Bab 6 - Bersikap Normal

Banyak hal yang bisa dibicarakan hanya lewat tatapan. Terutama mengenai rahasia besar - Auraliv.

...༻∅༺...

Di pagi yang cerah, Zerin masih tidur dengan nyenyak. Amira mengguncang tubuhnya berulangkali. Hingga Zerin akhirnya terbangun dari tidur.

"Hmmmh... Kenapa?..." tanya Zerin lirih. Dia masih belum membuka mata. Memeluk bantal guling ke arah samping.

"Itu loh. Ibu minta di temanin ke rumah majikan. Hari ini kan ada acara arisan Nyonya Arni," ucap Amira.

Zerin merubah posisi menjadi duduk. "Kenapa nggak kamu aja sih?" tanya-nya yang masih belum membuka lebar matanya.

"Astaga, Kak! Aku harus ke sekolah," sahut Amira sembari mengerutkan dahi.

"Oh iya. Maaf, aku lupa." Zerin akhirnya membuka mata. Kini dia bisa melihat Amira mengenakan seragam SMA. Adiknya tersebut segera beranjak setelah mencium tangan Zerin dan Lia.

Sambil mendengus kasar, Zerin segera bersiap. Setelah mandi dan makan, barulah dia berangkat bersama ibunya ke rumah keluarga Dirgantara.

Sesampainya di tempat tujuan, Zerin dan Lia langsung membuat beragam hidangan di dapur. Kebetulan Arni sudah menyiapkan bahannya lebih dulu.

"Rin, kamu kuliahnya jam berapa hari ini?" tanya Lia seraya sibuk mencuci sayuran.

"Jam sebelas siang, Bu!" sahut Zerin. Ia bertugas memotong sayuran yang baru dicuci Lia.

Tak lama kemudian Arni datang. Dia menyuruh Lia membuatkan sarapan untuk Zidan.

"Rin, buatkan telur mata sapi sama susunya ya. Biar aku yang siapin roti," perintah Lia yang langsung direspon Zerin dengan anggukan kepala.

Raut wajah Zerin tampak cemberut. Mengingat dia akan membuatkan sarapan untuk Zidan. 'Nasib buruk apa sih yang harus aku terima? Kenapa harus Zidan coba yang tahu rahasia terbesarku?" batinnya mengeluh.

Dari arah pintu, sosok Zidan muncul. Ia tersenyum saat matanya tak sengaja bersibobrok dengan Zerin.

Lain halnya dengan Zerin. Ia sangat kesal melihat lelaki berambut cepak itu.

"Hai, Bi Lia... Zerin... Sarapanku udah siap?" tanya Zidan. Dia berdiri ke hadapan Zerin. Melipat tangan di atas meja pedapuran. Letaknya sendiri tidak jauh dari meja makan.

"Sebentar lagi ya, Tuan Zidan. Zerin lagi siapin sandwich-nya," jawab Lia ramah.

"Nih sarapannya." Zerin menyodorkan sandwich dan susu hangat untuk Zidan. Dia mengehentakkan piring dan gelas ke meja. Ekspresinya tampak cemberut.

"Zerin kok begitu. Antarin ke meja makan dong!" tegur Lia sembari menepuk pelan pundak Zerin. Dia segera meminta maaf kepada Zidan. Selaku anak majikannya yang selalu dihormati.

"Nggak apa-apa, Tante. Santai aja. Mungkin Zerin lagi banyak pikiran. Biar aku yang bawa sendiri ke meja makan," ujar Zidan lembut. Ia segera beranjak ke meja makan.

"Sekali lagi maaf, Tuan..." ucap Lia. Ia sekali lagi memukul pundak Zerin. Lalu berbisik, "Cepat minta maaf!"

"Apaan sih, Bu!" protes Zerin.

"Dekatin Tuan Zidan dan minta maaf! Ibu nggak mau nanti kalau ada masalah. Kamu lagian kenapa bersikap tidak seperti biasanya sih! Tuan Zidan kan juga majikan kita!" omel Lia panjang lebar.

