Bab 18 - Bogem Zerin

Rasa bersalah selalu ada. Tapi rasa gengsi selalu berhasil mengalahkan - Auraliv.

...༻∅༺...

Zidan mendatangi Zerin ke kelas. Dia menarik perempuan itu hingga bangun dari tidur. Semua orang dibuat kaget dengan ulahnya. Terutama Zerin sendiri.

"Zidan! Kamu gila ya?!" timpal Zerin dengan keadaan mata yang membulat sempurna.

"Aku ingin memberitahukan pada semua orang kalau kau wanita murahan. Bahkan tanpa perlu menyebarkan fotomu itu!" tukas Zidan.

"A-pa? Kau bilang apa?" Zerin kaget bukan kepalang. Terlebih semua orang di kelas sedang memperhatikannya dan Zidan. Bahkan Pak Ferry selaku dosen yang mengajar.

Zerin kebingungan. Dia tidak tahu harus bagaimana. Akan tetapi Zidan dengan cepat menariknya lebih dekat. Lalu menyumpal mulut Zerin dengan bibir.

Zerin berusaha keras melakukan perlawanan. Namun tidak bisa. Sebab kekangan Zidan sangatlah kuat. Tubuhnya terasa sangat sulit untuk digerakkan.

Tangan Zidan dengan mudahnya merobek baju kemeja yang dikenakan Zerin. Hingga memperlihatkan kulit putih Zerin yang berbalutkan bra berwarna merah. Saat itulah Zidan melepaskan perempuan itu.

Zerin mematung dalam keadaan bibir yang membengkak. Dia mengedarkan pandangan ke segala arah.

"Dia rela melakukan apapun demi uang! Termasuk menjual tubuhnya sendiri." Zidan mengarahkan jari telunjuk kepada Zerin. Dia mengembangkan senyuman puas.

Semua orang di sekeliling langsung heboh. Zerin merasa dipermalukan mati-matian. Ia hanya bisa memperbaiki rambut dan pakaiannya yang acak-acakan.

"Zerin! Aku nggak menyangka kamu ternyata semurahan itu! Katanya nggak pernah tertarik sama Zidan! Tapi kenyataannya apa?! Kau justru menjual diri kepadanya?! Teman macam apa kau itu!" seru Astrid sembari menggeleng kecewa.

"Kamu pembohong besar! Jangan pernah berharap untuk menjadi teman kami lagi!" Kinar ikut menimpali.

"Zerin!"

"Zerin!"

Suara panggilan orang yang menyebut nama Zerin, terdengar berulangkali. Zerin sontak membuka matanya. Dia langsung terbangun dengan nafas yang tersengal-sengal. Mimpi buruk tadi benar-benar terasa nyata.

Pak Ferry yang menyaksikan Zerin terbangun, geleng-geleng kepala. Dia juga terlihat cemberut sambil menyilangkan tangan di depan dada.

"Rin... Pak Ferry kayaknya marah sama kamu..." bisik Kinar yang duduk paling dekat dengan Zerin. Dialah orang yang sejak tadi berusaha membangunkan Zerin.

"Apa?" Zerin masih linglung. Matanya memindai ke segala arah. Dia merasa lega ketika sadar kalau kedatangan Zidan tadi hanyalah mimpi.

"Zerin! Sepertinya kamu nggak berminat menerima materi kuliah dariku," tukas Pak Ferry. Membuat Zerin langsung menatap ke arahnya.

"Enggak, Pak. Bukan gitu. Aku tadi nggak sengaja ketidur--"

"Keluar kamu!" teriak Pak Ferry sambil mengarahkan tangan ke arah pintu. Sengaja memotong ucapan Zerin. Dia tidak mau mendengar alasan apapun.

Semua orang terdiam. Apalagi saat melihat Pak Ferry melotot tajam. Dia salah satu dosen yang tidak bisa mentolerir keterlambatan dan tidur di kelas.

Zerin menundukkan kepala. Dengan mimik wajah sedihnya, dia memasukkan buku ke dalam tas. Zerin tidak punya pilihan lain selain keluar dari kelas. Itu adalah pertama kalinya dia mendapat hukuman selama menempuh pendidikan.

Kedua tangan Zerin mengepalkan tinju. Wajah cantiknya perlahan berhiaskan dengan air mata. Dia merasa sangat malu.

"Semuanya gara-gara si keparat itu!" gumam Zerin. Dia tentu menyalahkan semuanya kepada Zidan.

