15| Pendekatan Gaiden

...SELAMAT MEMBACA...

"Selamat malam," kata Gaiden disusul senyum lebar yang membuat matanya seperti bulan sabit.

Lail mengerjap tiga kali ketika beradu pandang dengan Gaiden sampai pada detik berikutnya Lail memekik tertahan dan hendak bangun namun luka disekujur tubuh terutama tangan membuat Lail meringis.

"Jangan gerak berlebihan, lukamu masih begitu baru terutama cedera di tangan kananmu," jelas Gaiden sembari membenarkan posisi baring Lail, merapikan selimut pada tubuh Lail kemudian berjalan keluar, memanggil pelayan untuk membawa makanan.

Gaiden kembali duduk di posisi awal, menunggu Lail mengutarakan sesuatu.

"Kau menyelamatkanku?" terka Lail.

"Ya."

Lail memejamkan mata berusaha menekan rasa pening yang mendera lalu ekor matanya melirik Gaiden sangat cemas. "A-apa kau menyelamatkan orang lain selain aku?"

"Ya, seorang pemuda. Dia pengawalmu?"

Lail mengangguk. "Bagaimana keadaannya?"

"Dia sudah sadar sore tadi lalu setelah melihatmu aku menyuruhnya untuk kembali beristirahat," beritahu Gaiden.

Kali ini Lail tidak menyesali pertemuannya dengan Gaiden justru bersyukur.

"Apa aku di rumahmu?" tanya Lail, suaranya begitu lemah.

"Ya."

Lail kurang yakin menyebutnya rumah karena bagian kamar ini saja sudah begitu luas ditambah desain heraldik di dinding terasa familier bagi Lail, ah! itu adalah lambang yang sama tersemat di pedang Gaiden, seekor singa bersayap yang memegang perisai emas.

Gaiden pasti bukan sekedar orang pemerintah, aura yang dipancarkan Gaiden cukup mampu menekannya, alih-alih memikirkan itu lebih lama, Lail justru terus memikirkan kusir yang tersenyum padanya ketika terjatuh. Kusir itu belum Lail lihat sebelumnya di mansion padahal setiap kusir yang dipekerjakan sudah Lail hapal wajahnya. Apa kusir baru? Tidak! Lail begitu yakin bahwa itu orang luar.

"Kepalamu sakit?" Telunjuk Gaiden menempel di antara dua alis Lail yang menukik.

Lail mengembuskan napas, menyingkirkan telunjuk Gaiden menggunakan tangan kiri. "Tidak."

"Terima kasih telah menyelamatkanku," sambung Lail penuh syukur.

Gaiden mengulas senyum tipis dan tak lama Sebas masuk sambil mendorong troli perak berisi makan malam. Gaiden mengerutkan dahi, bertanya-tanya mengapa Sebas yang membawa makanan.

"Baiklah, Sebas. Tolong urus dia, aku harus menemui Simon," kata Gaiden sambil berdiri.

Raut semangat Sebas mendadak sirna, padahal Sebas berharap Gaiden menyuapi Lail karena tangan kanan wanita itu sedang cedera.

"Eh!" Lail mengerjap ketika tangan besar Gaiden yang terasa kasar menelusup pada ceruk lehernya.

"Maaf," cicit Gaiden kemudian tangan bebas yang lain menyangga punggung Lail, membawa Lail untuk menyandar pada punggung kasur agar mudah ketika menyantap makanan.

Setelahnya Gaiden meninggalkan kamar, membiarkan Lail hanya menatap punggung lebarnya yang menghilang dari balik pintu.

Sebas tersenyum lalu duduk di sofa, tempat Gaiden duduk tadi. "Saya sangat senang melihat Grand Duke begitu memperhatikan anda."

Lail menelengkan kepala, sebelas alis terangkat dan tatapan hanya fokus pada pergerakan bibir Sebas yang nyaris tertutup kumis sepenuhnya. "Grand Duke?" beo Lail.

Sebas mengerutkan dahi, sama bingungnya seperti Lail. "Ya, Grand Duke. Pria gagah dan perkasa yang baru keluar tadi adalah Grand Duke Valazad," jelas Sebas lagi yang sukses membuat sekelebat ingatan-ingatan Lail ketika bersikap seenaknya pada Gaiden selama liburan di Gazea selama sepekan.

" ... Jangan bilang anda baru tahu dari saya?" terka Sebas dan diangguki Lail.

"Y-ya ..." Lail menjawab lesu kemudian menatap mata Sebas. "Apakah sekarang aku berada di Kastelnya?" Lail memastikan.

Sebas mengangguk. "Benar!"

"Hah ... Ya ampun," Lail membatin.

...***...

Paginya, dua pelayan membawa Lail ke dalam kamar mandi, mengusap lembut tubuh Lail di dalam bak berisi air dengan wewangian kelopak bunga. Luka itu masih agak basah jadi pelayan begitu hati-hati membersihkan tubuh Lail.

"Sudah berapa lama Nona dan Grand Duke bersama?" tanya salah satu pelayan.