Dengan terpaksa, Zerin menghampiri Zidan ke meja makan. Dia berdiri sambil menyatukan dua tangan ke depan badan.

"Maaf sikap saya tadi ya, Tuan Zidan..." ungkap Zerin dengan nada datar. Ia sedikit membungkukkan badan.

Zidan yang melihat tersenyum puas. Zerin memang sangat berbeda jika berperan sebagai seorang anak pembantu.

Zidan memutar tubuh menghadap Zerin. Ia mendongak untuk menatap Zerin yang sedang berdiri.

"Cium dulu, baru aku maafin..." cicit Zidan seraya menopang dagu dengan satu tangan.

Mata Zerin langsung mendelik. Dia juga tidak lupa menoleh ke arah sang ibu. Memastikan Lia tidak mendengar semua ucapan Zidan.

Melihat gelagat Zerin, senyuman Zidan seketika berubah menjadi tawa kecil. Entah kenapa dia senang mempermainkan perempuan itu.

"Bisa nggak jangan ngomong begituan saat di sini?!" timpal Zerin pelan. Tetapi penuh akan penekanan. Matanya melotot tajam.

"Bisa dikondisikan," balas Zidan santai. Dia menghabiskan minuman, kemudian meninggalkan meja makan.

Sebelum pergi, tangan nakal Zidan masih sempat mere-mas bokong Zerin. Dia bahkan melakukannya dengan mimik wajah tenang. Seolah tidak ada yang terjadi.

Zerin tentu sangat kaget dengan yang dilakukan Zidan. Ia kaget sampai berjengit. Zerin hanya bisa mengepalkan tinju di kedua tangan.

'Dia mulai berbuat seenaknya!' geram Zerin dalam hati.

...***...

Waktu menunjukkan jam 10.50 siang, Zerin baru saja sampai ke kampus. Ia mengenakan outfit mahal seperti biasa. Kala itu Zerin memakai kemeja dan celana jeans ketat yang menampakkan lekuk tubuhnya yang ideal. Dilengkapi tas serta sepatu bermerek ternama.

Zerin menggerai rambut pendeknya. Sekarang dia sibuk mengobrol bersama teman-temannya. Zerin kebetulan memiliki tiga teman akrab yang berasal dari orang-orang kaya.

"Eh, kalian tahu mahasiswa baru itu nggak? Yang anak keluarga Dirgantara," imbuh Gita. Salah satu teman Zerin.

"Tahu banget! Yang namanya Zidan itu kan? Sumpah dia ganteng banget ya!" sahut Astrid antusias.

"Parah! Katanya dia juga pintar loh. Sempurna banget kan laki kayak gitu?" Kinar teman ketiga Zerin sependapat dengan Astrid dan Gita.

Hanya Zerin yang tidak menikmati pembicaraan. Mengingat dia satu-satunya orang yang tahu jati diri Zidan.

'Cih! Sempurna apaan. Laki bajingan begitu dibilang sempurna,' gerutu Zerin dalam hati.

"Eh, Rin! Gimana menurutmu? Kok bengong aja dari tadi?" tukas Gita. Menyaksikan Zerin yang sejak tadi membisu.

"Menurutku dia biasa aja," ungkap Zerin sembari menggedikkan bahu.

Mendengar tanggapan Zerin, Astrid dan kawan-kawan berseru bersama. Ketiganya mencoba memahami pendapat Zerin yang antimainstream.

"Ternyata susah ya cari tipe lelaki yang disukai Zerin," komentar Gita seraya menutup mulut dengan satu tangan.

"Eh, bukan gitu. Aku cuman nggak tertarik aja." Zerin segera membuat alasan.

"Tipe lelaki kesukaan Zerin kayaknya elite banget deh. Sampai laki kayak Zidan juga nggak diminati," cetus Kinar menambahkan.

"Nggak! Aku bilang bukan begitu. Udah ah! Jangan bahas aku lagi." Zerin melakukan protes. Dia memaksa tiga temannya untuk masuk ke kelas. Pembicaraan tentang Zidan lantas berakhir.

