NovelToon NovelToon

Gairah Cinta Zerin & Zidan

Bab 1 - Rahasia Zerin

Setiap manusia pasti memiliki sisi gelap. Sisi itu seringkali disembunyikan dalam kotak pandora yang rapi - Auraliv.

...༻∅༺...

Cantik jelita. Itulah Zerin Anindita. Sering disapa dengan panggilan Zerin. Bahkan ada banyak lelaki di kampus yang menganggap Zerin gadis sempurna.

Zerin memiliki wajah berbentuk oval dengan kulit putih bersih, hidung mancung, bibir tipis dan berambut pendek sebahu. Ia juga dikenal sebagai gadis yang memiliki segudang prestasi. Semenjak sekolah dasar, Zerin selalu meraih juara satu. Tidak heran dia dapat dengan mudah meraih beasiswa di Fakultas Kedokteran.

Selain cantik, Zerin juga selalu tampil modis. Dia populer dan mempunyai banyak teman di kampus. Semua orang menganggap Zerin berasal dari keluarga konglomerat. Tetapi pada kenyataannya tidak seperti itu.

Semua orang mungkin melihat Zerin adalah sosok sempurna. Namun siapa yang menduga? Dibalik kecantikan, prestasi, dan sikap baiknya, Zerin sebenarnya hanyalah putri seorang pembantu rumah tangga.

Zerin berusaha keras menutupi fakta bahwa dirinya adalah anak orang miskin. Lalu bagaimana dengan tampilan modis dan barang bermerek yang selalu dipakainya ke kampus?

Ada satu lagi rahasia Zerin. Bahkan lebih besar dibanding gayanya yang selalu bersikap seperti anak orang kaya. Yaitu pekerjaannya sebagai sugar baby.

Zerin terpaksa bekerja di malam tertentu demi mendapat uang tambahan yang banyak. Selain tidak mau merepotkan ibunya, dia juga butuh uang untuk menunjang penampilannya saat ke kampus. Walaupun begitu, fakta mengenai pekerjaannya sebagai sugar baby juga dirahasiakan dari sang ibu.

Meski menjadi sugar baby, Zerin masih perawan. Dia selalu melayani para lelaki hidung belang dengan cara tertentu. Satu hal yang pasti, Zerin bertekad melindungi keperawanannya bagaimanapun caranya.

Sekarang adalah semester kedua kuliah. Zerin baru saja selesai mandi. Dia bersiap mengantar sang ibu ke rumah majikan.

"Rin, kamu sebaiknya nggak usah ikut. Bukankah hari ini ada jam kuliah?" tanya Lia. Wajah keriputnya tersebut menunjukkan kekhawatiran.

"Enggak apa-apa, Bu. Lagian jam kuliahnya siang. Aku bisa bantuin Ibu dulu," jawab Zerin. Ia sebenarnya sangat menyayangi sang ibu. Namun lingkungan pertemanan serta tuntutan zaman membuatnya harus melakukan banyak hal buruk.

"Ya sudah. Ayo kita pergi." Lia tersenyum bangga sembari memegang lembut pipi Zerin. Dia segera pergi dibonceng oleh Zerin menggunakan motor.

Ketika Zerin nyaris menjalankan motor, Lia tiba-tiba mencegat. Atensinya terfokus ke rok mini yang dikenakan sang anak. Lia baru sadar kalau rok yang dikenakan Zerin sangat pendek. Sebab rok tersebut menyusut saat putrinya duduk mengangkang di atas motor.

"Rin, kamu sebaiknya ganti rokmu sama yang lebih panjang. Nggak baik kalau dilihat orang. Apalagi sama lelaki. Kalau mengundang syahwat orang jahat bagaimana?" tegur Lia.

Zerin justru terkekeh. Dia tetap menjalankan motornya. "Astaga, Bu... Ini sudah biasa. Lagian kalau ada yang gangguin kan tinggal aku tonjok mukanya. Ibu tahukan aku jago karate," tanggapnya santai.

Lia lantas geleng-geleng kepala. Dia tahu bagaimana keras kepalanya Zerin saat diberi nasehat.