Lail terhenyak dari lamunan, memilih mengamati kelopak bunga yang bergerak kian kemari akibat pergerakannya di air.

"Semua orang penasaran dengan ini karena untuk pertama kalinya Grand Duke memperlakukan seorang wanita seperti kekasihnya. Benar, kan?" imbuh pelayan satunya sambil tersenyum jahil.

Lail mengembuskan napas sambil geleng-geleng kepala, kenapa para pelayan ini begitu antusias mengenai hubungannya dengan Gaiden.

"Kami baru bertemu." Lail menjawab asal sambil memejamkan mata, menikmati hangatnya air.

Dua pelayan ini tentu tidak percaya, tapi mereka diam saja sampai selesai mengurus Lail hingga membantu Lail berpakaian.

Lail mengenakan dress canary berlengan Flutter. Gaun itu memiliki panjang hingga setengah tiang betis Lail lalu agian dada dari dress tersebut berbentuk V-kneck rendah, tidak terlalu mengekspos garis dada Lail.

Dua pelayan tadi menata rambut Lail dengan sederhana, disanggul sambil menyisakan anak rambut pada setiap sisi daun telinga kemudian memberi sentuhan akhir di wajah Lail disusul pewarna merah muda lembut membasahi bibir Lail agar tidak terlalu pucat.

"Wah, cantiknya," puji para pelayan ketika melihat pantulan wajah dan penampilan Lail di cermin. Itu terlihat indah dan anggun walau terhalang oleh sling (gendongan tangan patah) pada tangan kanan Lail.

Wajah Lail agak bersemu. "Terima kasih."

"Selamat pag .... Wah!" Sebas yang tiba-tiba muncul dibuat takjub melihat penampilan Lail.

"Selamat pagi, Sebas." Lail menyapa balik membuat Sebas tersadar dari lamunannya.

"Ekhem!" Sebas berdehem sambil membenarkan pita kupu-kupu pada kerah kemeja putihnya yang dibalut jas hitam lalu berujar, "Grand Duke menunggu anda untuk sarapan bersama."

Lail tampak ragu, sejak tahu ternyata Gaiden adalah Grand Duke, rasanya nyali Lail agak menciut, tapi menolak ajakan sarapan bersama seorang Grand Duke sekaligus penyelamatnya adalah hal yang tidak sopan serta tidak tahu diri.

"Mari, Sebas." Lail kemudian berjalan hati-hati, memar di kakinya sudah tidak terlalu terasa walau begitu di kondisi seperti ini Lail harus ekstra hati-hati.

Sekarang, Lail telah mengisi kursi kosong di ruang makan megah bersama Gaiden yang tampak tenang menikmati hidangan sementara Lail berusaha makan menggunakan tangan kiri.

"Perlu kusuapi?" Gaiden menawarkan bantuan namun, tawarannya itu membuat Lail terkejut hingga sendoknya jatuh, menciptakan dentingan cukup keras.

"Ah, maaf, Grand Duke," lirih Lail sambil membersihkan beberapa percikan noda makanan di sekitar piringnya.

Gaiden tersenyum tipis. "Sepertinya aku tidak perlu memperkenalkan diri lagi, ya."

Lail membalas tatapan Gaiden lalu mengangguk kecil, tidak perlu banyak bicara karena pria yang delapan tahun lebih tua darinya itu seperti mempermainkannya.

"Tapi aku lebih suka kita saling memanggil nama atau berbicara santai ketika tidak dalam acara resmi, seperti saat ini," ungkap Gaiden.

Tawaran ini adalah sebuah keberuntungan bagi seseorang, tentu saja Lail akan menerimanya ditambah mungkin jika semakin dekat dengan Gaiden, ia bisa melakukan hal yang besar, tapi Lail harus membuang pikiran itu jauh-jauh mengingat Gaiden memiliki kharisma yang kuat sehingga membuat Lail agak takut jatuh dalam pesonanya.

"Jika kondisimu sudah cukup baik, aku akan mengantarmu kembali ke Raitle. Aku khawatir ayahmu akan panik jika tahu putrinya mengalami hal buruk, jadi aku tidak memberi kabar apapun padanya, Lail Manuella, putri dari Duke Raitle."

Lail tersentak, namun buru-buru mengontrol emosinya. Tidak heran jika Gaiden tahu identitasnya, lebih dari itu Lail setuju dengan perkataan Gaiden, tapi mengantarnya kembali? Tidak! Itu tidak boleh terjadi karena pasti akan menciptakan rumor baru yang menghebohkan para bangsawan dan warga Raitle, bukan hanya Raitle, mungkin Gazea juga.

"Terima kasih, tapi aku akan kembali sendiri ke Raitle jika sudah pulih lagi pula, sebenarnya aku ingin menemui nenekku di Desa Agapi."

"Desa Agapi tidak jauh dari sini, aku akan menemanimu kalau begitu."

"Tidak perlu, aku bisa pergi sen—"

"Jangan terlalu keras kepala, kebetulan aku ada beberapa pekerjaan disana," potong Gaiden sembari bersedekap dada, menatap Lail lebih intens.