Zerin melangkah menuju toilet. Dia terisak sendirian di sana. Zerin kesal dengan dirinya karena tidak bisa menahan kantuk. Ia hanya bisa menutup wajah dengan dua tangan.

Hari itu Zerin berusaha menemui Zidan. Dengan niat mengomeli lelaki itu sepuas mungkin. Namun hari itu Zidan sama sekali tidak terlihat.

Kini Zerin sedang berada di kantin. Ia dipaksa Astrid dan kawan-kawan untuk makan. Tetapi Zerin tampak hanya mengaduk-aduk bakso tanpa dimakan sedikit pun.

"Udah deh, Rin. Jangan dipikirin banget. Kamu baru sekali ngerasain di usir Pak Ferry. Aku, Kinar, sama Gita udah lebih dua kali. Pak Ferry memang disiplin banget. Dia juga nggak pandang bulu kalau mau hukum mahasiswa," tukas Kinar. Mencoba menghibur Zerin.

"Tapi..." Zerin masih sedih.

"Udah, jangan banyak bacot. Kamu mau makan sendiri atau aku sumpalin baksonya ke mulut sok cantikmu itu!" ucap Gita sambil berkacak pinggang. Dia tentu hanya bercanda. Ucapannya sukses membuat Zerin tergelak kecil. Begitu pun Astrid dan Kinar.

Zerin akhirnya memakan bakso. Dia merasa lebih baik karena teman-temannya. Tetapi rasa bersalah tiba-tiba muncul. Terutama ketika Zerin mengingat siapa jati dirinya. Terkadang dia merasa sedih karena menyembunyikan banyak hal dari Astrid, Kinar, dan Gita.

"Ta! Zerin sedih lagi tuh," cetus Astrid.

Zerin sontak tersadar dari lamunan. Dia terkekeh dan kembali melanjutkan kegiatan makannya.

"Oh iya. Zidan baru saja balas chatku. Aku senang banget," ungkap Kinar seraya menyatukan dua tangan ke depan dada.

Zerin yang mendengar seketika cemberut. Dengan mendengar nama Zidan saja amarahnya sudah membara.

"Irinya. Aku sama Gita kalah deh," tanggap Astrid. Dia dan Gita memanyunkan mulut kecewa. Sementara Kinar nampak terus bermain ponsel. Sepertinya dia terus saling berbalas pesan dengan Zidan.

Kala berada di depan meja kasir, Ernest dan Jaka datang. Seperti biasa, Ernest selalu membayarkan makanan untuk Zerin dan teman-temannya.

"Nest, kali ini biar aku aja yang bayar makanan kamu ya," tawar Zerin. Tanpa persetujuan Ernest, dia langsung membayar.

"Eh, ngggak usah..." Ernest yang ingin menolak tidak bisa mengelak. Sebab Zerin sudah terlanjur membayar. Alhasil Ernest hanya bisa tersenyum.

"Zidan mana, Ka?" tanya Kinar sembari celingak-celingukan mencari Zidan.

"Dia hari ini nggak masuk. Katanya ada kesibukan," jawab Jaka.

Zerin memutar bola mata kesal. Dia menarik sudut bibirnya ke atas. 'Sibuk apaan? Paling dia asyik tiduran di rumah. Awas aja kalau ketemu nanti,' batinnya sinis.

Satu hari berlalu. Zerin pergi ke kampus lebih pagi dari biasanya. Dia sudah kapok datang terlambat.

Sekarang Zerin duduk tenang sambil membaca buku. Dia sendirian karena ketiga temannya belum datang.

Tak lama kemudian, Kinar muncul. Dia terlihat sangat bahagia. Sesekali Kinar senyum-senyum sendiri.

"Kau kenapa, Nar? Habis kejedot tembok?" sarkas Zerin yang merasa aneh terhadap sikap Kinar.

"Nggak apa-apa. Cuman kayaknya hubunganku dan Zidan berjalan lancar banget. Tadi malam kami bahkan video call-an," ucap Kinar. Ia menangkup wajahnya sendiri.

Zerin sudah mengangakan mulut karena hendak bicara. Akan tetapi Kinar lebih dulu angkat suara.

"Aku ke toilet bentar ya!" kata Kinar yang pergi melingus begitu saja.

Zerin mengangkat bahu tak peduli. Dia kembali berkutat dengan buku pelajaran.

Tiba-tiba Zerin mendapat panggilan alam. Dia otomatis beranjak menuju toilet.