Lia bekerja di rumah keluarga Dirgantara. Perusahaan bisnis keluarga Dirgantara sendiri adalah salah satu yang terbesar di Asia. Wira Dirgantara yang merupakan pemilik perusahaan bahkan masuk sebagai salah satu orang terkaya se-Asia Tenggara.

Keluarga Dirgantara sudah cukup mengenal Zerin. Hubungan mereka cukup akrab. Keluarga Dirgantara memang dikenal dermawan dan ramah. Bahkan kepada pembantu-pembantu di rumahnya. Terutama Arni Dirgantara yang tidak lain adalah istri dari Wira Dirgantara.

Kini Zerin sedang sibuk memotong sayuran. Dari balik pintu, muncullah Arni dengan senyuman. Auranya sangat menenangkan. Walau sudah paruh baya, Arni tetap terlihat awet muda.

"Hai, Nyonya Arni." Zerin menyapa sambil sedikit membungkuk.

"Santai aja, Rin. Kamu nggak kuliah hari ini?" tanya Arni.

"Kuliah, tapi jam dua nanti. Masih lama," jawab Zerin.

"Oh iya, Rin. Aku lupa bilang kalau Tuan Zidan akan pulang besok. Katanya dia mau kuliah di jurusan yang sama kayak kamu," cetus Lia. Masuk ke dalam pembicaraan. Dia membicarakan putra Arni yang sudah lama tinggal di luar negeri.

"Iya, aku paksa Zidan biar lanjutin kuliah di sini. Dia terlalu lama di luar negeri. Takut nggak kenal lagi sama orang tuanya sendiri. Ini aja dia selalu lupa telepon sama ibunya sendiri," tanggap Arni sekaligus bercurah hati.

Deg!

Jantung Zerin dibuat kaget. Sebab jika Zidan berkuliah di sini, maka otomatis dia pasti akan kuliah di Universitas Wijaya Dirgantara. Kampus yang tidak lain adalah tempat Zerin berkuliah sekarang.

Bila Zidan memang akan kuliah di kampus yang sama, maka otomatis rahasia Zerin akan ketahuan. Gadis itu takut teman-temannya mengetahui jati dirinya.

"Ka-kapan Tuan Zidan-nya kuliah ya, Nyonya?" tanya Zerin memastikan. Dia agak tergagap.

"Lusa nanti dia sudah bisa kuliah. Kebetulan Papahnya sudah mengurus semuanya ke Universitasmu," sahut Arni. Membuat Zerin harus menenggak salivanya sendiri.

Mata Zerin meliar ke segala arah. Dia harus memikirkan sesuatu agar rahasianya tetap terjaga.

...***...

Hari dimana Zidan datang ke Indonesia akhirnya tiba. Dia baru saja menjejakkan kaki di bandara. Menunggu jemputan dari kedua orang tuanya.

Zidan Dirgantara, digadang-gadang akan menjadi pewaris bisnis keluarga Dirgantara. Selain tajir, Zidan berwajah rupawan.

Zidan berambut cepak, berbadan tinggi semampai, dan berkulit putih bersih. Dia memiliki tatapan mata tajam yang akan membuat banyak gadis bertekuk lutut.

Mungkin definisi sempurna cocok untuk seorang Zidan. Namun setiap manusia selalu memiliki rahasia bukan? Zidan pun begitu. Dia juga tak jauh berbeda dari Zerin. Tetapi pastinya rahasia Zidan jelas berbeda dengan milik Zerin.

Belum cukup lama menunggu, Arni dan Wira akhirnya datang. Mereka memeluk Zidan dengan bergantian. Lalu membawa sang putra pulang ke rumah.

"Zidan, kamu mau makan dulu?" tawar Arni sembari merangkul sang putra. Kebetulan mereka sudah tiba di rumah.

"Nanti aja, Mah. Aku mau istirahat ke kamar. Bikinkan aku minuman segar aja ya," ujar Zidan.

"Beristirahatlah, Dan. Besok kamu harus bersiap untuk kuliah," sahut Wira. Ia menepuk pundak Zidan.

