ditangani dengan membuat jalur irigasi. Seharusnya cara ini sudah digunakan sejak zaman kuno namun, sepertinya tidak banyak petani tahu tentang cara ini.

Cukup lama Lail berbincang dengan para petani, bahkan Lail menyempatkan untuk melihat beberapa ladang petani lain yang menanam cabai, tomat, dan sayuran lainnya. Dalam waktu kurang sehari, Lail berhasil berbaur dengan warga Jaik, jika mengingat di kehidupan dulu, mungkin Lail tidak bisa berbaur sedemikian rupa karena terlalu banyak batasan untuknya.

Lail kembali di sore hari bersama Daval. Merasa lelah seharian berjalan kian kemari, Lail tertidur di kereta kuda dalam penjagaan Daval. Daval mendekat, menyampirkan jubahnya pada tubuh Lail lalu kembali duduk tegap di bangku seberang Lail dalam kereta kuda. Daval tak henti berpikir tentang apa penyebab Lail bisa berubah begitu cepat, perubahan ini membuat Daval tidak mengenali Lail, seperti orang baru walau begitu Daval lebih menyukai Lail yang sekarang.

Tak lama, Lail sampai di mansion ketika petang. Lail terbangun dan mendapati jubah Daval di tubuhnya sementara si pemilik baru saja hendak membangunkan karena mereka telah sampai di mansion.

"Terima kasih," ucap Lail sembari menyerahkan jubah pada Daval.

Daval mengangguk dan keluar dari kereta kuda, menaruh pijakan pada pintu keluar dan siap meraih tangan Lail agar tidak limbung ketika turun. Namun, ketika hendak memasuki mansion, Anom dan Redia telah menunggu di dalam.

"Kakak kemana saja? Sejak pagi aku mencari kakak karena cemas!" Redia tiba-tiba berhambur mendekap Lail.

Lail berusaha menahan kekesalannya pada Redia yang begitu dramatis sementara Anom terlihat marah di belakang Redia tanpa melepaskan pandang dari mata Lail.

"Apa kakak dari rumah Marquess?" tanya Redia setelah melepaskan pelukannya.

Lail angkat sebelah alis melihat raut lugu Redia ketika menanyakan hal yang justru memancing emosi Anom.

Lail tidak langsung marah, tapi malah mengembuskan napas lelah seolah memaklumi sikap bodoh Redia. "Tidak. Aku baru saja dari Desa Jaik."

Amarah Anom surut, terganti ketertarikan dan rasa penasaran tentang apa yang Lail lakukan. Lail mengulas senyum tipis kemudian melewati Redia begitu saja.

"Aku berjalan-jalan ditemani Sir Daval dan sepertinya Desa Jaik menarik perhatianku, tapi ternyata saat sampai disana beberapa petani mengalami masalah," jelas Lail.

Anom mengangguk untuk membenarkan. "Memang benar, mereka khawatir akan gagal panen karena curah hujan tidak sesuai harapan mereka."

Lail mengulas senyum samar melihat rasa cemas menghias wajah Anom.

"Bagaimana menurutmu tentang ini, Redia?" Lail menoleh ke belakang.

Redia terkejut karena Lail menanyakan hal cukup berbobot padanya, ditambah pertanyaan dilontarkan bersama senyum sarkas yang membuat Redia merasa dipermalukan sebelum menjawab.

"K-kenapa kakak bertanya padaku?" Redia terbata.

"Bukankah kau sering membantu urusan ayah? Jadi, aku ingin meminta pendapatmu."

Redia menelan saliva gugup ditambah ketika Anom menatapnya begitu serius, tapi pada akhirnya Redia hanya menggeleng dan berkata tidak tahu akan hal itu. Namun, Redia tidak mau kalah telak jadi dia membalas Lail.

"Kalau menurut kakak bagaimana?" Redia bertanya sambil sedikit memanyunkan bibir namun, buru-buru menundukkan kepala. "Ah, maaf, kak! Aku lupa bahwa kakak tidak terlalu tertarik dengan permasalahan di Raitle."

Perkataan Redia membuat beberapa pelayan yang menguping menahan tawa, Lail tahu maksud perkataan Redia, itu seperti menekankan bahwa Lail yang hanya tahu bersenang-senang mana paham tentang mengurus berbagai permasalah di Raitle, atau lebih kasarnya, wanita bodoh sepertinya tidak mungkin tahu jalan keluar dari sebuah permasalahan.

"Hm ...." Lail menyentuh dagu seolah berpikir kemudian kembali menatap Anom.

"Aku telah berbicara dengan warga Jaik dan mengusulkan pembangunan irigasi pada pertanian mereka. Setelah melihat-lihat area sekitar, aku rasa jalur irigasi bisa dibuat dalam waktu singkat sehingga para petani tidak akan kesulitan kedepannya bahkan jika curah hujan rendah akan terjadi lagi," papar Lail membuat semua orang terdiam, sementara Anom tergugu dengan binar bahagia di matanya.

"Bagaimana kau bisa berpikir sampai sana? Ayah bahkan baru sadar akan hal itu."

Lail melirik Redia lalu kembali menatap Anom. "Aku ingin membahas masalah ini bersama ayah, apa ayah memiliki waktu luang?"

