...SELAMAT MEMBACA...
Lail menghabiskan waktu sebulan untuk mengurus masalah irigasi bersama ayahnya, sebenarnya itu selesai lebih cepat namun, Lail banyak menghabiskan waktu untuk memeriksa perkembangan lahan para petani dan hasilnya memang cukup baik. Keberhasilan pertama Lail ini membuatnya dibanggakan oleh warga Jaik bahkan Anom terlihat puas dengan kerja keras Lail.
Dampak baik lainnya, penghuni mansion telah memiliki pandangan berbeda akan sosok Lail hingga perlakuan serta tatapan buruk padanya telah berganti menjadi lebih baik.
"Sudah lama kakak tidak pergi berbelanja. Apa kakak tidak mau membeli beberapa barang bersamaku?"
Sekarang Lail berada di perpustakaan, seperti biasa ia hanya membaca buku sambil menikmati teh hingga siang hari, tapi ini masih jam sepuluh pagi dan Redia bersama pelayan pribadinya menghampiri Lail.
Lail menolak ajakan Redia mengingat pakaian baru masih banyak di dalan lemari pakaian juga beberapa barang-barang seperti aksesori membuat sesak laci-laci di kamarnya.
Redia jadi kesal karena Lail terus menolak ajakannnya hingga akhirnya dengan geram buku dalam genggaman Lail ditarik secara kasar dan menyenggol cangkir teh pada meja kecil bundar di sisi Lail duduk.
Cangkir pecah menjadi serpihan yang tercerai berai di sekitar Lail. Naika yang melihat itu terkejut, bukan karena gelas yang pecah melainkan tindakan kurang ajar Redia.
Lail masih duduk namun matanya bergerak untuk mengintimidasi Redia yang berlagak tidak bersalah bahkan menjatuhkan buku tadi di antara mereka.
"Akhirnya kau menunjukkan wujud aslimu, ya," kata Lail sembari mengulas senyum sinis lalu melirik ke arah pintu masuk perpustakaan, dimana beberapa pelayan datang karena mendengar suara cangkir jatuh tadi.
Menyadari sekelilingnya mulai ramai, Redia segera bersimpuh di hadapan Lail sembari menangis sesegukan membuat Naika hendak memaki dan membeberkan fakta yang terjadi namun, Lail menahan dengan memberi kode tangan.
"Apa yang terjadi?"
"Sepertinya Nona Lail menganiaya Nona Redia."
"Kukira dia telah berubah."
"Kasihan sekali Nona Redia."
Beberapa pelayan mulai menuduh Lail hingga Redia tersenyum tipis di sela-sela isakan palsunya sementara Lail meminta pelayan pribadi Redia membersihkan pecahan cangkir.
Namun pelayan itu tidak mengindahkan perintah Lail sampai akhirnya ibu Redia sekaligus ibu sambung Lail datang.
"Apa yang terjadi di sini, Redia?" Rebela, ibu Redia bertanya sambil membantu Redia berdiri.
"Kakak marah ketika aku datang untuk menyapanya karena aku mengusik waktunya jadi kakak tidak sengaja menyiramku dengan tehnya," jawab Redia.
"Apakah itu benar, Lail?!"
Lail berdiri kemudian membungkuk rendah pada Rebela. Bukannya menjawab, Lail justru memanggil penjaga perpustakaan dan memintanya menjelaskan apa yang terjadi.
Seorang pria muda mendekat, menatap Lail sejenak lalu memberitahu apa yang terjadi.
"Nona Redia tiba-tiba datang dan mengajak Nona Lail untuk berbelanja, tapi Nona Lail menolaknya. Tidak lama tiba-tiba Nona Redia menarik kasar buku yang dipegang oleh Nona Lail dan menjatuhkan cangkir berisi teh."
Rebela terkejut lalu menatap Redia dengan kecewa sementara Redia berusaha mengelak namun, sekali lagi Lail membuatnya telak.
"Jika aku menyiramnya, kenapa justru gaunku yang basah, Duchess? Lihatlah, bahkan pecahan dari cangkirku tidak berkeliaran di sekitar Redia melainkan di sekitarku."
Redia menunduk malu sementara Lail mendekat sambil menyentuh bahu pelayan pribadi Redia.
"Aku tidak akan membesarkan masalah ini, Duchess. Tapi ...." Lail melototi si pelayan ketika berani angkat kepala dan menatapnya. "Ajarkan pelayan ini lebih keras tentang tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pelayan." Lail meremas bahu pelayan tersebut hingga terdengar ringisan.
Rebela dan Redia bergidik melihat tindakan Lail tapi sedetik kemudian Lail melempar senyum ke arah mereka dan melepaskan cengkamannya pada bahu si pelayan.
"Aku harus mengganti gaunku, jadi aku harus pergi." Lail kemudian keluar dari sana tanpa banyak bicara lagi sementara Rebela memarahi Redia.
Walau ibu sambung bagi Lail, Rebela tidak seburuk Redia justru Rebelaa bersikap adil pada keduanya namun, terkadang ada waktu dimana Rebelaa harus melindungi Redia walau tahu Redia melakukan kesalahan.
...***...