Sejak kecil, Wira memang bertekad menjadikan Zidan dokter. Hal itu karena semua bisnisnya berkaitan dengan kebutuhan medis. Dari alat bahkan sampai obat-obatan. Wira juga memiliki rumah sakit sendiri yang tersebar di sepuluh kota. Pendidikan yang dibangunnya juga selalu mengutamakan ilmu medis.

Wira ingin Zidan memahami dunia medis lebih banyak darinya. Karena dia tahu bisnis dibidang itu sangat menguntungkan dibanding makanan dan lainnya. Saham Wira bahkan hampir tidak pernah mengalami penurunan. Ia berharap saat Zidan menjadi direktur nanti, sang putra dapat bekerja lebih baik darinya.

Sekarang Zidan baru memasuki kamar. Senyuman cerahnya tadi seketika berubah menjadi cemberut. Dia menendang kasar kopernya sendiri. Zidan segera memanggil seseorang melalui ponsel.

"Sial! Baru beberapa detik di sini aku sudah nggak betah!" keluh Zidan. Pada teman dekatnya bernama Reza.

"Bwahaha! Pasti karena takut nggak bisa bebas kan? Kasihan sekali. Harusnya kau bikin alasan apa gitu," tanggap Reza dari seberang telepon. Dia merupakan teman Zidan dari Indonesia yang kebetulan tinggal di luar negeri. Keduanya akrab saat tinggal bersama di Amerika.

"Pastinya itu sih! Aku--" ucapan Zidan terhenti saat mendengar pintu diketuk. Dia lantas mengakhiri panggilan telepon. Lalu menyuruh orang yang datang untuk masuk.

Sosok Zerin muncul dari balik pintu. Dia datang membawakan Zidan minuman segar. Gadis itu sempat terkesiap menyaksikan sosok Zidan.

'Ganteng juga. Tapi dari penampilan, yakin sih lelaki kayak gini playboy,' komentar Zerin dalam hati. Meskipun begitu, dia berusaha bersikap senormal mungkin.

Hal serupa sebenarnya juga dipikirkan Zidan. Naluri kejantanannya aktif saat melihat sosok Zerin. Lelaki itu bahkan mengamati Zerin dari ujung kaki sampai kepala. Ia sempat terpana dengan kecantikan Zerin. Tetapi pakaian yang dikenakan gadis tersebut membuatnya memikirkan hal lain.

'Cantik tapi... Terlihat lusuh. Dia jelas anak orang miskin. Aku yakin pasti anak pembantu Mamah,' batin Zidan.

"Selamat datang ke rumah, Tuan Zidan..." ucap Zerin seraya meletakkan minuman ke atas nakas. Dia segera memutar tubuhnya menghadap Zidan.

"Terima kasih," sahut Zidan. Dia mengira Zerin akan segera pergi. Tetapi gadis itu masih diam di tempat sambil menggigit bibir bawahnya.

"Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan?" tanya Zidan.

"Iya... Ini mengenai kampus tempat anda akan berkuliah besok," gagap Zerin. Dia meragu. Sebab kedatangannya menemui Zidan karena ingin membicarakan sesuatu. Tentu saja berkaitan dengan reputasinya di kampus. Zerin ingin semua itu tetap terjaga. Namun apakah Zidan bersedia membantunya?

..._____...

..._____...

Bab 2 - Berbeda 180°

Semua manusia sebenarnya juga memiliki cangkang layaknya keong. Tetapi cangkang itu akan berubah untuk menyesuaikan tempat dimana dirinya berada - Auraliv.

...༻∅༺...

Zidan menatap Zerin penuh tanya. Menanti penjelasan dari gadis itu lebih lanjut.

"Sebelumnya kenalkan nama saya Zerin. Anak dari Bi Lia," tutur Zerin.

"Oke." Zidan sengaja berbasa-basi. Dia tidak sabar mendengar hal yang ingin dibicarakan Zerin.

"Begini... Saya ingin bantuan anda untuk menutupi rahasia. Dan ini terkait saya sebagai anak seorang pembantu rumah tangga," ungkap Zerin. Dia terpaksa membuang rasa malunya jauh-jauh.

