...SELAMAT MEMBACA...
Hari ini adalah terakhir kalinya Lail berada di Gazea, besok Lail akan segera kembali ke Raitle.
Ada satu yang harus kalian tahu, sejak beberapa hari lalu, Gaiden terus muncul di hadapan Lail. Lail berpikir bahwa ketika mereka berada dalam satu lulisan, itu adalah pertemuan terakhir mereka, tapi tiba-tiba Gaiden memesan kamar di kondotel satnight dengan alasan tidak bisa kembali ke rumah karena ada masalah sehingga Lail frustasi karena setiap kali keluar dari kondotel, ada saja waktu di mana mereka berpapasan dan dengan tingkah jahilnya, Gaiden terus membuat Lail dalam kesulitan.
Maka dari itu, sebelum pagi tiba, Lail telah mengepak barang-barangnya dan kembali sebelum fajar datang. Lail telah memasuki kereta kuda, menatap kondotel sejenak dan pergi. Padahal sejak tadi, Gaiden telah memperhatikannya dan diam saja lalu tak lama tergelak kala kereta kuda Lail melaju.
"Haah ... " Gaiden menutup wajahnya lalu tersenyum jenaka. "Kenapa dia bersikap berlebihan?"
"Bukankah terbalik, Grand Duke?"
Gaiden tersentak ketika Simon muncul di belakang dengan kantung hitam di bawah mata. Sejujurnya, Simon jadi kesal karena tingkah Gaiden, ia harus kehilangan Naika.
"Kau mengejutkanku," ungkap Gaiden.
"Maaf, Grand Duke."
...***...
...Mansion Duke Of Raitle...
Baru sehari sejak kembali dari Gazea dan Lail harus mendapat kabar kurang enak. Lagi. Rumor buruk mengenainya beredar kali ini jauh lebih parah dan tentunya Lail tahu ini ulah siapa, Redia.
Tirsia adalah pengepul informasi teraktual sementara Gaia seorang pembantai di kalangan wanita bangsawan maka dari itu Lail mulai menjalin hubungan baik dengan keduanya dan hari ini Tirsia, lah yang memberi tahu rumor yang tengah berseliweran mengenainya.
Lail pergi ke Gazea untuk menggoda Grand Duke karena merasa gagal memiliki Wanner, bukan itu saja bahkan Lail berencana bertunangan kembali dengan Wanner jika gagal mendapatkan perhatian Grand Duke, seperti itulah rumor saat ini.
Tidak ada orang luar yang tahu bahwa Lail ke Gazea kecuali penghuni mansion dan informasi seperti ini hanya mampu masuk ke lingkup sosial wanita bangsawan apabila si informan memiliki koneksi di sana dan Redia memiliki semuanya.
Lail meremas surat dari Tirsia lalu menatap datar pantulan wajahnya pada cermin. "Naika," panggil Lail.
"Ya, Nona?" Naika terlihat was-was mendapati raut marah Lail.
"Aku akan mengadakan pesta teh di kediaman kita. Sebar undangan ke delapan wanita bangsawan yang memiliki reputasi tinggi dan berpengaruh dalam lingkup sosial itu."
Naika menelan saliva gugup kemudian mengangguk mantap. "Ya, Nona."
...***...
Dari delapan wanita bangsawan yang menghadiri pesta teh Lail hari ini dua di antaranya adalah Tirsia dan Gaia. Sebelum berperang, Lail perlu menyiapkan satu senjata dan satu pelindung maka dari itu, Tirsia dan Gaia diundang.
"Siapa sangka kami akan di undang kemari," salah satu wanita bangsawan berujar.
Lail tersenyum, meraih satu buah scone, memakannya lalu meraih cangkir berisi teh hitam non-kafein, meneguk sebanyak dua kali sebelum meletakkannya kembali pada tatakan.
Pesta teh dilakukan pada bangunan kecil yang letaknya terpisah dari rumah utama. Dinding dari bangunan kecil ini di dominasi kaca tinggi berkubah kerucut yang mempertontonkan suasana taman di luar.
"Sebelumnya saya tidak pernah mengadakan pesta teh seperti ini. Untuk pertama kalinya saya ingin merasakan bagaimana pesta teh digelar secara pribadi oleh saya dan ternyata undangan yang saya pikir tidak akan diterima justru membawa kebahagiaan pada saya hari ini," tutur Lail sambil memasang ekspresi haru, matanya berkaca-kaca dihias rona merah lembut pada pipinya.
Para wanita bangsawan yang telah menikah tersebut gemas dan senang melihat Lail ternyata mendambakan kehadiran mereka dan senang hanya karena ini.
"Kami tidak berpikir untuk menolaknya melihat bagaimana undangan itu disiapkan dengan begitu indah."
Lail angkat kepala menatap tamunya. Yah, Lail menyiapkan undangan yang tidak pernah dipikirkan semua orang. Lail menyematkan sebuah karangan bungan pada surat lalu menyemprotkan parfum pada surat ditambah dalam penulisannya dibuat serapih dan seindah mungkin, siapapun pasti akan terpana dengan surat tersebut ditambah Lail yakin bahwa mereka tidak akan menolak karena membutuhkan gosip baru dengan mengorek tentangnya terkait rumor yang ada.
"Terima kasih." Lail tersipu.
Salah satu wanita bangsawan melirik Lail agak sinis lalu berkata, "Aku dengar Lady pergi ke Gazea. Apa benar bahwa Lady menemui Grand Duke?"
"Ini dia?!"
Lail tersenyum, tubuhnya menjadi lebih tegap dan tetap tenang untuk menanggapi pertanyaan wanita itu. "Dari mana anda mendengarnya?"
