Gairah Cinta Zerin & Zidan
Setiap manusia pasti memiliki sisi gelap. Sisi itu seringkali disembunyikan dalam kotak pandora yang rapi - Auraliv.
...༻∅༺...
Cantik jelita. Itulah Zerin Anindita. Sering disapa dengan panggilan Zerin. Bahkan ada banyak lelaki di kampus yang menganggap Zerin gadis sempurna.
Zerin memiliki wajah berbentuk oval dengan kulit putih bersih, hidung mancung, bibir tipis dan berambut pendek sebahu. Ia juga dikenal sebagai gadis yang memiliki segudang prestasi. Semenjak sekolah dasar, Zerin selalu meraih juara satu. Tidak heran dia dapat dengan mudah meraih beasiswa di Fakultas Kedokteran.
Selain cantik, Zerin juga selalu tampil modis. Dia populer dan mempunyai banyak teman di kampus. Semua orang menganggap Zerin berasal dari keluarga konglomerat. Tetapi pada kenyataannya tidak seperti itu.
Semua orang mungkin melihat Zerin adalah sosok sempurna. Namun siapa yang menduga? Dibalik kecantikan, prestasi, dan sikap baiknya, Zerin sebenarnya hanyalah putri seorang pembantu rumah tangga.
Zerin berusaha keras menutupi fakta bahwa dirinya adalah anak orang miskin. Lalu bagaimana dengan tampilan modis dan barang bermerek yang selalu dipakainya ke kampus?
Ada satu lagi rahasia Zerin. Bahkan lebih besar dibanding gayanya yang selalu bersikap seperti anak orang kaya. Yaitu pekerjaannya sebagai sugar baby.
Zerin terpaksa bekerja di malam tertentu demi mendapat uang tambahan yang banyak. Selain tidak mau merepotkan ibunya, dia juga butuh uang untuk menunjang penampilannya saat ke kampus. Walaupun begitu, fakta mengenai pekerjaannya sebagai sugar baby juga dirahasiakan dari sang ibu.
Meski menjadi sugar baby, Zerin masih perawan. Dia selalu melayani para lelaki hidung belang dengan cara tertentu. Satu hal yang pasti, Zerin bertekad melindungi keperawanannya bagaimanapun caranya.
Sekarang adalah semester kedua kuliah. Zerin baru saja selesai mandi. Dia bersiap mengantar sang ibu ke rumah majikan.
"Rin, kamu sebaiknya nggak usah ikut. Bukankah hari ini ada jam kuliah?" tanya Lia. Wajah keriputnya tersebut menunjukkan kekhawatiran.
"Enggak apa-apa, Bu. Lagian jam kuliahnya siang. Aku bisa bantuin Ibu dulu," jawab Zerin. Ia sebenarnya sangat menyayangi sang ibu. Namun lingkungan pertemanan serta tuntutan zaman membuatnya harus melakukan banyak hal buruk.
"Ya sudah. Ayo kita pergi." Lia tersenyum bangga sembari memegang lembut pipi Zerin. Dia segera pergi dibonceng oleh Zerin menggunakan motor.
Ketika Zerin nyaris menjalankan motor, Lia tiba-tiba mencegat. Atensinya terfokus ke rok mini yang dikenakan sang anak. Lia baru sadar kalau rok yang dikenakan Zerin sangat pendek. Sebab rok tersebut menyusut saat putrinya duduk mengangkang di atas motor.
"Rin, kamu sebaiknya ganti rokmu sama yang lebih panjang. Nggak baik kalau dilihat orang. Apalagi sama lelaki. Kalau mengundang syahwat orang jahat bagaimana?" tegur Lia.
Zerin justru terkekeh. Dia tetap menjalankan motornya. "Astaga, Bu... Ini sudah biasa. Lagian kalau ada yang gangguin kan tinggal aku tonjok mukanya. Ibu tahukan aku jago karate," tanggapnya santai.