"Kenapa begitu? Kau malu dengan ibumu sendiri?" timpal Zidan dengan dahi berkerut.

"Bukan begitu! Hanya saja... Saya tidak mau ada yang tahu. Saya harap Tuan mau membantu. Jujur, saya pasti akan sangat berterima kasih." Zerin menjelaskan.

"Pertama-tama berhentilah bicara formal kepadaku. Itu terdengar tidak nyaman. Panggil saja aku dengan sebutan nama. Lagi pula sepertinya kita seumuran," balas Zidan. Dia tidak menanggapi permintaan Zerin kepadanya. Lelaki itu lebih memilih membicarakan hal lain.

"Baiklah." Zerin mengangguk.

"Kalau begitu, bisakah kau pergi? Aku ingin istirahat." Zidan mengusir dengan cara baik-baik. Ia mengukir senyuman palsu.

"Ah, tentu saja!" Zerin buru-buru pergi. Dia mendengus lega saat keluar dari kamar Zidan. Gadis itu hanya berharap Zidan bersedia membantunya.

Satu hari terlewat. Zidan baru saja tiba di kampus. Kedatangannya langsung menarik banyak pasang mata. Bagaimana tidak? Mobil yang dipakainya saja merupakan mobil tesla keluaran terbaru.

Zidan tidak peduli dengan tatapan orang-orang terhadapnya. Menjadi perhatian banyak orang sudah biasa baginya.

Ketika hendak masuk ke kelas, Zidan tak sengaja menyaksikan Zerin. Dia kaget menyaksikan penampilan gadis itu.

"Shi*t!" saking kagetnya, Zidan sampai mengumpat. Dia tidak percaya dengan apa yang dirinya lihat.

Zerin tampak sangat bergaya. Belum lagi outfit yang dikenakan gadis itu. Sebagai orang yang tahu merek designer terkenal, Zidan tahu outfit milik Zerin bukanlah kacang-kacangan.

Penampilan Zerin berubah seratus delapan puluh derajat dibanding kemarin. Zidan sampai memicing untuk memastikan apakah orang yang dilihatnya adalah Zerin atau tidak.

Menyaksikan kehadiran Zidan, Zerin berusaha tenang. Dia berpura-pura tidak mengenal lelaki itu. Zerin nampak beberapa kali memperbaiki rambut sambil memasang raut wajah pucat. Ia benar-benar takut Zidan akan membeberkan rahasianya.

Tanpa diduga, Zidan mengabaikan Zerin begitu saja. Saat itulah gadis tersebut dapat bernafas lega.

Baru satu hari berada di kampus baru, Zidan sudah mempunyai banyak teman. Dari banyaknya mahasiswa, dia menjadikan dua orang sebagai teman terdekat.

Nama kedua teman baru Zidan adalah Ernest dan Jaka. Keduanya kebetulan juga anak konglomerat seperti Zidan. Walaupun begitu, kekayaan Ernest dan Jaka tidak sebanding dengan milik Zidan.

Kebetulan Zidan berada di jurusan yang sama dengan Zerin. Meskipun begitu, mereka berada di kelas yang berbeda.

Di hari pertama berkuliah, Zidan sudah tahu alasan utama Zerin menutupi identitasnya sebagai anak pembantu. Yaitu karena gadis itu merupakan primadona kampus.

Semua orang mengenal Zerin sebagai mahasiswi cantik, berprestasi, dan kaya raya. Tetapi tidak untuk Zidan. Mungkin dia menjadi satu-satunya orang yang tahu Zerin hanyalah putri seorang pembantu rumah tangga.

Zidan tidak peduli. Dia memilih bersikap seperti Zerin. Yaitu bersikap seakan-akan tidak mengenal.

Sekarang Zidan sedang berada di kantin. Dia menikmati minuman segar bersama Ernest dan Jaka.

"Eh, kalian tahu diskotik yang banyak layanan plusnya nggak?" celetuk Zidan.

Ernest dan Jaka reflek bertukar pandang. Keduanya tidak menyangka Zidan merupakan sosok yang seperti itu. Mengingat keluarga Dirgantara dikenal terpandang dan terhormat.