Si wanita itu merapatkan mulut, terlihat gugup karena tidak bisa menjawab pertanyaan Lail sementara Lail tertawa kecil demi mengusir suasana tegang sesaat barusan.
"Aku bahkan tidak tahu keberadaan Grand Duke atau mengetahui seperti apa rupanya, jadi bagaimana bisa menemuinya. Aku kesana karena penasaran seperti apa Gazea dan kebetulan pelayan pribadiku belum pernah kesana jadi kami menghabiskan waktu selama sepekan untuk menikmati tempat-tempat memukau di sana."
Semua tamu terdiam, benar juga. Tidak banyak orang yang tahu seperti apa rupa dari Grand Duke Valazad, tetapi yang pasti auranya sebagai Grand Duke tidak mampu disembunyikan.
"Apa kau pergi melihat pelabuhan di sana?" Tirsia jadi semangat karena sejujurnya dia selalu ingin kesana, tapi Jay selalu melarangnya dengan alasan dirinya akan kelelahan di perjalanan.
Lail mengangguk mantap. "Ya! Kota Gazea dikelilingi Laut Caebra yang indah ditambah banyak sekali tempat-tempat unik dan memukau lainnya."
Lail mengulas senyum tipis melihat respon para tamu yang kini antusias mendengar ceritanya bahkan tatapan sinis di awal pertemua hilang begitu saja.
"Aku jadi ingin kesana bersama suami dan anak-anakku," celetuk tamu tertua disana.
Lail mengangguk. "Itu pilihan yang bagus. Tapi jangan seorang diri, disana ada pemandu tampan yang suka menggoda wanita," kata Lail diselingi candaan sehingga gelakan lembut memenuhi ruangan itu.
Sementara di sisi lain, Redia marah karena Lail menyelenggerakan pesta teh tanpa mengundang dan memberitahunya!
"Sialan! Sebenarnya kenapa semua jadi kacau begini! Seharusnya dia tidak berubah dan tetap menjadi kakak yang bodoh!" Redia meraung sambil membanting barang-barang di atas nakas.
...***...
Malam telah muncul dan Lail baru selesai makan malam. Pesta teh berjalan sangat baik karena beberapa dari mereka telah memiliki pandangan baik padanya dan tentu rumor akan berakhir perlahan berkat ceritanya itu.
"Eh?"
Lail yang hendak ke kamar mengurungkan niat melihat kereta kuda Anom baru memasuki halaman mansion disambut oleh Rebelia.
Anom terlihat kelelahan ketika menyambut pelukan Rebelia, pasangan itu cukup akur rupanya. Lail tidak berpikir untuk menghancurkan hubungan ayahnya dengan ibu sambungnya karena sejak awal Rebelia memang tidak mengusiknya bahkan di kehidupan dulu pada novel yang Lail baca, Rebelia sempat membela Lail agar terhin dar dari kematian, tapi sayangnya sikap tidak mau dikasihani Lail membuat Rebelia menarik diri.
Anom masuk ditemani Rebelia, namun Anom menyuruh Rebelia ke kamar lebih dulu sementara dirinya pergi ke ruang kerja sambil duduk di kursi dengan mengusap wajah kasar.
"Ayah ... "
Anom membuka mata, duduk tegap dan memandang ke arah pintu.
"Masuklah."
Lail masuk dan mendekati Anom. "Sepertinya ayah tidak baik-baik saja. Apa terjadi sesuatu?"
Anom terkesiap namun sedetik kemudian mengulum senyum. Tatapan penuh kekhawatiran Lail mengingatkannya pada mendiang Yasryl, istri pertamanya.
"Tidak ada."
Lail mengembuskan napas. Awalnya Lail memang mau menjauhi Anom, tapi tiba-tiba seiring berjalannya waktu, Lail mengubah pandangannya. Dia tidak mau menyesali hal yang sama seperti kehidupan sebelumnya yakni tidak dekat dengan ayahnya.
"Katakanlah, Ayah. Mungkin aku bisa membantu."
Anom melihat keseriusan di mata Lail dan akhirnya menjawab, "Bulan lalu terjadi penyeludupan indigo cake di Gazea dan salah satu penyeludup ada di Raitle. Orang kaya menggunakannya untuk membeli budak untuk dijadikan sebagai gladiator dengan taruhan besar. Budak-budak yang dijadikan gladiator rata-rata anak di bawah umur."
"Apa Ayah sudah menangkap para pelaku?" tanya Lail.
Anom mengangguk. "Ya. Tapi ayah sedikit bingung mengurus pada budak yang telah dibebaskan."
"Kita perlu memberikan kehidupan yang layak juga mengembalikan hak mereka, Ayah."
Anom mendengarkan penjelasan Lail.
"Mempekerjakan anak di bawah umur di luar batas kemampuannya merupakan kejahatan. Kita perlu memberi mereka perlindungan sampai akhirnya bisa dilepaskan, Ayah."
Anom tanpak berpikir, ragu untuk mengatakan apakah Lail bisa membantunya lagi, tapi Lail tiba-tiba mengajukan diri dan akan menjadi sukarelawan untuk mengurus anak-anak yang baru dibebaskan dari perbudakan.
"Jika ayah tidak keberatan, biarkan aku ikut membantu," ucap Lail tegas.
"Ayah akan sangat terbantu berkat uluran tanganmu. Tolong bantu ayah menjaga Raitle, Nak." Anom tersenyum bangga.
...BERSAMBUNG ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
~Kay Scarlet~☘️🈴⃟🍥•⭐
yosh... ayahnya udah percaya penuh sama Lail... semangat kk othor
2024-12-27
0