Akui saja. Manusia itu penuh akan kepura-puraan - Auraliv.
...༻∅༺...
Zidan melakukan pergerakan cepat. Ia membuat tubuh Zerin bergetar hebat. Perempuan itu berpegang pada rambutnya sendiri sambil menahan badan ke wastafel. Suara lenguhannya memenuhi suasana di kamar mandi.
Lama-kelamaan Zidan akhirnya mencapai puncak. Erangan panjang lantas diperdengarkannya.
"Hah... Hah..." Zidan melepaskan diri dari Zerin. Ia mendorong perempuan itu hingga tertelungkup ke wastafel. Yang tersisa sekarang hanyalah nafas yang ngos-ngosan.
"Kau ternyata gadis yang luar biasa, Rin." Zidan berujar sambil menatap Zerin melalui cermin. "Oh bukan gadis. Maksudku wanita," lanjutnya yang sekarang berbisik ke telinga Zerin.
Plak!
Sebuah tepukan keras diberikan Zidan ke pantat Zerin. Membuat kulit putih Zerin berubah jadi merah dalam sekejap.
"Akh!" Zerin reflek mengerang. Dia masih kewalahan dengan kegiatan intim beberapa detik lalu. Perlahan Zerin ambruk ke lantai. Perempuan tersebut berusaha menenangkan diri.
Zerin memasang tatapan kosong. Ia menikmati sentuhan beberapa detik lalu. Akan tetapi ketika semuanya sudah selesai, rasa sakit di alat vitalnya kembali lagi.
"Mau ikut mandi bersamaku?" tanya Zidan. Dia masuk ke bilik tempat shower berada.
Zerin hanya terdiam. Ia menatap Zidan dengan penuh kebencian. Lelaki itu tengah sibuk membersikan badan.
Handuk kimono diambil oleh Zerin. Dia segera berdiri dan mengenakan handuk tersebut. Zerin keluar dari kamar mandi.
Selang sekian menit, Zidan selesai membersihkan diri. Ia memakai handuk kimono yang sama seperti Zerin. Lalu melenggang keluar dari kamar mandi.
Zidan langsung mencari Zerin. Namun dia tidak menemukan perempuan itu.
Saat memeriksa bagian balkon, barulah Zidan menemukan Zerin. Perempuan tersebut sibuk menyesap rokok.
Zidan tersenyum miring. Lalu bergabung bersama Zerin.
"Kau ternyata punya banyak rahasia," celetuk Zidan. Dia berdiri ke sebelah Zerin. Dalam rentang jarak yang cukup jauh.
"Kau juga," sahut Zerin. Tanpa menatap lawan bicara. Ia menyesap rokok, kemudian mengeluarkan kepulan asap dari mulut.
"Kau punya lagi?" tanya Zidan. Melirik ke arah Zerin. Telapak tangannya terbuka lebar karena menginginkan sebatang rokok.
Zerin akhirnya menatap Zidan. Dia segera menyodorkan bungkus berisi rokok. Zidan lantas mengambil satu batang rokok dari bungkus tersebut. Lalu menyalakannya dengan alat pemantik.
"Kota ini penuh akan kepura-puraan. Makanya aku terpaksa ikut bermain," ungkap Zidan. Dia mulai menikmati rokoknya. "Kalau di Amerika. Aku tidak perlu bersikap begini. Tapi setidaknya aku tidak punya topeng sebanyak dirimu," sambungnya.
"Setiap orang memiliki alasan untuk melakukan sesuatu," tanggap Zerin sembari mendengus kasar. Dia perlahan mendelik ke arah Zidan.
"Kesepakatan kita akan terjadi malam ini saja bukan?" Zerin memastikan.
Bukannya menjawab, Zidan justru tersenyum. Dia hanya menatap Zerin dengan tatapan nakal.
"Sialan! Apa kau berniat akan mempermainkanku selamanya?!" timpal Zerin dengan mata yang menyalang hebat. Dia membuang rokok ke lantai. Menginjaknya kuat-kuat sampai padam.
"Punyamu terasa sangat rapat. Jadi aku ingin bermain bersamamu sampai puas," kata Zidan.
Zerin merasa sangat kesal. Dia mengangkat satu tangan. Berniat ingin menampar Zidan. Namun lelaki itu dengan cepat menangkap tangan Zerin.
"Apa kau mau aku menyebarkan rahasiamu?" Zidan lagi-lagi menggunakan senjata pamungkasnya.
"Kau sangat menyebalkan!! Aku membencimu!" geram Zerin dengan dahi yang berkerut dalam. Dia tentu sangat marah. Mengingat Zidan sudah merenggut keperawanannya serta ingkar janji.
"Kau sebaiknya pulang sekarang. Bi Lia pasti mencemaskan putrinya yang tidak kunjung pulang," ujar Zidan. Dia melepaskan tangan Zerin. Kemudian beranjak meninggalkan balkon.
"Aaarggghhhh!!!" Zerin memekik frustasi. Dia mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Perempuan itu berakhir memecahkan tangis.
Zidan yang sudah masuk ke kamar, mengamati dari balik jendela. Dia terlihat sibuk mengenakan pakaiannya kembali.
Diam-diam Zidan memeriksa ponsel Zerin. Berniat menyalin nomor telepon sekaligus rekening perempuan itu. Usai menemukan apa yang dicari, Zidan beranjak meninggalkan hotel. Ia melakukannya tanpa sepengetahuan Zerin.
