Semua orang memiliki kegilaan masing-masing terhadap sesuatu. Ada yang bisa mengendalikan, tetapi ada juga yang tidak - Auraliv.
...༻∅༺...
"Satu-satunya jalan keluar untuk kita berdua adalah kesepakatan. Kita harus bicara serius berdua!" ujar Zidan. Mengabaikan penukasan Zerin perihal foto.
"Baiklah! Jangan lupa bawakan uangku! Aku ingin uang kas kali ini, " sahut Zerin. Dia mengakhiri panggilan telepon lebih dulu.
Zidan mengusap kasar wajahnya. Dia berusaha menahan amarah. Zerin benar-benar membuat pitamnya memuncak. Zidan hanya bisa menggeram sambil menendang nakas berulangkali.
Bertepatan dengan itu, Arni datang. Dia langsung menegur Zidan.
"Zidan! Kau kenapa mengamuk?!" timpal Arni dengan dahi berkerut.
Zidan tersentak kaget mendengar teguran sang ibu. Dia langsung merubah raut wajah menjadi datar.
"Tidak apa-apa. Aku hanya berusaha menggeser nakasnya," kilah Zidan sembari duduk ke tepi ranjang.
Arni menghela nafas panjang. Lalu duduk ke sebelah Zidan. "Coba ceritakan mengenai noda lisptik yang kulihat tadi? Apa kau sedang menjalin hubungan dengan seseorang?" tanya-nya secara baik-baik.
"Enggak, Mah. Kau tahu aku tampan. Banyak wanita yang mencoba menggodaku. Dan salah satunya wanita yang tadi menciumku. Aku bahkan tidak mengenal dia sama sekali," terang Zidan. Tanpa membalas tatapan Arni. Sudah jelas dia sedang berbohong.
"Aku tahu kalau kau itu sangat tampan. Tapi, Dan... Alasanmu itu sangat tidak meyakinkan." Arni menanggapi sambil menangkup wajah tampan putranya.
"Mamah! Udah deh. Jangan perlakukan aku kayak anak bocah." Zidan menjauhkan tangan Arni dari wajahnya. Ia selalu kesal saat dimanjakan oleh sang ibu. Zidan sering merasa malu sendiri.
Arni terkekeh. Kini dia beralih merangkul Zidan. "Dengar, apapun yang kau lakukan tadi. Berjanjilah untuk tidak mempermainkan perasaan perempuan. Mamah tidak mau kamu tumbuh menjadi lelaki yang salah," tuturnya. Memberi wejangan. "Dan satu hal lagi. Temukanlah wanita baik-baik di luar sana. Aku tidak mau kau salah pilih jodoh," lanjut Arni.
Zidan hanya mengangguk malas. Senyuman singkat dia ukir untuk ibunya.
"Ya sudah. Beristirahatlah," kata Arni seraya beranjak keluar dari kamar.
Zidan mendengus lega. Dia berdiri dan melepas dasinya. Menatap pantulan dirinya di cermin. Zidan memikirkan perkataan Arni barusan. Jujur saja, hingga sekarang dia tidak pernah dekat dengan perempuan baik-baik.
"Ya, aku memang bukan lelaki baik. Tapi bukan berarti aku tidak ingin berjodoh dengan perempuan baik-baik. Aku jadi penasaran," gumam Zidan. Selanjutnya, dia segera berganti pakaian.
Keesokan harinya, Zidan pergi ke kampus saat waktu menunjukkan jam sembilan pagi. Dia tidak langsung ke kelas. Melainkan pergi untuk menemui Zerin.
Zidan berhenti melangkah saat menyaksikan Zerin. Perempuan itu terlihat mengobrol akrab dengan Adi. Sesekali Zerin mengaitkan anak rambut ke daun telinga. Berlagak manis di depan lelaki yang sepertinya disukainya.
"Aku sempat lupa kalau dia wanita murahan," komentar Zidan. Dia jadi mengingat pekerjaan Zerin yang bekerja sebagai sugar baby. Zidan yakin perempuan tersebut sudah banyak berhadapan dengan banyak lelaki.
