Rasa bersalah selalu ada. Tapi rasa gengsi selalu berhasil mengalahkan - Auraliv.
...༻∅༺...
Zidan mendatangi Zerin ke kelas. Dia menarik perempuan itu hingga bangun dari tidur. Semua orang dibuat kaget dengan ulahnya. Terutama Zerin sendiri.
"Zidan! Kamu gila ya?!" timpal Zerin dengan keadaan mata yang membulat sempurna.
"Aku ingin memberitahukan pada semua orang kalau kau wanita murahan. Bahkan tanpa perlu menyebarkan fotomu itu!" tukas Zidan.
"A-pa? Kau bilang apa?" Zerin kaget bukan kepalang. Terlebih semua orang di kelas sedang memperhatikannya dan Zidan. Bahkan Pak Ferry selaku dosen yang mengajar.
Zerin kebingungan. Dia tidak tahu harus bagaimana. Akan tetapi Zidan dengan cepat menariknya lebih dekat. Lalu menyumpal mulut Zerin dengan bibir.
Zerin berusaha keras melakukan perlawanan. Namun tidak bisa. Sebab kekangan Zidan sangatlah kuat. Tubuhnya terasa sangat sulit untuk digerakkan.
Tangan Zidan dengan mudahnya merobek baju kemeja yang dikenakan Zerin. Hingga memperlihatkan kulit putih Zerin yang berbalutkan bra berwarna merah. Saat itulah Zidan melepaskan perempuan itu.
Zerin mematung dalam keadaan bibir yang membengkak. Dia mengedarkan pandangan ke segala arah.
"Dia rela melakukan apapun demi uang! Termasuk menjual tubuhnya sendiri." Zidan mengarahkan jari telunjuk kepada Zerin. Dia mengembangkan senyuman puas.
Semua orang di sekeliling langsung heboh. Zerin merasa dipermalukan mati-matian. Ia hanya bisa memperbaiki rambut dan pakaiannya yang acak-acakan.
"Zerin! Aku nggak menyangka kamu ternyata semurahan itu! Katanya nggak pernah tertarik sama Zidan! Tapi kenyataannya apa?! Kau justru menjual diri kepadanya?! Teman macam apa kau itu!" seru Astrid sembari menggeleng kecewa.
"Kamu pembohong besar! Jangan pernah berharap untuk menjadi teman kami lagi!" Kinar ikut menimpali.
"Zerin!"
"Zerin!"
Suara panggilan orang yang menyebut nama Zerin, terdengar berulangkali. Zerin sontak membuka matanya. Dia langsung terbangun dengan nafas yang tersengal-sengal. Mimpi buruk tadi benar-benar terasa nyata.
Pak Ferry yang menyaksikan Zerin terbangun, geleng-geleng kepala. Dia juga terlihat cemberut sambil menyilangkan tangan di depan dada.
"Rin... Pak Ferry kayaknya marah sama kamu..." bisik Kinar yang duduk paling dekat dengan Zerin. Dialah orang yang sejak tadi berusaha membangunkan Zerin.
"Apa?" Zerin masih linglung. Matanya memindai ke segala arah. Dia merasa lega ketika sadar kalau kedatangan Zidan tadi hanyalah mimpi.
"Zerin! Sepertinya kamu nggak berminat menerima materi kuliah dariku," tukas Pak Ferry. Membuat Zerin langsung menatap ke arahnya.
"Enggak, Pak. Bukan gitu. Aku tadi nggak sengaja ketidur--"
"Keluar kamu!" teriak Pak Ferry sambil mengarahkan tangan ke arah pintu. Sengaja memotong ucapan Zerin. Dia tidak mau mendengar alasan apapun.
Semua orang terdiam. Apalagi saat melihat Pak Ferry melotot tajam. Dia salah satu dosen yang tidak bisa mentolerir keterlambatan dan tidur di kelas.
Zerin menundukkan kepala. Dengan mimik wajah sedihnya, dia memasukkan buku ke dalam tas. Zerin tidak punya pilihan lain selain keluar dari kelas. Itu adalah pertama kalinya dia mendapat hukuman selama menempuh pendidikan.