"Kau suka begituan juga, Dan?" Jaka memastikan.

"Laki mana sih yang nggak suka begituan?" balas Zidan. Membuat Jaka dan Ernest otomatis terkekeh bersama.

"Aku sama Jaka biasanya pergi ke satu diskotik aja sih. Kami belum pernah datang ke beberapa tempat. Jadi nggak tahu mana yang bagus," ucap Ernest memberitahu.

"Tapi di diskotik yang sering kami datangi ada juga layanan plus-plusnya. Ernest pernah cobain," kata Jaka sembari melirik Ernest.

"Hush! Itu mulut bisa dijaga nggak sih?!" timpal Ernest. Dia malu jika ada orang yang mendengar.

"Ya udah. Aku akan coba ke diskotik kalian itu. Kita berangkat nanti malam! Dan biar aku yang bayar semuanya," ujar Zidan yang langsung disambut dengan seruan penuh semangat oleh Ernest dan Jaka.

...***...

Saat waktu menunjukkan jam tujuh malam, Zidan berangkat sesuai janji. Dia akan bertemu Ernest dan Jaka langsung di diskotik. Mereka bersenang-senang di sana. Dari mulai menari di lantai dansa sampai meminum alkohol.

Di akhir, barulah Zidan meminta untuk dicarikan seorang wanita penghibur. Kini dia berada di ruang VIP bersama Ernest dan Jaka. Menanti tiga wanita pesanan datang.

Tak lama kemudian, tiga wanita yang ditunggu akhirnya muncul. Ernest dan Jaka tampak senang. Tetapi tidak untuk Zidan. Karena wanita yang datang tidak sesuai dengan tipenya. Zidan tidak suka wanita yang agak tua dan bergaya menor. Alhasil lelaki itu memilih pergi. Ia menyuruh wanita yang dipesannya untuk berpindah melayani Ernest dan Jaka.

"Kau mau kemana, Dan? Bukannya ini alasan utamamu ke sini?" tukas Ernest. Dahinya berkerut dalam. Merasa heran.

Zidan menggaruk lehernya karena bosan. Dia menyahut, "Kalian aja. Nanti aku kasih tahu alasannya. Aku akan bayar semua biayanya dan pulang duluan."

"Oke kalau gitu. Makasih traktirannya, bro!" pekik Jaka yang sejak tadi menikmati layanan manja dari dua wanita sekaligus. Dia dan Ernest segera bermain-main dengan para wanita yang ada.

Sementara Zidan, dia langsung pergi setelah melakukan pembayaran. Lelaki tersebut menghela nafas panjang. Jujur saja, dia merasa semakin bosan menjalani harinya di Indonesia. Padahal saat kecil dirinya tidak pernah begitu. Kemungkinan Zidan sudah terlalu nyaman dengan kehidupan bebas saat tinggal di Amerika.

Lidah Zidan berdecak kesal. Ia menengok jam di pergelangan tangan. Malam masih belum terlalu larut. Zidan merasa memiliki banyak waktu untuk pergi. Alhasil dia mencoba mencari diskotik lain. Lelaki itu bahkan memeriksa rekomendasi di internet.

Dua diskotik sudah didatangi Zidan. Namun dia selalu menemukan banyak wanita yang lebih tua. Kalau pun ada yang muda, Zidan hanya menemukan gadis SMA. Sungguh, dirinya lebih membenci gadis yang terlalu muda dibanding wanita lebih tua.

Di diskotik ketiga, Zidan menyerah. Ia memutuskan duduk dan menikmati alkohol. Saat itulah seorang wanita penghibur menghampirinya. Wanita tersebut juga bukanlah tipe yang disukai Zidan.

Belum sempat sang wanita bicara, Zidan sudah beranjak pergi. Lelaki itu berjalan melewati banyaknya orang yang sibuk menari.

Langkah Zidan mendadak terhenti saat dia menyaksikan gadis tidak asing. Matanya memicing dan perlahan berjalan mendekat.