Lia lantas geleng-geleng kepala. Dia tahu bagaimana keras kepalanya Zerin saat diberi nasehat.
Lia bekerja di rumah keluarga Dirgantara. Perusahaan bisnis keluarga Dirgantara sendiri adalah salah satu yang terbesar di Asia. Wira Dirgantara yang merupakan pemilik perusahaan bahkan masuk sebagai salah satu orang terkaya se-Asia Tenggara.
Keluarga Dirgantara sudah cukup mengenal Zerin. Hubungan mereka cukup akrab. Keluarga Dirgantara memang dikenal dermawan dan ramah. Bahkan kepada pembantu-pembantu di rumahnya. Terutama Arni Dirgantara yang tidak lain adalah istri dari Wira Dirgantara.
Kini Zerin sedang sibuk memotong sayuran. Dari balik pintu, muncullah Arni dengan senyuman. Auranya sangat menenangkan. Walau sudah paruh baya, Arni tetap terlihat awet muda.
"Hai, Nyonya Arni." Zerin menyapa sambil sedikit membungkuk.
"Santai aja, Rin. Kamu nggak kuliah hari ini?" tanya Arni.
"Kuliah, tapi jam dua nanti. Masih lama," jawab Zerin.
"Oh iya, Rin. Aku lupa bilang kalau Tuan Zidan akan pulang besok. Katanya dia mau kuliah di jurusan yang sama kayak kamu," cetus Lia. Masuk ke dalam pembicaraan. Dia membicarakan putra Arni yang sudah lama tinggal di luar negeri.
"Iya, aku paksa Zidan biar lanjutin kuliah di sini. Dia terlalu lama di luar negeri. Takut nggak kenal lagi sama orang tuanya sendiri. Ini aja dia selalu lupa telepon sama ibunya sendiri," tanggap Arni sekaligus bercurah hati.
Deg!
Jantung Zerin dibuat kaget. Sebab jika Zidan berkuliah di sini, maka otomatis dia pasti akan kuliah di Universitas Wijaya Dirgantara. Kampus yang tidak lain adalah tempat Zerin berkuliah sekarang.
Bila Zidan memang akan kuliah di kampus yang sama, maka otomatis rahasia Zerin akan ketahuan. Gadis itu takut teman-temannya mengetahui jati dirinya.
"Ka-kapan Tuan Zidan-nya kuliah ya, Nyonya?" tanya Zerin memastikan. Dia agak tergagap.
"Lusa nanti dia sudah bisa kuliah. Kebetulan Papahnya sudah mengurus semuanya ke Universitasmu," sahut Arni. Membuat Zerin harus menenggak salivanya sendiri.
Mata Zerin meliar ke segala arah. Dia harus memikirkan sesuatu agar rahasianya tetap terjaga.
...***...
Hari dimana Zidan datang ke Indonesia akhirnya tiba. Dia baru saja menjejakkan kaki di bandara. Menunggu jemputan dari kedua orang tuanya.
Zidan Dirgantara, digadang-gadang akan menjadi pewaris bisnis keluarga Dirgantara. Selain tajir, Zidan berwajah rupawan.
Zidan berambut cepak, berbadan tinggi semampai, dan berkulit putih bersih. Dia memiliki tatapan mata tajam yang akan membuat banyak gadis bertekuk lutut.
Mungkin definisi sempurna cocok untuk seorang Zidan. Namun setiap manusia selalu memiliki rahasia bukan? Zidan pun begitu. Dia juga tak jauh berbeda dari Zerin. Tetapi pastinya rahasia Zidan jelas berbeda dengan milik Zerin.
Belum cukup lama menunggu, Arni dan Wira akhirnya datang. Mereka memeluk Zidan dengan bergantian. Lalu membawa sang putra pulang ke rumah.
"Zidan, kamu mau makan dulu?" tawar Arni sembari merangkul sang putra. Kebetulan mereka sudah tiba di rumah.