Kedua tangan Zerin mengepalkan tinju. Wajah cantiknya perlahan berhiaskan dengan air mata. Dia merasa sangat malu.
"Semuanya gara-gara si keparat itu!" gumam Zerin. Dia tentu menyalahkan semuanya kepada Zidan.
Zerin melangkah menuju toilet. Dia terisak sendirian di sana. Zerin kesal dengan dirinya karena tidak bisa menahan kantuk. Ia hanya bisa menutup wajah dengan dua tangan.
Hari itu Zerin berusaha menemui Zidan. Dengan niat mengomeli lelaki itu sepuas mungkin. Namun hari itu Zidan sama sekali tidak terlihat.
Kini Zerin sedang berada di kantin. Ia dipaksa Astrid dan kawan-kawan untuk makan. Tetapi Zerin tampak hanya mengaduk-aduk bakso tanpa dimakan sedikit pun.
"Udah deh, Rin. Jangan dipikirin banget. Kamu baru sekali ngerasain di usir Pak Ferry. Aku, Kinar, sama Gita udah lebih dua kali. Pak Ferry memang disiplin banget. Dia juga nggak pandang bulu kalau mau hukum mahasiswa," tukas Kinar. Mencoba menghibur Zerin.
"Tapi..." Zerin masih sedih.
"Udah, jangan banyak bacot. Kamu mau makan sendiri atau aku sumpalin baksonya ke mulut sok cantikmu itu!" ucap Gita sambil berkacak pinggang. Dia tentu hanya bercanda. Ucapannya sukses membuat Zerin tergelak kecil. Begitu pun Astrid dan Kinar.
Zerin akhirnya memakan bakso. Dia merasa lebih baik karena teman-temannya. Tetapi rasa bersalah tiba-tiba muncul. Terutama ketika Zerin mengingat siapa jati dirinya. Terkadang dia merasa sedih karena menyembunyikan banyak hal dari Astrid, Kinar, dan Gita.
"Ta! Zerin sedih lagi tuh," cetus Astrid.
Zerin sontak tersadar dari lamunan. Dia terkekeh dan kembali melanjutkan kegiatan makannya.
"Oh iya. Zidan baru saja balas chatku. Aku senang banget," ungkap Kinar seraya menyatukan dua tangan ke depan dada.
Zerin yang mendengar seketika cemberut. Dengan mendengar nama Zidan saja amarahnya sudah membara.
"Irinya. Aku sama Gita kalah deh," tanggap Astrid. Dia dan Gita memanyunkan mulut kecewa. Sementara Kinar nampak terus bermain ponsel. Sepertinya dia terus saling berbalas pesan dengan Zidan.
Kala berada di depan meja kasir, Ernest dan Jaka datang. Seperti biasa, Ernest selalu membayarkan makanan untuk Zerin dan teman-temannya.
"Nest, kali ini biar aku aja yang bayar makanan kamu ya," tawar Zerin. Tanpa persetujuan Ernest, dia langsung membayar.
"Eh, ngggak usah..." Ernest yang ingin menolak tidak bisa mengelak. Sebab Zerin sudah terlanjur membayar. Alhasil Ernest hanya bisa tersenyum.
"Zidan mana, Ka?" tanya Kinar sembari celingak-celingukan mencari Zidan.
"Dia hari ini nggak masuk. Katanya ada kesibukan," jawab Jaka.
Zerin memutar bola mata kesal. Dia menarik sudut bibirnya ke atas. 'Sibuk apaan? Paling dia asyik tiduran di rumah. Awas aja kalau ketemu nanti,' batinnya sinis.
Satu hari berlalu. Zerin pergi ke kampus lebih pagi dari biasanya. Dia sudah kapok datang terlambat.
Sekarang Zerin duduk tenang sambil membaca buku. Dia sendirian karena ketiga temannya belum datang.
Tak lama kemudian, Kinar muncul. Dia terlihat sangat bahagia. Sesekali Kinar senyum-senyum sendiri.