Ketika sudah dekat, mata Zidan membulat sempurna. Sebab gadis yang dilihatnya tidak lain adalah Zerin. Lagi-lagi gadis itu bergaya sangat berbeda. Baik saat di kampus, apalagi saat berada di rumah Zidan tempo hari.

Zidan menarik sudut bibirnya ke atas. Dari penampilan Zerin, dia bisa menduga apa yang dilakukan gadis itu.

Bab 3 - Keperawanan Bernilai 1 Milyar

Rahasia memang bisa dijaga. Namun bisa juga mengancam dirimu - Auraliv.

...༻∅༺...

Suasana klub malam dipenuhi oleh lampu redup berwarna-warni. Zerin duduk sambil menyilangkan kaki. Dia mengenakan kaos baju ketat dan rok mini. Belahan dada dan pangkal pahanya terlihat jelas.

Demi bisa menunjang penampilan untuk berkuliah di fakultas kedokteran, Zerin rela terjun ke dunia malam. Sekarang begitulah jadinya dia. Menjalani keseharian dengan menghadapi lelaki hidung belang.

Rokok tersemat di antara jari-jemari Zerin. Dia menunggu pelanggannya yang masih dalam perjalanan.

Sebuah tangan tiba-tiba menyentuh pundak Zerin. Gadis itu reflek menoleh.

Mata Zerin terbelalak saat melihat orang yang ada di hadapannya bukan orang asing. Dia tidak lain adalah Zidan.

"Zi-Zidan..." Zerin kaget bukan kepalang. Dia juga merasa sangat malu. Mengingat pekerjaannya sebagai sugar baby selalu dirahasiakan dari semua orang.

"Hai, Rin." Zidan mengembangkan senyuman lebar. Satu alisnya terangkat.

Zerin langsung mematikan rokok. Lalu berdiri menghadap Zidan.

"Apa yang kau lakukan di sini?" timpal Zerin.

"Bukankah harusnya aku yang bertanya begitu?" balas Zidan dengan senyuman remeh. Memperhatikan penampilan Zerin dari ujung kaki sampai kepala. Lelaki itu telan ludah sendiri ketika menyaksikan lekuk tubuh Zerin yang seksi.

"A-apa maksudmu?" Kini Zerin yang meneguk salivanya sendiri. Berharap Zidan belum tahu apa-apa tentang pekerjaannya.

Reputasi adalah hal terpenting bagi Zerin. Ia akan melakukan apa saja agar reputasinya selalu terlihat baik di mata orang. Terutama di kampus.

"Awalnya aku tidak percaya kalau gadis yang kulihat adalah kau. Tapi ternyata..." Zidan geleng-geleng kepala. "Dari pakaian minim itu, aku bisa menduga apa yang sedang kau lakukan di sini," lanjutnya.

Zerin terkesiap. Sekarang dia dapat mengira kalau Zidan sudah tahu kalau dirinya memiliki pekerjaan yang tidak-tidak.

Dengan cepat Zerin meraih tangan Zidan. Membawa lelaki itu jauh dari keramaian. Tepatnya ke sebuah lorong menuju toilet.

"Aku mohon, rahasiakan apa yang kamu tahu dari siapapun. Terutama dari ibuku," mohon Zerin. Ia selalu beranggapan kalau Zidan merupakan pemuda baik seperti kedua orang tuanya. Sebab keluarga Dirgantara memang dikenal memiliki reputasi sangat bagus di mata semua orang. Termasuk Zerin sendiri.

"Aku sudah membantu merahasiakan identitasmu. Tapi kalau masalah ini, sepertinya kau harus membayar." Zidan menyilangkan tangan di dada. Sedikit mencondongkan wajahnya ke hadapan Zerin. Hingga jarak wajah di antara keduanya hanya helat beberapa inci.

"Membayar?" Mata Zerin menampakkan binar getir.

"Iya. Kau harus membayar," terang Zidan sambil melayangkan tatapan tajam. Tatapan itu sukses membuat gadis di hadapannya mundur satu langkah.

Deg!

Zerin terhenyak. Ia tidak menyangka sosok Zidan yang dikiranya akan baik, ternyata bersikap begitu. Setelah dipikir-pikir, kehadiran Zidan di klub malam memang terasa janggal. Dia yakin lelaki itu sudah biasa datang ke diskotik.