Tiga jam terlewat. Zerin dan ketiga temannya keluar dari kelas. Mereka pergi ke kantin untuk makan siang. Saat itulah Zerin bisa menyaksikan kehadiran Zidan. Lelaki tersebut terlihat duduk bersama dua temannya.

Zerin mencoba bersikap normal. Dia berjalan melalui meja Zidan sambil sibuk mengobrol.

Zidan yang duduk, tidak bisa melepas perhatiannya dari Zerin yang kebetulan lewat. Hal serupa juga dilakukan Ernest dan Jaka. Atensi mereka hanya tertuju ke arah Zerin.

"Gila! Zerin udah cantik, molek banget lagi." Ernest berkomentar sambil geleng-geleng kepala.

"Nggak heran dia jadi primadona kampus. Aku dengar dia juga ditunjuk buat jadi model Fakultas Kedokteran," tanggap Jaka yang juga merasa terkagum.

"Yang kalian lihat cuman ilusi belaka," celetuk Zidan. Membuat Ernest dan Jaka menatapnya heran.

"Maksudnya apaan, Dan? Puitis amat," respon Jaka. Menuntut jawaban.

"Bukan apa-apa. Jangan dipikirin. Aku cuman asal ngomong." Zidan menarik perkataan sebelumnya tadi. Dia segera meminum minuman segar dari dalam gelas. Matanya diam-diam saling bertukar pandang dengan Zerin.

Terpopuler

Comments

zeaulayya

zeaulayya

Iyahh pandang”an ajah dlu 🤭kali ajah nnti jatuhh cinta

2022-10-08

1

Kristina Sinambela

Kristina Sinambela

eh author nanggung ceritanya 😂😂

2022-10-07

1

Nunu

Nunu

mulai ada benih" cintaa tu si zidan ..awas aje kalo ada yg deketin zerin dia ngamuk" ..