Di waktu yang sama, Zerin masih terdiam di balkon. Dia segera masuk ke kamar ketika sudah puas menangis.
Kening Zerin mengernyit tatkala tidak melihat keberadaan Zidan. Ia lantas mencari ke berbagai sudut ruangan termasuk kamar mandi.
Bersamaan dengan itu, ponsel Zerin berdering. Dia segera mengangkat panggilan dari nomor tidak dikenal.
"Aku sudah pulang duluan. Simpan nomorku mulai sekarang. Aku juga sudah mengirimkan sedikit uang sebagai penghargaan untuk harga dirimu. Aku tidak seburuk yang kau kira bukan?" Orang yang menelepon ternyata adalah Zidan. Zerin dapat mengetahuinya karena mengenali nada bicara lelaki tersebut.
"Kau memeriksa ponselku tanpa izin?!" sahut Zerin. Untuk yang kesekian kalinya dia dibuat marah terhadap kelakuan Zidan.
"Kenapa tidak? Sampai bertemu di permainan selanjutnya." Zidan mengakhiri panggilan lebih dulu.
"Kau--" Zerin urung bicara karena Zidan terlanjur mematikan panggilan.
Tak lama kemudian, Zerin menerima notifikasi masuk. Ia menemukan saldo tabungannya bertambah. Zidan mengirimkan uang sebesar sepuluh juta rupiah untuk Zerin.
"Sialan! Dia menghargaiku seharga tas Gucci keluaran satu tahun lalu," gerutu Zerin. Merasa tidak terima. Mengingat dia sudah berkorban merasakan sakit disekujur badannya karena Zidan.
...***...
Waktu menunjukkan jam setengah tiga dini hari. Zerin baru saja pulang ke rumah. Dia berjalan mengendap-endap mendekati jendela kamarnya.
Zerin memang selalu begitu jika memiliki jadwal dengan klien. Dia tidak berani lewat pintu depan karena tidak mau ketahuan Lia. Selain itu, Zerin sudah mengganti pakaian dengan kaos, jaket dan celana jeans. Ia tentu tidak akan nekat pulang dalam keadaan memakai baju minim kain.
"Pssst! Mir!" ujar Zerin. Memanggil sang adik yang asyik tertidur pulas. Kebetulan Zerin tidur satu kamar dengan adik perempuannya yang bernama Amira.
Karena tidak kunjung bangun, Zerin memanggil Amira lewat panggilan telepon. Bunyi dering ponsel langsung menggema.
Amira membuka mata. Dia mengambil kacamata terlebih dahulu. Memakainya, lalu memeriksa ponsel.
Saat melihat nama Zerin, barulah Amira mengerti. Dia segera membukakan jendela untuk sang kakak.
"Kerja kelompok lagi, Kak?" tanya Amira dengan keadaan mata yang masih mengantuk. Penampilannya sangat berbeda jauh dibanding Zerin. Amira juga memiliki wajah dengan cukup banyak jerawat. Jujur saja, dia selalu iri terhadap kecantikan yang dimiliki sang kakak.
"Iya. Kebetulan selesainya larut banget," jawab Zerin berkilah. Dia terlihat meringis sembari menekan organ intimnya. Zerin tentu masih merasakan perih.
"Kak Zerin kenapa? Lagi mens?" Amira yang curiga, langsung menyelidik.
"I-iya, Mir. Baru aja. Gila banget keluarnya pas lagi sibuk kerja kelompok," tanggap Zerin seraya melepas tas selempang.
Amira mengangguk. Dia menutup jendela kembali. Kemudian melanjutkan tidurnya. Meskipun begitu, mata Amira masih terbuka untuk mengamati Zerin yang sibuk berganti baju.
Sebenarnya Amira mulai mencurigai sikap Zerin yang terlalu sering pulang larut malam. Ia semakin curiga ketika melihat tanda-tanda merah di kulit sang kakak. Apalagi kali ini dia melihat tanda merah di tubuh Zerin lebih banyak dari biasanya.
"Kak Zerin?" panggil Amira. Dia merubah posisi menjadi duduk.
"Iya?" Zerin menoleh.
"Badan Kak Zerin kok merah-merah gitu?" tanya Amira.
Zerin melebarkan kelopak mata. Dia tidak menduga Amira akan bertanya secara gamblang begitu. "Di rumah temanku kebetulan banyak nyamuknya, Mir. Apalagi kalau malam. Oh iya, darah Kakak kan O, katanya darah O itu manis. Kesukaannya para nyamuk," ucapnya seraya terkekeh. Zerin berusaha tenang. Karena jika dia terlihat gugup, maka orang akan tahu kalau dirinya berbohong. Zerin mengetahui ilmu itu dari buku tentang Psikologi.
"Oh... Harusnya Kakak pakai handbody anti nyamuk," sahut Amira yang kembali telentang ke ranjang. Untuk sekarang dia akan mempercayai kakaknya. Langsung membuang jauh rasa curiga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
lovely
adiknya baik kakanya.senwng maksiat tambah ktu laki² penjahat klamin klop dahh🥵
2022-12-26
0
Sin Cera 😉
astoge kiraiin dah selesai ternyata masih lanjut 🤣🤣
2022-11-11
1
zeaulayya
Zerin mau aja di begoin ma laki macam zidan , oh yah ampun butuh perlawanan ituh ,jgn mau di manfaatin zer jgn lembek gak apa” barbar dan cerdik lebih menarik gak mudah di begoin🤭😃
2022-10-07
2