"Seharusnya aku tidak mengatakan tujuanku!" rutuk Lail sambil menunjukkan ekspresi kesal yang tertahan sehingga Gaiden benar-benar gemas melihatnya.

...BERSAMBUNG ......

Terpopuler

Comments

~Kay Scarlet~☘️🈴⃟🍥•⭐

~Kay Scarlet~☘️🈴⃟🍥•⭐

tempel terus grand Duke... 😄😄😄 bair nyaho nanti redial itu.. biar kna tebas ama grand duke

2024-12-27

0

nacho

nacho

😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘

2024-02-18

1

Ifarim

Ifarim

wkwkwk gaiden malah makin gencarr yaak

2022-10-10

5

lihat semua
Episodes
1 01| Kesempatan kedua
2 02| Bertemu Protagonis Wanita dalam Novel
3 03| Mengakhiri Pertunangan
4 04| Mengusik secara halus
5 05| Merasa Terancam
6 06| Rumor Buruk
7 07| Teman baru
8 08| Pria Misterius
9 09| Pemandu Tampan
10 10| Menghapus Rumor Buruk
11 11| Jay dan Wanner
12 12| Keracunan
13 13| Mengunjungi Nenek
14 14| Identitas yang Terkuak
15 15| Pendekatan Gaiden
16 16| Berangkat ke Desa Agapi
17 17| Kenapa Dia Selamat?
18 18| Menghadiri Pesta Pertunangan
19 19| Penyelamatan yang Membelenggu
20 20| Kejutan dari Lail
21 21| Kemarahan Gaiden
22 22| Perasaan Lail
23 23| Hadiah dari Ayah
24 24| Festival Lampion Cinta
25 25| Gelap Mata
26 26| Kejutan untuk Redia
27 27| Awal Baru
28 28| Lawan Sepadan
29 29| Iblis Kecil
30 30| Permintaan Maaf
31 31| Lawan atau Kawan
32 32| Semakin Memanas
33 33| Kuda-Kuda Mengamuk
34 34| Penyelesaian singkat
35 35| Merasa dikasihani
36 36| Perasaan Jay yang sesungguhnya
37 37| Kelalaian
38 38| Pengakuan Nilyar
39 39| Dipercepat
40 40| Hari yang buruk
41 41| Kepergian
42 42| Pengantar Surat
43 43| Hamil?
44 44| Lail Pov
45 45| Sekelebat Pertemuan
46 46| Calon Ratu Asylam
47 47| Undangan pernikahan
48 48| Pernikahan
49 49| Pencarian
50 50| Bertemu
51 51| Undangan dari Hendrixine
52 52| Tidak lagi
53 53| Alasan Lail
54 54| Meyakinkan
55 55| Aku cemburu?
56 56| Bimbang
57 57| Diterima atau ditolak
58 58| Pernikahan
59 59| Kebahagiaan dan Penyesalan
Episodes

Updated 59 Episodes

1
01| Kesempatan kedua
2
02| Bertemu Protagonis Wanita dalam Novel
3
03| Mengakhiri Pertunangan
4
04| Mengusik secara halus
5
05| Merasa Terancam
6
06| Rumor Buruk
7
07| Teman baru
8
08| Pria Misterius
9
09| Pemandu Tampan
10
10| Menghapus Rumor Buruk
11
11| Jay dan Wanner
12
12| Keracunan
13
13| Mengunjungi Nenek
14
14| Identitas yang Terkuak
15
15| Pendekatan Gaiden
16
16| Berangkat ke Desa Agapi
17
17| Kenapa Dia Selamat?
18
18| Menghadiri Pesta Pertunangan
19
19| Penyelamatan yang Membelenggu
20
20| Kejutan dari Lail
21
21| Kemarahan Gaiden
22
22| Perasaan Lail
23
23| Hadiah dari Ayah
24
24| Festival Lampion Cinta
25
25| Gelap Mata
26
26| Kejutan untuk Redia
27
27| Awal Baru
28
28| Lawan Sepadan
29
29| Iblis Kecil
30
30| Permintaan Maaf
31
31| Lawan atau Kawan
32
32| Semakin Memanas
33
33| Kuda-Kuda Mengamuk
34
34| Penyelesaian singkat
35
35| Merasa dikasihani
36
36| Perasaan Jay yang sesungguhnya
37
37| Kelalaian
38
38| Pengakuan Nilyar
39
39| Dipercepat
40
40| Hari yang buruk
41
41| Kepergian
42
42| Pengantar Surat
43
43| Hamil?
44
44| Lail Pov
45
45| Sekelebat Pertemuan
46
46| Calon Ratu Asylam
47
47| Undangan pernikahan
48
48| Pernikahan
49
49| Pencarian
50
50| Bertemu
51
51| Undangan dari Hendrixine
52
52| Tidak lagi
53
53| Alasan Lail
54
54| Meyakinkan
55
55| Aku cemburu?
56
56| Bimbang
57
57| Diterima atau ditolak
58
58| Pernikahan
59
59| Kebahagiaan dan Penyesalan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!