Tanpa diduga, Zerin dan Adi saling berpegangan tangan. Entah kenapa itu sedikit mengganggu Zidan.
Zidan menyandarkan diri ke dinding. Lalu mengirimkan pesan kepada Zerin. Dalam sekejap perempuan itu merogoh saku celana.
Zerin membaca pesan Zidan. Dia mengedarkan pandangan dan langsung menemukan keberadaan lelaki itu.
Bola mata Zerin melirik Zidan. Ia bicara sebentar dengan Adi. Beberapa saat setelah itu, Adi beranjak meninggalkan Zerin.
Dengan hembusan nafas berat, Zerin menghampiri Zidan. Dia juga memastikan tidak ada teman dekatnya yang melihat.
"Kita sebaiknya bicara di tempat tertutup!" ajak Zerin. Melingus begitu saja. Bermaksud menuntun ke jalan yang disebutkannya.
Zidan tersenyum miring. Ia mengekori Zerin dari belakang. Sampai keduanya tiba di tempat yang jauh dari keramaian. Dimana hanya ada mereka berdua di sana.
Zerin langsung berbalik menghadap Zidan. Mengangkat dagu dengan berani.
"Kau sangat berubah karena sudah punya senjata untuk melawanku," ucap Zidan. Menarik sudut bibirnya ke atas.
"Tentu saja. Aku bukan lawan yang bisa kau remehkan," balas Zerin. "Sekarang, mana uangku?" pintanya sambil membuka lebar telapak tangan.
"Aku tidak akan memberinya jika kau tidak memberikan apa yang aku mau. Intinya kita saling membayar di sini," cetus Zidan.
Kening Zerin mengernyit. Ia mencoba memahami maksud Zidan.
"Kau ingin melanjutkan yang tidak selesai tadi malam? Kalau begitu, kau harus menambah seratus juta." Zerin semakin kalap dengan uang. Ia memanfaatkan Zidan sebaik mungkin.
Zidan terperangah sambil memutar bola mata. "Kau ternyata sangat tergila-gila dengan uang," komentarnya.
"Kau juga tergila-gila dengan tubuh wanita. Aku yakin semua orang punya kegilaan tersendiri," sahut Zerin. Tak ingin kalah. "Lagi pula, apa yang kau khawatirkan? Kenapa kau sangat ragu untuk membayarku? Apa kau tidak punya uang sebanyak itu?" sambungnya. Mencoba mengintimidasi Zidan.
"Apa kau menghinaku? Membeli sebuah pulau pun aku mampu. Apalagi membelimu!" tukas Zidan. Balas menghina.
"Oke. Jadi kapan kita akan melakukan kesepakatannya?"
"Malam ini. Di hotel yang sama seperti tempo hari. Aku akan membawakan uangnya untukmu." Zidan mendekat satu langkah ke hadapan Zerin. Ia meneruskan, "dengar! Aku akan terus membayarmu. Dengan catatan, kau hanya melayaniku saja. Jadi mulai sekarang, jangan berhubungan lagi dengan om-om langgananmu atau lelaki lain."
Dahi Zerin berkerut. Dia heran kenapa Zidan membuat peraturan begitu. "Kenapa kau membatasiku?" timpalnya.
"Kau mau dibayar atau tidak? Ini salah satu syaratku untuk tetap merahasiakan fotomu!" sahut Zidan.
"Baiklah. Kalau begitu aku akan menyebutkan syaratku juga. Kau harus membelikan barang apapun yang kumau. Bagaimana?" tanggap Zerin.
Zidan menyeringai. "Baiklah. Deal!" ujarnya sambil bersalaman dengan Zerin. Kemudian pergi begitu saja. Dia orang yang memisahkan diri lebih dulu.
