Semua manusia sebenarnya juga memiliki cangkang layaknya keong. Tetapi cangkang itu akan berubah untuk menyesuaikan tempat dimana dirinya berada - Auraliv.
...༻∅༺...
Zidan menatap Zerin penuh tanya. Menanti penjelasan dari gadis itu lebih lanjut.
"Sebelumnya kenalkan nama saya Zerin. Anak dari Bi Lia," tutur Zerin.
"Oke." Zidan sengaja berbasa-basi. Dia tidak sabar mendengar hal yang ingin dibicarakan Zerin.
"Begini... Saya ingin bantuan anda untuk menutupi rahasia. Dan ini terkait saya sebagai anak seorang pembantu rumah tangga," ungkap Zerin. Dia terpaksa membuang rasa malunya jauh-jauh.
"Kenapa begitu? Kau malu dengan ibumu sendiri?" timpal Zidan dengan dahi berkerut.
"Bukan begitu! Hanya saja... Saya tidak mau ada yang tahu. Saya harap Tuan mau membantu. Jujur, saya pasti akan sangat berterima kasih." Zerin menjelaskan.
"Pertama-tama berhentilah bicara formal kepadaku. Itu terdengar tidak nyaman. Panggil saja aku dengan sebutan nama. Lagi pula sepertinya kita seumuran," balas Zidan. Dia tidak menanggapi permintaan Zerin kepadanya. Lelaki itu lebih memilih membicarakan hal lain.
"Baiklah." Zerin mengangguk.
"Kalau begitu, bisakah kau pergi? Aku ingin istirahat." Zidan mengusir dengan cara baik-baik. Ia mengukir senyuman palsu.
"Ah, tentu saja!" Zerin buru-buru pergi. Dia mendengus lega saat keluar dari kamar Zidan. Gadis itu hanya berharap Zidan bersedia membantunya.
Satu hari terlewat. Zidan baru saja tiba di kampus. Kedatangannya langsung menarik banyak pasang mata. Bagaimana tidak? Mobil yang dipakainya saja merupakan mobil tesla keluaran terbaru.
Zidan tidak peduli dengan tatapan orang-orang terhadapnya. Menjadi perhatian banyak orang sudah biasa baginya.
Ketika hendak masuk ke kelas, Zidan tak sengaja menyaksikan Zerin. Dia kaget menyaksikan penampilan gadis itu.
"Shi*t!" saking kagetnya, Zidan sampai mengumpat. Dia tidak percaya dengan apa yang dirinya lihat.
Zerin tampak sangat bergaya. Belum lagi outfit yang dikenakan gadis itu. Sebagai orang yang tahu merek designer terkenal, Zidan tahu outfit milik Zerin bukanlah kacang-kacangan.
Penampilan Zerin berubah seratus delapan puluh derajat dibanding kemarin. Zidan sampai memicing untuk memastikan apakah orang yang dilihatnya adalah Zerin atau tidak.
Menyaksikan kehadiran Zidan, Zerin berusaha tenang. Dia berpura-pura tidak mengenal lelaki itu. Zerin nampak beberapa kali memperbaiki rambut sambil memasang raut wajah pucat. Ia benar-benar takut Zidan akan membeberkan rahasianya.
Tanpa diduga, Zidan mengabaikan Zerin begitu saja. Saat itulah gadis tersebut dapat bernafas lega.
Baru satu hari berada di kampus baru, Zidan sudah mempunyai banyak teman. Dari banyaknya mahasiswa, dia menjadikan dua orang sebagai teman terdekat.
Nama kedua teman baru Zidan adalah Ernest dan Jaka. Keduanya kebetulan juga anak konglomerat seperti Zidan. Walaupun begitu, kekayaan Ernest dan Jaka tidak sebanding dengan milik Zidan.
Kebetulan Zidan berada di jurusan yang sama dengan Zerin. Meskipun begitu, mereka berada di kelas yang berbeda.
Di hari pertama berkuliah, Zidan sudah tahu alasan utama Zerin menutupi identitasnya sebagai anak pembantu. Yaitu karena gadis itu merupakan primadona kampus.
Semua orang mengenal Zerin sebagai mahasiswi cantik, berprestasi, dan kaya raya. Tetapi tidak untuk Zidan. Mungkin dia menjadi satu-satunya orang yang tahu Zerin hanyalah putri seorang pembantu rumah tangga.
Zidan tidak peduli. Dia memilih bersikap seperti Zerin. Yaitu bersikap seakan-akan tidak mengenal.
Sekarang Zidan sedang berada di kantin. Dia menikmati minuman segar bersama Ernest dan Jaka.
"Eh, kalian tahu diskotik yang banyak layanan plusnya nggak?" celetuk Zidan.
Ernest dan Jaka reflek bertukar pandang. Keduanya tidak menyangka Zidan merupakan sosok yang seperti itu. Mengingat keluarga Dirgantara dikenal terpandang dan terhormat.