Anom mengangguk mantap kemudian berbalik arah sambil melipat tangan di balik punggung dan meminta Lail segera mengekorinya menuju ruang kerja.

"Maaf, ya, Redia. Kita bisa bicara lain kali dan terima kasih telah mengkhawatirkanku," ucap Lail sambil menunjukkan ekspersi penuh kemenangan yang membuat Redia justru meredam amarah.

...BERSAMBUNG .......

Terpopuler

Comments

lisna

lisna

penasaran ma daval apa Dy punya rasa pada lail...perhatiannya itu loh 😁

2024-12-15

0

~Kay Scarlet~☘️🈴⃟🍥•⭐

~Kay Scarlet~☘️🈴⃟🍥•⭐

apakah daval adalah pangeran yang menyamar? hehehe..
kalah kan aiksa dan redia.. hohoho.. othor kesayangan akuh gitu lho

2024-12-26

1

Hamokitsi Run

Hamokitsi Run

waah Daval lbh prhatian sma Lail

2022-12-06

0

lihat semua
Episodes
1 01| Kesempatan kedua
2 02| Bertemu Protagonis Wanita dalam Novel
3 03| Mengakhiri Pertunangan
4 04| Mengusik secara halus
5 05| Merasa Terancam
6 06| Rumor Buruk
7 07| Teman baru
8 08| Pria Misterius
9 09| Pemandu Tampan
10 10| Menghapus Rumor Buruk
11 11| Jay dan Wanner
12 12| Keracunan
13 13| Mengunjungi Nenek
14 14| Identitas yang Terkuak
15 15| Pendekatan Gaiden
16 16| Berangkat ke Desa Agapi
17 17| Kenapa Dia Selamat?
18 18| Menghadiri Pesta Pertunangan
19 19| Penyelamatan yang Membelenggu
20 20| Kejutan dari Lail
21 21| Kemarahan Gaiden
22 22| Perasaan Lail
23 23| Hadiah dari Ayah
24 24| Festival Lampion Cinta
25 25| Gelap Mata
26 26| Kejutan untuk Redia
27 27| Awal Baru
28 28| Lawan Sepadan
29 29| Iblis Kecil
30 30| Permintaan Maaf
31 31| Lawan atau Kawan
32 32| Semakin Memanas
33 33| Kuda-Kuda Mengamuk
34 34| Penyelesaian singkat
35 35| Merasa dikasihani
36 36| Perasaan Jay yang sesungguhnya
37 37| Kelalaian
38 38| Pengakuan Nilyar
39 39| Dipercepat
40 40| Hari yang buruk
41 41| Kepergian
42 42| Pengantar Surat
43 43| Hamil?
44 44| Lail Pov
45 45| Sekelebat Pertemuan
46 46| Calon Ratu Asylam
47 47| Undangan pernikahan
48 48| Pernikahan
49 49| Pencarian
50 50| Bertemu
51 51| Undangan dari Hendrixine
52 52| Tidak lagi
53 53| Alasan Lail
54 54| Meyakinkan
55 55| Aku cemburu?
56 56| Bimbang
57 57| Diterima atau ditolak
58 58| Pernikahan
59 59| Kebahagiaan dan Penyesalan
Episodes

Updated 59 Episodes

1
01| Kesempatan kedua
2
02| Bertemu Protagonis Wanita dalam Novel
3
03| Mengakhiri Pertunangan
4
04| Mengusik secara halus
5
05| Merasa Terancam
6
06| Rumor Buruk
7
07| Teman baru
8
08| Pria Misterius
9
09| Pemandu Tampan
10
10| Menghapus Rumor Buruk
11
11| Jay dan Wanner
12
12| Keracunan
13
13| Mengunjungi Nenek
14
14| Identitas yang Terkuak
15
15| Pendekatan Gaiden
16
16| Berangkat ke Desa Agapi
17
17| Kenapa Dia Selamat?
18
18| Menghadiri Pesta Pertunangan
19
19| Penyelamatan yang Membelenggu
20
20| Kejutan dari Lail
21
21| Kemarahan Gaiden
22
22| Perasaan Lail
23
23| Hadiah dari Ayah
24
24| Festival Lampion Cinta
25
25| Gelap Mata
26
26| Kejutan untuk Redia
27
27| Awal Baru
28
28| Lawan Sepadan
29
29| Iblis Kecil
30
30| Permintaan Maaf
31
31| Lawan atau Kawan
32
32| Semakin Memanas
33
33| Kuda-Kuda Mengamuk
34
34| Penyelesaian singkat
35
35| Merasa dikasihani
36
36| Perasaan Jay yang sesungguhnya
37
37| Kelalaian
38
38| Pengakuan Nilyar
39
39| Dipercepat
40
40| Hari yang buruk
41
41| Kepergian
42
42| Pengantar Surat
43
43| Hamil?
44
44| Lail Pov
45
45| Sekelebat Pertemuan
46
46| Calon Ratu Asylam
47
47| Undangan pernikahan
48
48| Pernikahan
49
49| Pencarian
50
50| Bertemu
51
51| Undangan dari Hendrixine
52
52| Tidak lagi
53
53| Alasan Lail
54
54| Meyakinkan
55
55| Aku cemburu?
56
56| Bimbang
57
57| Diterima atau ditolak
58
58| Pernikahan
59
59| Kebahagiaan dan Penyesalan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!