Langkah Zerin terhenti ketika menyaksikan Zidan asyik mengobrol bersama Kinar. Mereka hanya berduaan. Posisi Kinar sendiri tampak menyandar ke dinding. Sedangkan Zidan menopang satu tangannya ke dinding yang menjadi sandaran Kinar.

Mata Zerin terbelalak ketika Zidan mencium bibir Kinar. Ia ingin menghentikan. Zerin bahkan sudah menggerakkan kaki untuk melangkah. Namun perempuan itu mengurungkan niat saat Kinar terlihat menikmati ciuman yang diberikan Zidan. Temannya tersebut bahkan mengalungkan tangan ke pundak Zidan.

Zerin memasamkan wajah tatkala ciuman Zidan dan Kinar semakin panas. Tanpa berpikir lama, Zerin berbalik arah. Dia mengepalkan tinju di kedua tangan. Entah kenapa dirinya merasa sangat marah terhadap apa yang dilakukan Zidan.

Beberapa jam terlewat. Sekarang Zerin duduk bersama ketiga temannya di salah satu gazebo kampus. Kinar yang sedang kasmaran, tidak berhenti membicarakan Zidan. Meskipun begitu, Kinar belum menyebutkan ada hubungan pacaran di antaranya dan lelaki itu.

Zerin tiba-tiba mendapat pesan dari Zidan. Lelaki tersebut mengajak untuk bertemu.

"Guys, aku mau ke toilet dulu ya." Zerin bangkit dari tempat duduk.

"Mau ditemanin?" tawar Gita.

"Nggak usah. Kalian kan lagi sibuk ngerjain tugas Bu Amel." Zerin menolak secara baik-baik. Ia segera berderap menuju toilet. Dengan mimik wajah merengut.

Saat berjalan menuju toilet, Zidan sudah menunggu. Lelaki itu tampak menyandar santai ke dinding.

"Kenapa?!" tukas Zerin sambil mengangkat dagu.

Zidan tersenyum miring. Dia berbisik, "Main yuk. Tapi kali ini kamu harus main sama mulutmu..."

"Oke." Zerin mendekat satu langkah ke hadapan Zidan. Satu tangannya sudah membentuk bogem. Tanpa basa-basi dilayangkannya bogem tersebut ke alat vital Zidan. Mengingat Zerin ahli karate, tinju yang diberikannya tentu bertenaga kuat.

"Aaaaaa!!!" Zidan sontak kesakitan. Dia langsung memegangi organ intimnya dengan wajah memerah.

"Mulai sekarang, kau tidak bisa menginginkanku seenaknya! Kau bahkan tidak menurut saat aku menyuruhmu menjauhi teman-temanku!" omel Zerin. Dia belum puas menghukum Zidan. Satu tendangan dia layangkan ke salah satu betis lelaki itu.

Terpopuler

Comments

ALNAZTRA ILMU

ALNAZTRA ILMU

sukaaaa yesss

2024-12-13

0

zeaulayya

zeaulayya

Syukurinn , tuh burung banyakan main sih kena bogem kan akhirnya 🤭🤣

2022-10-16

1

Kristina Sinambela

Kristina Sinambela

Thor dah berjamur saya nunggu update 😁
triple lh Thor kemarin kan cmn 1 update 😁
sehat selalu buat author @Auralivlibrary☂️

