...SELAMAT MEMBACA...
Anak-anak terbaring di tempat tidur dan belum sadar. Setiap kening mereka terdapat kain demi meredam demam tinggi.
Maina dan pengurus lain sibuk mengurus anak-anak setelah Lail mengatakan bahwa anak-anak keracunan makanan sehingga muntah-muntah dan mengalami demam tinggi.
Mata Maina berpendar untuk mencari keberadaan Lail karena saat insiden terjadi, Lail begitu panik hingga menangani anak-anak dengan tubuh gemetar penuh ketakutan dan kekhawatiran.
Namun, kini Lail berada di luar pintu belakang panti seolah menunggu seseorang dan tak lama pintu itu terbuka, menampakkan seorang wanita muda menggendong tas kain di pundak. Dia adalah Oktal, gadis muda yang memperkenalkan diri sebagai pengurus baru pengganti di panti. Sejak awal Lail sudah mencurigai gerak-geriknya apalagi ketika insiden terjadi, Oktal justru buru-buru menjauh.
Oktal terkejut melihat Lail di sana dan hendak berlari namun, Lail tiba-tiba menghentikannya, berakhir dengan tubuh tengkurapnya ditindih oleh Lail yang tengah mengikat kedua tangannya ke balik punggung.
Lail telah menyediakan tali tebal sebelum berjaga di sana, setelah mengikat tangan, Lail lantas mengikat kedua kaki Oktal kemudian mengeretnya di tempat yang lebih sepi agar pembicaraannya tidak diketahui.
"Katakan padaku, jangan membuatku bertanya dua kali atau anak di foto ini akan menerima akibat perbuatanmu." Lail menunjukkan sebuah foto yang keluar dari tas kain yang telah lepas dari gendongan wanita itu.
Oktal erbelalak dan memberontak hendak mengambil foto ia bersama adiknya namun Lail langsung menaruhnya di saku.
"Cepat katakan!" Kilatan di mata Lail membuat Oktal bergidik ngeri, peluh di tubuhnya muncul tanpa putus hingga kulit terasa lengket.
"Nona Redia menyuruh saya melakukannya. Dia memberi saya racun itu untuk meracuni anak-anak agar anda kesulitan," jelasnya parau.
Mata Lail bergerak, melirik botol racun berguling dari mulut tas kemudian diraihnya racun itu sembari mencekam dagu Oktal.
"Aku akan mencekokimu ini."
Si wanita mulai menangis sambil menggelengkan kepala. "J-jangan, adikku masih membutuhkanku! Kumohon!"
Lail tertawa sumbang lalu menampar Oktal. "Padahal kau punya adik, tapi kenapa tega melakukannya!" bentak Lail.
Oktal mengalihkan pandang, tatapannya menjadi kian sendu. "Saya membutuhkan uang untuk menyembuhkan adik saya yang sakit keras."
Lail mengetatkan rahang kemudian menarik wajah Oktal untuk lebih dekat dengannya. "Mulai sekarang, dengarkan aku jika kehidupan adikmu tidak mau hancur."
Oktal gemetar ketakutan walau begitu memberi anggukan pada Lail. "S-saya akan mendengarkan Nona."
"Kalau begitu lakukan ini untukku," ucap Lail sembari memberi perintah baru pada Oktal.
Setelahnya Lail membiarkan Oktal kabur sementara dirinya masuk ke panti dan menemui Maina.
"Aku akan ke Raitle, memanggil perawat agar anak-anak cepat sembuh."
Panti Amare berada di pinggir kota Raitle sehingga tidak ada dokter yang bisa dimintai petolongan dalam waktu cepat ditambah mereka kekurangan obat. Lail hanya mampu memberi pertolongan pertama pada anak-anak.
"Aku akan ikut." Maina menawarkan diri dan Lail tidak bisa menolaknya jadi malam ini mereka langsung pergi ke perkotaan menggunakan kereta kuda.
Lail segera mendatangi dokter kenalan ayahnya lalu meminta tolong diberi beberapa perawat untuk mengurus anak-anak setelah itu Lail kembali bersama dua kereta kuda yang diisi oleh dokter dan perawat.
Dokter dan para perawat mulai sibuk mengurus anak-anak begitu pun Lail yang selalu berada di dekat dokter.
Pukul 02.00 pagi.