"Kau suka begituan juga, Dan?" Jaka memastikan.
"Laki mana sih yang nggak suka begituan?" balas Zidan. Membuat Jaka dan Ernest otomatis terkekeh bersama.
"Aku sama Jaka biasanya pergi ke satu diskotik aja sih. Kami belum pernah datang ke beberapa tempat. Jadi nggak tahu mana yang bagus," ucap Ernest memberitahu.
"Tapi di diskotik yang sering kami datangi ada juga layanan plus-plusnya. Ernest pernah cobain," kata Jaka sembari melirik Ernest.
"Hush! Itu mulut bisa dijaga nggak sih?!" timpal Ernest. Dia malu jika ada orang yang mendengar.
"Ya udah. Aku akan coba ke diskotik kalian itu. Kita berangkat nanti malam! Dan biar aku yang bayar semuanya," ujar Zidan yang langsung disambut dengan seruan penuh semangat oleh Ernest dan Jaka.
...***...
Saat waktu menunjukkan jam tujuh malam, Zidan berangkat sesuai janji. Dia akan bertemu Ernest dan Jaka langsung di diskotik. Mereka bersenang-senang di sana. Dari mulai menari di lantai dansa sampai meminum alkohol.
Di akhir, barulah Zidan meminta untuk dicarikan seorang wanita penghibur. Kini dia berada di ruang VIP bersama Ernest dan Jaka. Menanti tiga wanita pesanan datang.
Tak lama kemudian, tiga wanita yang ditunggu akhirnya muncul. Ernest dan Jaka tampak senang. Tetapi tidak untuk Zidan. Karena wanita yang datang tidak sesuai dengan tipenya. Zidan tidak suka wanita yang agak tua dan bergaya menor. Alhasil lelaki itu memilih pergi. Ia menyuruh wanita yang dipesannya untuk berpindah melayani Ernest dan Jaka.
"Kau mau kemana, Dan? Bukannya ini alasan utamamu ke sini?" tukas Ernest. Dahinya berkerut dalam. Merasa heran.
Zidan menggaruk lehernya karena bosan. Dia menyahut, "Kalian aja. Nanti aku kasih tahu alasannya. Aku akan bayar semua biayanya dan pulang duluan."
"Oke kalau gitu. Makasih traktirannya, bro!" pekik Jaka yang sejak tadi menikmati layanan manja dari dua wanita sekaligus. Dia dan Ernest segera bermain-main dengan para wanita yang ada.
Sementara Zidan, dia langsung pergi setelah melakukan pembayaran. Lelaki tersebut menghela nafas panjang. Jujur saja, dia merasa semakin bosan menjalani harinya di Indonesia. Padahal saat kecil dirinya tidak pernah begitu. Kemungkinan Zidan sudah terlalu nyaman dengan kehidupan bebas saat tinggal di Amerika.
Lidah Zidan berdecak kesal. Ia menengok jam di pergelangan tangan. Malam masih belum terlalu larut. Zidan merasa memiliki banyak waktu untuk pergi. Alhasil dia mencoba mencari diskotik lain. Lelaki itu bahkan memeriksa rekomendasi di internet.
Dua diskotik sudah didatangi Zidan. Namun dia selalu menemukan banyak wanita yang lebih tua. Kalau pun ada yang muda, Zidan hanya menemukan gadis SMA. Sungguh, dirinya lebih membenci gadis yang terlalu muda dibanding wanita lebih tua.
Di diskotik ketiga, Zidan menyerah. Ia memutuskan duduk dan menikmati alkohol. Saat itulah seorang wanita penghibur menghampirinya. Wanita tersebut juga bukanlah tipe yang disukai Zidan.
Belum sempat sang wanita bicara, Zidan sudah beranjak pergi. Lelaki itu berjalan melewati banyaknya orang yang sibuk menari.
Langkah Zidan mendadak terhenti saat dia menyaksikan gadis tidak asing. Matanya memicing dan perlahan berjalan mendekat.
Ketika sudah dekat, mata Zidan membulat sempurna. Sebab gadis yang dilihatnya tidak lain adalah Zerin. Lagi-lagi gadis itu bergaya sangat berbeda. Baik saat di kampus, apalagi saat berada di rumah Zidan tempo hari.
Zidan menarik sudut bibirnya ke atas. Dari penampilan Zerin, dia bisa menduga apa yang dilakukan gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Listia Julianti
nah lo zerin ketemu ama zidan, WASPADA.
2022-10-06
1
Asool Gusna
wadauuuu,,,zerin kamu harus waspada sama Zidan😀😀😀
2022-10-05
2
Whidie Arista 🦋
hayo loh Zerin hidupmu gak akan tenang lagi mulai sekarang
2022-10-05
1