2022-10-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Rahasia Zerin
2 Bab 2 - Berbeda 180°
3 Bab 3 - Keperawanan Bernilai 1 Milyar
4 Bab 4 - Kelicikan Zidan
5 Bab 5 - Penghargaan Dari Zidan
6 Bab 6 - Bersikap Normal
7 Bab 7 - Antrian Lelaki Pemuja Zerin
8 Bab 8 - Terjebak Permainan
9 Bab 9 - Noda Lipstik
10 Bab 10 - Pembalasan Bar-Bar Zerin
11 Bab 11 - Bermulanya Kesepakatan
12 Bab 12 - Money & Naked Women
13 Bab 13 - Larangan Zidan
14 Bab 14 - Bertemu Di Gym
15 Bab 15 - Pil Untuk Zerin
16 Bab 16 - Semalaman Di Mobil
17 Bab 17 - Gigitan Vampir
18 Bab 18 - Bogem Zerin
19 Bab 19 - Kekhawatiran Zerin
20 Bab 20 - Sakit
21 Bab 21 - Ketika Dirimu Diam
22 Bab 22 - Berhenti Saja?
23 Bab 23 - Bertemu Pamannya Adi
24 Bab 24 - Jati Diri Zerin Yang Sebenarnya
25 Bab 25 - Hati Nurani Yang Telah Lama Terkubur
26 Bab 26 - Bantuan Zidan
27 Bab 27 - Ancaman Zidan
28 Bab 28 - Sama-Sama Bingung
29 Bab 29 - Kopi
30 Bab 30 - Music, Making Love, & Mothers
31 Bab 31 - Di Restoran Jepang
32 Bab 32 - Ketahuan Ibu
33 Bab 33 - Kekhawatiran Zerin
34 Bab 34 - Zidan Selalu Punya Cara
35 Bab 35 - Cemburu?
36 Bab 36 - Model Kampus Baru
37 Bab 37 - Dibuang Seperti Sampah
38 Bab 38 - Pengakuan
39 Bab 39 - Teman Makan Teman
40 Bab 40 - Alasan Zidan Tidak Melawan
41 Bab 41 - Perdebatan Di Telepon
42 Bab 42 - Gairah Zerin & Zidan
43 Bab 43 - Nasib Ernest
44 Bab 44 - Ruang Gelap
45 Bab 45 - Rencana Awal Go Publik
46 Bab 46 - Reaksi Orang Tua Zidan
47 Bab 47 - Malaikat Itu Kekasih Kakakku
48 Bab 48 - Rencana Balas Dendam Yang Gagal
49 Bab 49 - Ciuman Zidan
50 Bab 50 - Tentang Bali
51 Bab 51 - Amira Menghilang
52 Bab 52 - Minuman Mahal Untuk Zerin
53 Bab 53 - Gairah Di Tengah Hujan
54 Bab 54 - Gila!
55 Bab 55 - Nonton Berduaan
56 Bab 56 - Perjalanan Ke Bali
57 Bab 57 - Senjata Makan Tuan
58 Bab 58 - Zidan Berbuat Ulah Lagi
59 Bab 59 - Permainan Zidan
60 Bab 60 - Wira Tahu!
61 Bab 61 - Perihal Nikah
62 Bab 62 - Pengawasan Orang Tua
63 Bab 63 - Mata-Mata Dari Wira
64 Bab 64 - Gangguan
65 Bab 65 - Rencana Lamaran Zidan
66 Bab 66 - Lamaran Yang Terasa Begitu Tiba-Tiba
67 Bab 67 - Kamar 301
68 Bab 68 - Hari Pertunangan
69 Bab 69 - Pesan Teror Misterius
70 Bab 70 - Bisikan Kinar
71 Bab 71 - Pernikahan Super Mewah
72 Bab 72 - Masa Koas
73 Bab 73 - Akhirnya Tetap Ketahuan
74 Bab 74 - Tersebar!
75 Bab 75 - Bulan Madu Menjadi Pelarian
76 Bab 76 - Pesta Di Rumah Reza
77 Bab 77 - Insiden Setelah Pesta
78 Bab 78 - Membuat Tato
79 Bab 79 - Pasien Yang Meninggal
80 Bab 80 - Tidak Berfungsi
81 Bab 81 - Karma [1]
82 Bab 82 - Karma [2]
83 Bab 83 - Karma [3]
84 Bab 84 - Jebakan Ernest
85 Bab 85 - Lupakan Semuanya
86 Bab 86 - Mengadopsi Anak
87 Bab 87 - Seorang Anak Bernama Defan
88 Bab 88 - Aktif Kembali
89 Bab 89 - Kembalinya Gairah Cinta Zerin & Zidan
90 Bab 90 - Kematian & Kelahiran [Ending]
91 Bonus Chapter - Defan Pratama Dirgantara
92 Bonus Chapter - Defan Pratama Dirgantara
93 Bonus Chapter - Giana Pelita Dirgantara
94 Novel Genre Pria
95 Novel Genre Dark Terbaru
96 NOVEL BARU
97 Novel Baru Genre Dewasa
98 Novel Baru [Bukan Sugar Baby Biasa]