Lail mengusap wajah kasar dan duduk di kursi pada luar ruangan yang sekarang jadi bangsal anak-anak.
"Lail, istirahatlah."
Maina membujuk namun, Lail enggan melakukannya. Sejujurnya, ia jadi merasa bersalah atas kejadian ini karena Redia menargetkan dirinya.
"Aku akan berjaga, Bibi. Tolong jangan membujukku lagi," irih Lail.
Maina tidak bisa berkata apapun lagi jadi membiarkan Lail di sana sementara semua beberapa oramg mulai beristirahat.
...***...
...Mansion Duke Of Raitle...
Esok harinya, tepatnya di siang hari di kediaman Redia.
"Pftt ... Hahahah!"
Redia tertawa panjang mendengar perkataan Oktal, salah satu pelayan yang ditugaskan untuk menyamar sebagai pengurus panti penggati di Panti Amare.
"Jadi, dia begitu ketakutan dan nyaris pingsan karena anak-anak itu keracunan? Hahaha .... Pasti dia sangat terpuruk saat ini, kasihan sekali kakak ..." Redia geleng-geleng masih dengan senyum bahagia terpatri di wajah.
Sementara mata Oktal hanya fokus pada ketel di meja, tak lama Redia meninggalkan kursi lalu membelakangi Oktal.
"Andai aku bisa melihat ekspresi kakak saat itu. Haah, sayang sekali, ya, aku tidak melihatnya, Oktal." Redia memutar tubuh menghadap Oktal sedangkan Oktal langsung menunduk dan mundur dua langkah pada posisi sebelumnya.
"Y-ya, Nona. Kakak anda bahkan kewalahan ketika berusaha menolong anak-anak itu. Menurut saya, pasti dia akan menyalahkan diri apabila gagal menyelamatkan anak-anak itu."
Redia kembali tertawa dan bertepuk tangan. "Kau benar dan aku tidak sabar menantikan kepulangannya!" Redia kembali duduk di kursinya dan mulai menuang teh dari ketel pada cangkir porselen.
"Kerja bagus, Oktal. Sesuai janjiku, ambilah uang ini untukmu." Redia kemudian melempari Oktal setumpuk uang dalam amplop cokelat.
Oktal membungkuk berkali-kali kemudian izin undur diri. Setelah keluar, Oktal langsung bergegas meninggalkan mansion. Dia tidak akan bekerja lagi di sini dan akan pergi sejauh mungkin dari Raitle, bukan kemauannya melainkan karena ancaman Lail. Bahkan kata-kata yang diucapkannya pada Redia adalah perintah dari Lail, tapi bukan itu rencana utama Lail melainkan membiarkan Redia jatuh karena racunnya sendiri.
"Argh!"
Redia bersimpuh di lantai sambil menyentuh tenggorokan setelah meneguk habis secangkir teh. Mata Redia menatap bibir pintu, dimana Oktal baru saja pergi.
"S-sialan!"
Ketika Redia berbalik arah membelakanginya, saat itu pula Oktal menaruh racun dalam ketel berisi teh Redia maka dari itu, Oktal harus kabur lebih cepat agar tidak tertangkap.
...***...
"Lady, ada surat untukmu."
Seorang pengurus panti memberi surat pada Lail. Lail keluar dari bangsal menuju kamarnya. Sekarang, kondisi anak-anak jauh lebih baik, untung saja racun itu tidak mematikan.
[Saat ini mansion tengah berisik. Nona Redia diracuni oleh seseorang! Sekarang Duke dan Duchess sedang mengintrogasi semua penghuni mansion. Untuk saat ini, Nona Redia terus mengeluh. Cepatlah kembali dan berhati-hatilah selalu, Nona.]
"Kenapa tidak mati sekalian saja?" Lail tampak kecewa mengetahui keadaan Redia.
Tidak, ini baru permulaan. Mulai sekarang Lail berencana membalas dua kali lebih parah apa yang akan Redia lakukan padanya.
...BERSAMBUNG .......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
~Kay Scarlet~☘️🈴⃟🍥•⭐
ya ampun... redia ini masih kecil tapi udah jahat banget.. kalo gede kayaknya bakal jadi iblis ini mah...
2024-12-27
2
Paramitha Tikva
👍😘
2022-10-09
1
Paramitha Tikva
main cantik
2022-10-09
2