"Kau tidak hanya menerima Om-om itu kan?" ujar Zidan.

"Maksudmu?" sahut Zerin. Masih tak mengerti.

Zidan berseringai. Dia mendekatkan mulut ke telinga Zerin.

"Kau pasti tahu. Aku tidak perlu menjelaskan..." desis Zidan sembari mengaitkan anak rambut Zerin ke daun telinga. Lalu membaui aroma khas dari gadis itu.

Semenjak menyaksikan Zerin mengenakan pakaian seksi, Zidan mulai tertarik kepada gadis tersebut. Terlebih malam itu dia memang tengah mencari wanita bayaran untuk bercinta dengannya.

"Kau menginginkan jasaku?" Zerin memastikan.

"Bisa dibilang begitu. Ayo kita ke hotel. Kita bisa melakukannya di sana," usul Zidan yang tampak tenang.

Mata Zerin membulat, ketika merasakan tangan Zidan menyingkap roknya. Menyentuh lembut area pangkal pahanya.

Darah disekujur badan Zerin berdesir hebat. Ia bahkan sampai reflek menutup mata.

"Dari responmu, aku yakin kau juga menginginkanku." Zidan lagi-lagi berbisik.

"Tapi aku masih perawan! Kau pikir aku akan menyerahkannya semudah itu? Setelah perjuanganku untuk mempertahankannya dari Om-Om itu?!" tukas Zerin panjang lebar.

"Bwahahaha!" Zidan malah tergelak lepas. "Perawan? Kau pikir aku percaya? Bagaimana mereka bisa puas saat bersamamu?! Jelas itu tidak mungkin!" tambahnya tak percaya.

"Terserah apa katamu. Tapi aku tidak akan menyerahkan keperawananku semudah itu!" balas Zerin.

Zidan tersenyum miring. "Jadi kau tidak peduli kalau aku akan menyebarkan rahasiamu?" tukasnya. Membuat Zerin langsung merasa tertohok.

Zerin berpikir keras. Jika dia menolak, pasti Zidan akan menyebarkan rahasianya. Usai cukup lama menimbang-nimbang, Zerin akhirnya membuat keputusan akhir.

"Lima ratus juta! Kau bisa memakai jasaku. Tapi aku tidak bersedia melakukan hubungan intim!" kata Zerin.

Zidan terkekeh. Namun itu tidak berlangsung lama. Dia segera merubah mimik wajahnya menjadi serius. "Katakan kepadaku, bagaimana kau memuaskan gairah pelangganmu tanpa berhubungan intim?" tanya-nya.

"Aku yakin kau tahu," jawab Zerin.

Zidan lantas berpikir. Sampai atensinya tertuju ke arah bibir Zerin. Kini dia mengerti bagaimana cara gadis itu memuaskan para lelaki hidung belang.

"Kau melakukan oral sek-s?" tebak Zidan. Ia mengusap kasar wajahnya. Dirinya tidak menyangka Zerin yang tampak polos bisa seliar itu. "Wow... Sudah berapa pisang yang kau makan, Rin?" timpalnya dengan tatapan remeh.

"Jangan coba-coba menghinaku! Aku begini bukan berarti tidak punya harga diri!" tegas Zerin.

"Tapi aku yakin kau akan menyerahkan harga dirimu jika aku membayar mahal! Bagaimana jika aku tawarkan satu milyar untuk membeli keperawananmu." Zidan memasukkan dua tangan ke saku celana. Menanti jawaban Zerin sambil tersenyum. Dia yakin gadis seperti Zerin pasti akan goyah ketika mendengar jumlah uang yang banyak.

Zerin terdiam seribu bahasa. Satu milyar tentu adalah jumlah besar yang pernah ditawarkan kepadanya. Apalagi Zidan menawarkannya dengan jaminan akan merahasiakan segalanya. Termasuk mengenai pekerjaan Zerin sebagai sugar baby.

Kebetulan juga Zerin sangat memerlukan uang yang banyak sekarang. Selain untuk biaya kuliah, tetapi juga membayar hutang mendiang sang ayah.