2022-10-07

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Rahasia Zerin
2 Bab 2 - Berbeda 180°
3 Bab 3 - Keperawanan Bernilai 1 Milyar
4 Bab 4 - Kelicikan Zidan
5 Bab 5 - Penghargaan Dari Zidan
6 Bab 6 - Bersikap Normal
7 Bab 7 - Antrian Lelaki Pemuja Zerin
8 Bab 8 - Terjebak Permainan
9 Bab 9 - Noda Lipstik
10 Bab 10 - Pembalasan Bar-Bar Zerin
11 Bab 11 - Bermulanya Kesepakatan
12 Bab 12 - Money & Naked Women
13 Bab 13 - Larangan Zidan
14 Bab 14 - Bertemu Di Gym
15 Bab 15 - Pil Untuk Zerin
16 Bab 16 - Semalaman Di Mobil
17 Bab 17 - Gigitan Vampir
18 Bab 18 - Bogem Zerin
19 Bab 19 - Kekhawatiran Zerin
20 Bab 20 - Sakit
21 Bab 21 - Ketika Dirimu Diam
22 Bab 22 - Berhenti Saja?
23 Bab 23 - Bertemu Pamannya Adi
24 Bab 24 - Jati Diri Zerin Yang Sebenarnya
25 Bab 25 - Hati Nurani Yang Telah Lama Terkubur
26 Bab 26 - Bantuan Zidan
27 Bab 27 - Ancaman Zidan
28 Bab 28 - Sama-Sama Bingung
29 Bab 29 - Kopi
30 Bab 30 - Music, Making Love, & Mothers
31 Bab 31 - Di Restoran Jepang
32 Bab 32 - Ketahuan Ibu
33 Bab 33 - Kekhawatiran Zerin
34 Bab 34 - Zidan Selalu Punya Cara
35 Bab 35 - Cemburu?
36 Bab 36 - Model Kampus Baru
37 Bab 37 - Dibuang Seperti Sampah
38 Bab 38 - Pengakuan
39 Bab 39 - Teman Makan Teman
40 Bab 40 - Alasan Zidan Tidak Melawan
41 Bab 41 - Perdebatan Di Telepon
42 Bab 42 - Gairah Zerin & Zidan
43 Bab 43 - Nasib Ernest
44 Bab 44 - Ruang Gelap
45 Bab 45 - Rencana Awal Go Publik
46 Bab 46 - Reaksi Orang Tua Zidan
47 Bab 47 - Malaikat Itu Kekasih Kakakku
48 Bab 48 - Rencana Balas Dendam Yang Gagal
49 Bab 49 - Ciuman Zidan
50 Bab 50 - Tentang Bali
51 Bab 51 - Amira Menghilang
52 Bab 52 - Minuman Mahal Untuk Zerin
53 Bab 53 - Gairah Di Tengah Hujan
54 Bab 54 - Gila!
55 Bab 55 - Nonton Berduaan
56 Bab 56 - Perjalanan Ke Bali
57 Bab 57 - Senjata Makan Tuan
58 Bab 58 - Zidan Berbuat Ulah Lagi
59 Bab 59 - Permainan Zidan
60 Bab 60 - Wira Tahu!
61 Bab 61 - Perihal Nikah
62 Bab 62 - Pengawasan Orang Tua
63 Bab 63 - Mata-Mata Dari Wira
64 Bab 64 - Gangguan
65 Bab 65 - Rencana Lamaran Zidan
66 Bab 66 - Lamaran Yang Terasa Begitu Tiba-Tiba
67 Bab 67 - Kamar 301
68 Bab 68 - Hari Pertunangan
69 Bab 69 - Pesan Teror Misterius
70 Bab 70 - Bisikan Kinar
71 Bab 71 - Pernikahan Super Mewah
72 Bab 72 - Masa Koas
73 Bab 73 - Akhirnya Tetap Ketahuan
74 Bab 74 - Tersebar!
75 Bab 75 - Bulan Madu Menjadi Pelarian
76 Bab 76 - Pesta Di Rumah Reza
77 Bab 77 - Insiden Setelah Pesta
78 Bab 78 - Membuat Tato
79 Bab 79 - Pasien Yang Meninggal
80 Bab 80 - Tidak Berfungsi
81 Bab 81 - Karma [1]
82 Bab 82 - Karma [2]
83 Bab 83 - Karma [3]
84 Bab 84 - Jebakan Ernest
85 Bab 85 - Lupakan Semuanya
86 Bab 86 - Mengadopsi Anak
87 Bab 87 - Seorang Anak Bernama Defan
88 Bab 88 - Aktif Kembali
89 Bab 89 - Kembalinya Gairah Cinta Zerin & Zidan
90 Bab 90 - Kematian & Kelahiran [Ending]
91 Bonus Chapter - Defan Pratama Dirgantara
92 Bonus Chapter - Defan Pratama Dirgantara
93 Bonus Chapter - Giana Pelita Dirgantara
94 Novel Genre Pria
95 Novel Genre Dark Terbaru
96 NOVEL BARU
97 Novel Baru Genre Dewasa
98 Novel Baru [Bukan Sugar Baby Biasa]