"Nanti aja, Mah. Aku mau istirahat ke kamar. Bikinkan aku minuman segar aja ya," ujar Zidan.
"Beristirahatlah, Dan. Besok kamu harus bersiap untuk kuliah," sahut Wira. Ia menepuk pundak Zidan.
Sejak kecil, Wira memang bertekad menjadikan Zidan dokter. Hal itu karena semua bisnisnya berkaitan dengan kebutuhan medis. Dari alat bahkan sampai obat-obatan. Wira juga memiliki rumah sakit sendiri yang tersebar di sepuluh kota. Pendidikan yang dibangunnya juga selalu mengutamakan ilmu medis.
Wira ingin Zidan memahami dunia medis lebih banyak darinya. Karena dia tahu bisnis dibidang itu sangat menguntungkan dibanding makanan dan lainnya. Saham Wira bahkan hampir tidak pernah mengalami penurunan. Ia berharap saat Zidan menjadi direktur nanti, sang putra dapat bekerja lebih baik darinya.
Sekarang Zidan baru memasuki kamar. Senyuman cerahnya tadi seketika berubah menjadi cemberut. Dia menendang kasar kopernya sendiri. Zidan segera memanggil seseorang melalui ponsel.
"Sial! Baru beberapa detik di sini aku sudah nggak betah!" keluh Zidan. Pada teman dekatnya bernama Reza.
"Bwahaha! Pasti karena takut nggak bisa bebas kan? Kasihan sekali. Harusnya kau bikin alasan apa gitu," tanggap Reza dari seberang telepon. Dia merupakan teman Zidan dari Indonesia yang kebetulan tinggal di luar negeri. Keduanya akrab saat tinggal bersama di Amerika.
"Pastinya itu sih! Aku--" ucapan Zidan terhenti saat mendengar pintu diketuk. Dia lantas mengakhiri panggilan telepon. Lalu menyuruh orang yang datang untuk masuk.
Sosok Zerin muncul dari balik pintu. Dia datang membawakan Zidan minuman segar. Gadis itu sempat terkesiap menyaksikan sosok Zidan.
'Ganteng juga. Tapi dari penampilan, yakin sih lelaki kayak gini playboy,' komentar Zerin dalam hati. Meskipun begitu, dia berusaha bersikap senormal mungkin.
Hal serupa sebenarnya juga dipikirkan Zidan. Naluri kejantanannya aktif saat melihat sosok Zerin. Lelaki itu bahkan mengamati Zerin dari ujung kaki sampai kepala. Ia sempat terpana dengan kecantikan Zerin. Tetapi pakaian yang dikenakan gadis tersebut membuatnya memikirkan hal lain.
'Cantik tapi... Terlihat lusuh. Dia jelas anak orang miskin. Aku yakin pasti anak pembantu Mamah,' batin Zidan.
"Selamat datang ke rumah, Tuan Zidan..." ucap Zerin seraya meletakkan minuman ke atas nakas. Dia segera memutar tubuhnya menghadap Zidan.
"Terima kasih," sahut Zidan. Dia mengira Zerin akan segera pergi. Tetapi gadis itu masih diam di tempat sambil menggigit bibir bawahnya.
"Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan?" tanya Zidan.
"Iya... Ini mengenai kampus tempat anda akan berkuliah besok," gagap Zerin. Dia meragu. Sebab kedatangannya menemui Zidan karena ingin membicarakan sesuatu. Tentu saja berkaitan dengan reputasinya di kampus. Zerin ingin semua itu tetap terjaga. Namun apakah Zidan bersedia membantunya?
..._____...
..._____...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Indri Ani40
visual zerin+zidan Artis Korea y...
2023-09-24
0
Imas Maela
cuco...
2022-12-12
0
zeaulayya
Omg .. visualnya zerin dan zidan 😍 mana liatnya si rambut cepak heemm gemess dech , thor aku kaburr kesni juga🤭
2022-10-07
1