"Tik tok, tik tok. Kau mau bercinta denganku, atau memilih semua rahasiamu disebarkan?" Zidan mendesak.

"Ba-baiklah! Satu milyar. Aku akan melakukannya," kata Zerin. Membuat senyuman Zidan sontak melebar.

"Bagus. Akhirnya aku menemukan wanita yang tepat," ucap Zidan sembari membelai rambut Zerin. Keduanya segera pergi ke hotel terdekat.

...***...

Zidan dan Zerin baru saja memasuki kamar. Zidan tampak sudah melepas pakaian atasan. Namun tidak untuk Zerin yang terlihat mematung di tempat.

"Kau kenapa? Gugup?" tanya Zidan.

"Menurutmu?" balas Zerin. Berlagak seolah baik-baik saja. Padahal dia merasa sangat berat untuk menyerahkan keperawanannya. Keraguan juga sempat menghantui Zerin untuk merubah pikiran. Tetapi karena Zidan mengetahui semua rahasianya, dia merasa menolak adalah pilihan terburuk.

"Kau mau aku yang melepas pakaianmu?" tawar Zidan sembari mendekat.

"Tidak. Aku bisa sendiri," tolak Zerin. Dia segera melepas pakaian satu per satu.

Zidan terus memperhatikan. Dia terlihat masih mengenakan celana pendek. Zidan belum sepenuhnya melepas pakaian.

Ketika Zerin sudah menanggalkan seluruh pakaian di badannya, saat itulah Zidan menyerang dengan ciuman bibir yang ganas. Dua tangan pria itu menelisik setiap jengkal tubuh Zerin. Memberikan getaran kuat pada seluruh pori-pori Zerin.

"Mmmph..." Zerin bergumam nikmat. Nafasnya dan Zidan mulai memburu.

Puas menikmati bibir Zerin, Zidan beralih ke ceruk leher. Sedangkan tangannya sibuk mencengkeram dua buah dada Zerin yang terbilang besar.

"Akh..." Zerin merasa tubuhnya begitu ringan. Dia yang tadinya sempat takut, secara alami menikmati semua permainan Zidan. Dirinya berpegang erat pada punggung Zidan yang kokoh. Saat itulah lelaki tersebut mendorongnya ke ranjang. Tubuh Zerin yang polos tanpa sehelai kain itu terhempas ke benda empuk tersebut.

Zerin menggigit bibir bawahnya. Dua kakinya menggeliat tidak karuan. Ia menatap Zidan seolah menginginkan sentuhan lebih.

Zidan berseringai. Atensinya tidak terlepas dari gadis tanpa pakaian yang sedang telentang di ranjang. Dia tiba-tiba beranjak. Membuat Zerin sontak mengerutkan dahi. Apa lelaki itu sengaja mempermainkannya? Kegelisahan kembali menyelimuti Zerin.

Zidan meraih celananya yang tergeletak di lantai. Ia mengambil ponsel dari saku celana. Lalu kembali ke hadapan Zerin.

"Kau mau apa?" tanya Zerin seraya duduk tegak.

Zidan tidak menjawab. Dia justru mendorong Zerin agar bisa kembali telentang. Gadis itu sontak terhempas ke ranjang lagi.

Cekrek!

Sebuah foto diambil oleh Zidan. Zerin tentu tidak menduga akan hal itu.

"Sial! Kau mengambil fotoku?!" geram Zerin tak terima.

"Kau tenang saja. Aku tidak akan menyebarkannya. Biasanya aku menggunakan kamera. Tapi karena kameranya tidak terbawa, jadi aku menggunakan ponsel. Aku akan jadikan ini sebagai koleksiku," ujar Zidan.

Zerin terperangah tak percaya. Zidan ternyata lebih hina dari yang dirinya duga.

"Kau psiko! Aku tidak--" ucapan Zerin terhenti saat tangan Zidan sigap membekapnya.

Zidan bergegas melepas celana. Sampai dia benar-benar telanjang seperti Zerin. Lalu memposisikan diri berada di atas badan gadis tersebut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!