Zerin masih berdiri mematung di tempat. Mulai sekarang, dia tidak akan lagi menghubungi lelaki yang sering menyewa jasanya. Zerin hanya akan melayani Zidan kapanpun lelaki itu memanggil. Sementara dirinya, berniat akan mendapatkan uang sebanyak mungkin dari Zidan.
Malam telah tiba. Zerin menjadi orang yang pertama tiba di hotel. Ia sekarang sedang berada di bathub. Menikmati waktu sambil menunggu Zidan.
Zerin selalu menyukai segala hal yang berbau mewah. Termasuk mandi dengan cara bermalas-malasan di bathub. Kini tubuhnya itu tertutupi dengan busa yang banyak. Aroma wangi yang semerbak, berhasil menenangkan pikiran Zerin sejenak.
Pintu mendadak terbuka. Siapa lagi kalau bukan Zidan yang datang. Zerin sontak bergegas beranjak dari bathub. Lalu mengenakan handuk kimono.
"Kau sepertinya sangat gemar menikmati kemewahan," komentar Zidan. Dia keluar dari kamar mandi. Di ikuti oleh Zerin setelahnya.
"Aku tidak bisa membantah. Itu fakta," tanggap Zerin.
Zidan mengambil koper berukuran besar. Dia tersenyum. Lalu membuka koper itu.
Mata Zerin berbinar-binar tatkala menyaksikan isi koper yang dibawa Zidan. Apalagi kalau bukan uang yang diinginkannya. Uang lembaran ratusan ribu rupiah tampak memenuhi isi koper.
"Aku perlu waktu lama untuk mengambil uang sebanyak ini ke bank. Apa kau puas?!" timpal Zidan. Ia mengambil segenggam uang dan melemparkannya ke arah Zerin. Uang tersebut lantas berhamburan kemana-mana.
Zidan melemparkannya berulang kali ke arah Zerin. Nampaknya dia melampiaskan kemarahannya dengan cara begitu.
Zerin hanya terdiam dan terkagum menyaksikan uang yang berterbangan. "Semua ini milikku bukan?" ujarnya memastikan.
"Kau pikir?!" balas Zidan cemberut. Dia terlihat menanggalkan pakaian. Dalam sekejap, tampilannya kini hanya bertelanjang dada dan celana pendek. Tanpa pikir panjang dia bergegas menghampiri Zerin. Sampai membuat perempuan itu terpojok dan duduk ke tepi ranjang.
Zerin mengerti dengan maksud tindakan Zidan. Dia menenggak salivanya sendiri. Zerin mengerjap pelan.
"Kau puas dengan uangmu bukan?" Zidan membungkuk sembari menopang tubuh dengan dua tangan. Mengurung Zerin yang duduk membeku. Bibirnya segera mendekati telinga perempuan tersebut. Ia berbisik, "sekarang puaskan aku..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Ayachi
BAHAHAHAHAHHAHA, BAHKAN DIA LEBIH BEJAD DARI ITU!! Gw heran Lahir dari keluarga baik²+harmonis, punya ibu yg slalu bimbing dia, kok bisa anaknya Psycho gitu yah, menjijikan! pecandu s*x! yg lebih Bastardnya dia nyimpen foto² cewe ga senonoh buat ngancem+buat hobi bejadnya, bener² cowo Psychopathic Bastard!
baru kali ini Nemu novel MC cowonya bejadnya kek antagonis² di novel biasanya. Ga mencerminkan sikap Cowo gentle sama sekali, Se Cassanova apapun Mc cowonya novel² pda umumnya, tpi dia ga sekotor Zidan ini nyimpan foto ga senonoh! Gilasihh
2024-06-07
0
Elly Watty
jgn pke hati zerin ntar jatuh nya sakit loh
2022-11-14
0
👑InTheQuen👑
baru kali ini menemukan di mt cerita yg seru lain daripada yg lain dengan kisah yg sama tp intrik dan konflik yg berbeda author bebaskan imajinasi mu liarkan karyamu agar tidak bosen dengan cerita yg itu itu aja.thebeast 👍👍👍👍👍
2022-11-03
1