"Haah ... "
Lail mengembuskan napas lega karena telah keluar dari mansion, menghirup udara segar sembari berjalan-jalan di perkotaan lalu duduk di kursi yang letaknya tidak jauh dari air mancur yang berada di tengah alun-alun kota.
Lail menarik napas dalam-dalam lalu tersenyum puas melihat bagaimana Redia kalah dalam perang yang diciptakan sendiri walau demikian terlihat kesedihan di mata Lail.
Seharusnya dia bersyukur telah diberi kehidupan kedua, tapi sampai saat ini banyak hal yang membuatnya rindu kehidupan sebelumnya.
"Lail ...."
Lail menengadah dan mendapati Wanner berdiri di hadapannya dengan senyum simpul, tidak seperti biasa.
Lail tidak menanggapi dan memilih memalingkan wajah, mencari hal menarik yang bisa dilihat, tapi Wanner justru duduk di sampingnya dan berusaha mengajaknya berbicara.
"Kau benar-benar berubah, ya." Wanner memulai percakapan dengan canggung.
"...."
Lail tetap diam kemudian hendak pergi dari sana, tapi Wanner sigap mencekal pergelangan tangan kanannya membuat Lail terkejut hingga spontan menyentak secara kasar.
Wanner menatap nanar tangannya lalu beralih beradu padang dengan Lail, ternyata benar bahwa sudah tidak ada cinta baginya di mata Lail melainkan rasa benci yang membuncah.
"Maaf. Aku tidak bermaksud lain. Kebetulan aku melihatmu jadi hendak menyapa. Bagaimana kabarmu?" tanya Wanner.
Lail mengembuskan napas setelah merasa tenang lalu menjawab, "Jauh lebih baik."
"Senang bisa melihatmu lagi." Wanner tertawa kecil sementara Lail hanya diam.
Entah kenapa kini ada rasa sesal menyelinap di hati Wanner. Sejak tahu Lail sungguh memutuskan pertunangan, Wanner merasa kesepian karena tidak ada lagi yang mengunjungi pagi-pagi, mengikutinya dan bercoleteh hal yang tidak penting.
"Sekarang kita tidak memiliki hubungan apapun, jadi tolong jangan terlalu dekat denganku, Marquess."
Lidah Wanner menjadi berat ketika hendak membalas perkataan Lail hingga akhirnya Lail pergi meninggalkannya. Sementara Wanner untuk pertama kalinya merasakan debaran yang membuat perasaannya sakit. Pengabaian Lail terhadapnya membuat Wanner seolah kehilangan sesuatu.
"Apa dia merasakan hal yang sama setiap kali aku mengabaikannya?" gumam Wanner.
Sementara itu, Aiksa geram melihat Wanner baru saja terlibat perbincangan dengan Lail. Padahal hari ini Aiksa minta ditemani berbelanja tapi tiba-tiba Wanner menghilang dan malah bertemu Lail. Maka dari itu, selama perjalanan pulang Aiksa diam saja sampai akhirnya ketika Wanner selesai mengantar Aiksa kembali ke rumah, Wanner memberanikan diri untuk bertanya mengapa Aiksa diam saja dan terlihat marah.
"Apa aku membuatmu marah, Sayang?" tanya Wanner yang telah mengantar Aiksa ke kamar.
Aiksa mengetatkan rahangnya lalu membuang wajah sambil berujar kesal. "Kenapa Marquess diam-diam menemui Lady Lail?! A-apa Marquess mencoba kembali padanya!"
Wanner terbelalak, jadi Aiksa melihat kejadian itu. "Hah, itu tidak seperti yang kau pikirkan, Sayang." Wanner berusaha menenangkan.
"Apa Lady Lail mengajak Marquess bertemu? Aku sudah tahu sejak awal kalau Lady Lail hanya pura-pura menjauhi Marquess dan mencoba menggoda Marquess kembali agar hubungan kita hancur!"
"Apa yang kau katakan, Sayang? Lail tidak melakukan apapun, jangan sembarangan menuduhnya." Wanner menyela cepat namun, hal tersebut justru menyulut emosi Aiksa.
"Lihat! Sekarang Marquess membela Lady Lail!"
Wanner mendengus kasar lalu menatap jengkel Aiksa yang tangisnya kian keras membuat Wanner pening mendengarnya. Aiksa selalu saja membesarkan masalah kecil bahkan bersikap berlebihan, hal itu tidak disukai Wanner dari Aiksa.
"Diamlah, Aiksa!" bentak Wanner.
Aiksa sontak diam, memandang Wanner kecewa lalu mendorong Wanner keluar dari kamar, mengunci pintu dan meminta Wanner segera pulang karena dia tidak mau melihat Wanner untuk sementara waktu.
"Hah .... Semakin lama dia semakin menyebalkan," batin Wanner kemudian pergi dari sana tanpa membujuk Aiksa lagi.
...BERSAMBUNG ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
~Kay Scarlet~☘️🈴⃟🍥•⭐
seru othor.. kak andi keren keren novelnya 😍
2024-12-26
0
Dede Mila
/Chuckle//Chuckle//Chuckle//Chuckle/
2024-05-02
0
AK_Wiedhiyaa16
Nah, rasain tuh sifat menyebalkan wanita selingkuhan pilihanmu
2022-10-14
10