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Bab 1 - Rahasia Zerin
2
Bab 2 - Berbeda 180°
3
Bab 3 - Keperawanan Bernilai 1 Milyar
4
Bab 4 - Kelicikan Zidan
5
Bab 5 - Penghargaan Dari Zidan
6
Bab 6 - Bersikap Normal
7
Bab 7 - Antrian Lelaki Pemuja Zerin
8
Bab 8 - Terjebak Permainan
9
Bab 9 - Noda Lipstik
10
Bab 10 - Pembalasan Bar-Bar Zerin
11
Bab 11 - Bermulanya Kesepakatan
12
Bab 12 - Money & Naked Women
13
Bab 13 - Larangan Zidan
14
Bab 14 - Bertemu Di Gym
15
Bab 15 - Pil Untuk Zerin
16
Bab 16 - Semalaman Di Mobil
17
Bab 17 - Gigitan Vampir
18
Bab 18 - Bogem Zerin
19
Bab 19 - Kekhawatiran Zerin
20
Bab 20 - Sakit
21
Bab 21 - Ketika Dirimu Diam
22
Bab 22 - Berhenti Saja?
23
Bab 23 - Bertemu Pamannya Adi
24
Bab 24 - Jati Diri Zerin Yang Sebenarnya
25
Bab 25 - Hati Nurani Yang Telah Lama Terkubur
26
Bab 26 - Bantuan Zidan
27
Bab 27 - Ancaman Zidan
28
Bab 28 - Sama-Sama Bingung
29
Bab 29 - Kopi
30
Bab 30 - Music, Making Love, & Mothers
31
Bab 31 - Di Restoran Jepang
32
Bab 32 - Ketahuan Ibu
33
Bab 33 - Kekhawatiran Zerin
34
Bab 34 - Zidan Selalu Punya Cara
35
Bab 35 - Cemburu?
36
Bab 36 - Model Kampus Baru
37
Bab 37 - Dibuang Seperti Sampah
38
Bab 38 - Pengakuan
39
Bab 39 - Teman Makan Teman
40
Bab 40 - Alasan Zidan Tidak Melawan
41
Bab 41 - Perdebatan Di Telepon
42
Bab 42 - Gairah Zerin & Zidan
43
Bab 43 - Nasib Ernest
44
Bab 44 - Ruang Gelap
45
Bab 45 - Rencana Awal Go Publik
46
Bab 46 - Reaksi Orang Tua Zidan
47
Bab 47 - Malaikat Itu Kekasih Kakakku
48
Bab 48 - Rencana Balas Dendam Yang Gagal
49
Bab 49 - Ciuman Zidan
50
Bab 50 - Tentang Bali
51
Bab 51 - Amira Menghilang
52
Bab 52 - Minuman Mahal Untuk Zerin
53
Bab 53 - Gairah Di Tengah Hujan
54
Bab 54 - Gila!
55
Bab 55 - Nonton Berduaan
56
Bab 56 - Perjalanan Ke Bali
57
Bab 57 - Senjata Makan Tuan
58
Bab 58 - Zidan Berbuat Ulah Lagi
59
Bab 59 - Permainan Zidan
60
Bab 60 - Wira Tahu!
61
Bab 61 - Perihal Nikah
62
Bab 62 - Pengawasan Orang Tua
63
Bab 63 - Mata-Mata Dari Wira
64
Bab 64 - Gangguan
65
Bab 65 - Rencana Lamaran Zidan
66
Bab 66 - Lamaran Yang Terasa Begitu Tiba-Tiba
67
Bab 67 - Kamar 301
68
Bab 68 - Hari Pertunangan
69
Bab 69 - Pesan Teror Misterius
70
Bab 70 - Bisikan Kinar
71
Bab 71 - Pernikahan Super Mewah
72
Bab 72 - Masa Koas
73
Bab 73 - Akhirnya Tetap Ketahuan
74
Bab 74 - Tersebar!
75
Bab 75 - Bulan Madu Menjadi Pelarian
76
Bab 76 - Pesta Di Rumah Reza
77
Bab 77 - Insiden Setelah Pesta
78
Bab 78 - Membuat Tato
79
Bab 79 - Pasien Yang Meninggal
80
Bab 80 - Tidak Berfungsi
81
Bab 81 - Karma [1]
82
Bab 82 - Karma [2]
83
Bab 83 - Karma [3]
84
Bab 84 - Jebakan Ernest
85
Bab 85 - Lupakan Semuanya
86
Bab 86 - Mengadopsi Anak
87
Bab 87 - Seorang Anak Bernama Defan
88
Bab 88 - Aktif Kembali
89
Bab 89 - Kembalinya Gairah Cinta Zerin & Zidan
90
Bab 90 - Kematian & Kelahiran [Ending]
91
Bonus Chapter - Defan Pratama Dirgantara
92
Bonus Chapter - Defan Pratama Dirgantara
93
Bonus Chapter - Giana Pelita Dirgantara
94
Novel Genre Pria
95
Novel Genre Dark Terbaru
96
NOVEL BARU
97
Novel Baru Genre Dewasa
98
Novel Baru [Bukan Sugar Baby Biasa]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!