"Kau kenapa, Nar? Habis kejedot tembok?" sarkas Zerin yang merasa aneh terhadap sikap Kinar.
"Nggak apa-apa. Cuman kayaknya hubunganku dan Zidan berjalan lancar banget. Tadi malam kami bahkan video call-an," ucap Kinar. Ia menangkup wajahnya sendiri.
Zerin sudah mengangakan mulut karena hendak bicara. Akan tetapi Kinar lebih dulu angkat suara.
"Aku ke toilet bentar ya!" kata Kinar yang pergi melingus begitu saja.
Zerin mengangkat bahu tak peduli. Dia kembali berkutat dengan buku pelajaran.
Tiba-tiba Zerin mendapat panggilan alam. Dia otomatis beranjak menuju toilet.
Langkah Zerin terhenti ketika menyaksikan Zidan asyik mengobrol bersama Kinar. Mereka hanya berduaan. Posisi Kinar sendiri tampak menyandar ke dinding. Sedangkan Zidan menopang satu tangannya ke dinding yang menjadi sandaran Kinar.
Mata Zerin terbelalak ketika Zidan mencium bibir Kinar. Ia ingin menghentikan. Zerin bahkan sudah menggerakkan kaki untuk melangkah. Namun perempuan itu mengurungkan niat saat Kinar terlihat menikmati ciuman yang diberikan Zidan. Temannya tersebut bahkan mengalungkan tangan ke pundak Zidan.
Zerin memasamkan wajah tatkala ciuman Zidan dan Kinar semakin panas. Tanpa berpikir lama, Zerin berbalik arah. Dia mengepalkan tinju di kedua tangan. Entah kenapa dirinya merasa sangat marah terhadap apa yang dilakukan Zidan.
Beberapa jam terlewat. Sekarang Zerin duduk bersama ketiga temannya di salah satu gazebo kampus. Kinar yang sedang kasmaran, tidak berhenti membicarakan Zidan. Meskipun begitu, Kinar belum menyebutkan ada hubungan pacaran di antaranya dan lelaki itu.
Zerin tiba-tiba mendapat pesan dari Zidan. Lelaki tersebut mengajak untuk bertemu.
"Guys, aku mau ke toilet dulu ya." Zerin bangkit dari tempat duduk.
"Mau ditemanin?" tawar Gita.
"Nggak usah. Kalian kan lagi sibuk ngerjain tugas Bu Amel." Zerin menolak secara baik-baik. Ia segera berderap menuju toilet. Dengan mimik wajah merengut.
Saat berjalan menuju toilet, Zidan sudah menunggu. Lelaki itu tampak menyandar santai ke dinding.
"Kenapa?!" tukas Zerin sambil mengangkat dagu.
Zidan tersenyum miring. Dia berbisik, "Main yuk. Tapi kali ini kamu harus main sama mulutmu..."
"Oke." Zerin mendekat satu langkah ke hadapan Zidan. Satu tangannya sudah membentuk bogem. Tanpa basa-basi dilayangkannya bogem tersebut ke alat vital Zidan. Mengingat Zerin ahli karate, tinju yang diberikannya tentu bertenaga kuat.
"Aaaaaa!!!" Zidan sontak kesakitan. Dia langsung memegangi organ intimnya dengan wajah memerah.
"Mulai sekarang, kau tidak bisa menginginkanku seenaknya! Kau bahkan tidak menurut saat aku menyuruhmu menjauhi teman-temanku!" omel Zerin. Dia belum puas menghukum Zidan. Satu tendangan dia layangkan ke salah satu betis lelaki itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
ALNAZTRA ILMU
sukaaaa yesss
2024-12-13
0
zeaulayya
Syukurinn , tuh burung banyakan main sih kena bogem kan akhirnya 🤭🤣
2022-10-16
1
Kristina Sinambela
Thor dah berjamur saya nunggu update 😁
triple lh Thor kemarin kan cmn 1 update 😁
sehat selalu buat author @Auralivlibrary☂️
2022-10-15
1