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Bab 1 - Rahasia Zerin
2
Bab 2 - Berbeda 180°
3
Bab 3 - Keperawanan Bernilai 1 Milyar
4
Bab 4 - Kelicikan Zidan
5
Bab 5 - Penghargaan Dari Zidan
6
Bab 6 - Bersikap Normal
7
Bab 7 - Antrian Lelaki Pemuja Zerin
8
Bab 8 - Terjebak Permainan
9
Bab 9 - Noda Lipstik
10
Bab 10 - Pembalasan Bar-Bar Zerin
11
Bab 11 - Bermulanya Kesepakatan
12
Bab 12 - Money & Naked Women
13
Bab 13 - Larangan Zidan
14
Bab 14 - Bertemu Di Gym
15
Bab 15 - Pil Untuk Zerin
16
Bab 16 - Semalaman Di Mobil
17
Bab 17 - Gigitan Vampir
18
Bab 18 - Bogem Zerin
19
Bab 19 - Kekhawatiran Zerin
20
Bab 20 - Sakit
21
Bab 21 - Ketika Dirimu Diam
22
Bab 22 - Berhenti Saja?
23
Bab 23 - Bertemu Pamannya Adi
24
Bab 24 - Jati Diri Zerin Yang Sebenarnya
25
Bab 25 - Hati Nurani Yang Telah Lama Terkubur
26
Bab 26 - Bantuan Zidan
27
Bab 27 - Ancaman Zidan
28
Bab 28 - Sama-Sama Bingung
29
Bab 29 - Kopi
30
Bab 30 - Music, Making Love, & Mothers
31
Bab 31 - Di Restoran Jepang
32
Bab 32 - Ketahuan Ibu
33
Bab 33 - Kekhawatiran Zerin
34
Bab 34 - Zidan Selalu Punya Cara
35
Bab 35 - Cemburu?
36
Bab 36 - Model Kampus Baru
37
Bab 37 - Dibuang Seperti Sampah
38
Bab 38 - Pengakuan
39
Bab 39 - Teman Makan Teman
40
Bab 40 - Alasan Zidan Tidak Melawan
41
Bab 41 - Perdebatan Di Telepon
42
Bab 42 - Gairah Zerin & Zidan
43
Bab 43 - Nasib Ernest
44
Bab 44 - Ruang Gelap
45
Bab 45 - Rencana Awal Go Publik
46
Bab 46 - Reaksi Orang Tua Zidan
47
Bab 47 - Malaikat Itu Kekasih Kakakku
48
Bab 48 - Rencana Balas Dendam Yang Gagal
49
Bab 49 - Ciuman Zidan
50
Bab 50 - Tentang Bali
51
Bab 51 - Amira Menghilang
52
Bab 52 - Minuman Mahal Untuk Zerin
53
Bab 53 - Gairah Di Tengah Hujan
54
Bab 54 - Gila!
55
Bab 55 - Nonton Berduaan
56
Bab 56 - Perjalanan Ke Bali
57
Bab 57 - Senjata Makan Tuan
58
Bab 58 - Zidan Berbuat Ulah Lagi
59
Bab 59 - Permainan Zidan
60
Bab 60 - Wira Tahu!
61
Bab 61 - Perihal Nikah
62
Bab 62 - Pengawasan Orang Tua
63
Bab 63 - Mata-Mata Dari Wira
64
Bab 64 - Gangguan
65
Bab 65 - Rencana Lamaran Zidan
66
Bab 66 - Lamaran Yang Terasa Begitu Tiba-Tiba
67
Bab 67 - Kamar 301
68
Bab 68 - Hari Pertunangan
69
Bab 69 - Pesan Teror Misterius
70
Bab 70 - Bisikan Kinar
71
Bab 71 - Pernikahan Super Mewah
72
Bab 72 - Masa Koas
73
Bab 73 - Akhirnya Tetap Ketahuan
74
Bab 74 - Tersebar!
75
Bab 75 - Bulan Madu Menjadi Pelarian
76
Bab 76 - Pesta Di Rumah Reza
77
Bab 77 - Insiden Setelah Pesta
78
Bab 78 - Membuat Tato
79
Bab 79 - Pasien Yang Meninggal
80
Bab 80 - Tidak Berfungsi
81
Bab 81 - Karma [1]
82
Bab 82 - Karma [2]
83
Bab 83 - Karma [3]
84
Bab 84 - Jebakan Ernest
85
Bab 85 - Lupakan Semuanya
86
Bab 86 - Mengadopsi Anak
87
Bab 87 - Seorang Anak Bernama Defan
88
Bab 88 - Aktif Kembali
89
Bab 89 - Kembalinya Gairah Cinta Zerin & Zidan
90
Bab 90 - Kematian & Kelahiran [Ending]
91
Bonus Chapter - Defan Pratama Dirgantara
92
Bonus Chapter - Defan Pratama Dirgantara
93
Bonus Chapter - Giana Pelita Dirgantara
94
Novel Genre Pria
95
Novel Genre Dark Terbaru
96
NOVEL BARU
97
Novel Baru Genre Dewasa
98
Novel Baru [Bukan Sugar Baby Biasa]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!